Quarter Life Crisis

Akhir-akhir ini, anak muda seringkali mengatakan quarter life crisis yang artinya krisis seperempat kehidupan. Krisis disini dalam artian  bingung untuk mencari arah tujuan, kurang kemampuan untuk melangkah, kekhawatiran akan masa depan, dan pergumulan pribadi karena kondisi dan masalah yang dihadapi. Hal ini membuat anak muda merasa overthinking, kecemasan yang berlebih bahkan sampai mengalami gangguan mental di dalam dirinya. Perihal ini terjadi karena mungkin kemajuan teknologi yang memperlihatkan dengan mudah kelebihan-kelebihan serta pencapaian oranglain yang membuat kebanyakan orang minder dan terlalu memaksa diri untuk sama seperti oranglain tersebut, karena merasa tersaingi. Padahal jika dilihat, setiap manusia memiliki kondisi yang sama yaitu adanya kelemahan dan kelebihan.

Di dalam Amsal 23:18 berbunyi “Karena masa depanmu sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang.” jika dicermati, bahwa ini merupakan ayat dengan makna yang dalam khususnya bagi anak muda. Mungkin ayat ini disediakan oleh Amsal untuk memotivasi kita dan mengajak kita berharap. Lalu, apakah berharap atau meyakini saja cukup? Di dalam Yakobus 2:26b “demikianlah juga iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”. Tentunya, perlu adanya kemauan diri untuk melangkah. Mungkin sulit dan bertanya di dalam diri, apakah bisa? Tapi kembali lagi, kita datang ke dunia ini dengan tujuan yang Tuhan telah rancang sedemikian rupa dan bukan rancangan yang menghancurkan kita. Tuhan telah menetapkan kita berharga di mata-Nya dan telah memberikan anugerah-Nya kepada kita. Berserah dan meyakini rencana-Nya ada buat kita, tinggal kita yang mau atau tidak untuk dididik agar menggenapi rancangan-Nya.

Perlu hikmat untuk kita mau dididik oleh Tuhan. Bagaimana kita bisa mendapatkan hikmat Tuhan untuk melakukan dan memilih tujuan hidup kita, ditengah kondisi quarter life crisis? Dengan cara, Kita dengan sungguh-sungguh mencari Tuhan sebagai pemberi rancangan dan berusaha dengan tekun serta mengandalkan Tuhan. Seperti halnya, diungkapkan di dalam Roma 5:4-5 “dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.”

Ada satu kesaksian yang mungkin bisa menjadi penguat diri kita yaitu seorang mahasiswa di Univ Swasta yang sebelumnya tidak percaya akan kemampuannya dan meyakini kalau dirinya tidak memiliki teman. Mahasiswa itu memiliki pemikiran seperti itu dikarenakan kakak kelasnya yang menceritakan bahwa kalau mau dianggap dan memiliki teman harus berpenampilan oke, mau di ajak hangout dan pintar. Mahasiswa itu terus overthinking dan cemas karena dirinya bukan dari kalangan orang kaya dan pintar. Dirinya bisa masuk ke Univ tersebut karena orang tua-nya sebagai karyawan biasa yang telah bekerja sekian lama. Waktu di test psikotest dan TOEFL saja hasilnya kurang memuaskan sehingga membuat mahasiswa itu menangis dan berharap ada jalan keluarnya. Mahasiswa itu mencoba jalur negeri (SBMPTN/SNMPTN) namun di tolak, alhasil ini menjadi keputusan yang pasti kalau dia harus berkuliah di Univ tersebut. Awal masuk kuliah, mahasiswa itu menangis dan merendahkan diri di hadapan Tuhan dengan berkata, “Tuhan, aku tidak ingin kecerdasan dan aku tidak ingin kemegahan. Aku hanya ingin, Engkau memberikan ketekunan padaku untuk aku bisa menyelesaikannya. Ini awal aku untuk membahagiakan orang tua aku. Aku yakin, Engkau telah memberikan yang terbaik ditempat ini untuk aku. Tuhan bimbinglah aku.” Akhirnya, mahasiswa ini melangkah dengan penuh keyakinan dan iman percaya kepada Kristus dengan memegang satu ayat firman yaitu 1 Petrus 5:7. Itulah sekilas cerita yang diakhiri dengan, Tuhan benar-benar menjawab doa dari mahasiswa ini. Dimana ia bisa menghadapi hingga semester 5 tanpa menyulitkan kedua orang tua dengan bayaran untuk kuliahnya dan mahasiswa ini diberi kesempatan untuk melayani Tuhan di kampus. Ini bukan satu hal yang diinginkan oleh mahasiswa itu, tapi Tuhan yang telah mengizinkan itu terjadi.

Melalu kisah mahasiswa itu, kita dapat memetik bahwa Tuhan akan merangkai kehidupan kita dengan bentukan tangan Tuhan yang tidak mengecewakan. Percaya dan berserah penuh kepada Tuhan adalah cara kita bisa melewati quarter life crisis. Memang sulit untuk menjalaninya, tapi ketika kita percaya sepenuhnya akan ada rasa tenang di dalam diri kita.

Tuhan menyertai kita semua.. Semangat!

Kezia Ayu Teena