Toleransi Umat Kristen di Indonesia menurut Ajaran Kristus

Secara etimologi, toleransi berasal dari bahasa latin, ‘tolerare’ yang memiliki arti sabar dan menahan diri. Salah satu contoh toleransi ialah kita yang beragama Kristen dan non-muslim menghormati mereka yang beragama muslim dengan tidak makan di tempat terbuka saat bulan Ramadhan. Hal ini menunjukkan toleransi antar umat beragama di Indonesia yang sudah baik di masa sekarang ini. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat beberapa daerah di Indonesia yang Toleransinya masih cenderung minim.

Saudara pasti tidak asing dengan kasus yang terjadi baru-baru ini, yaitu kasus bom bunuh diri yang terjadi di gereja Katedral, Makassar. Akibat dari peristiwa tersebut, 20 orang mengalami luka ringan hingga luka berat. Kasus bom itu merupakan aksi terorisme yang membahayakan masyarakat, terutama umat kristiani di daerah makassar. Namun yang paling utama ialah kasus tersebut menunjukkan masih kurangnya atau bahkan tidak adanya toleransi.

Masih banyak juga kasus yang pernah terjadi yang menyangkut toleransi. Namun, dalam menanggapi kasus-kasus ini, kita sebagai umat Kristen tidak boleh takut apalagi benci terhadap oknum kasus tersebut, yaitu mereka yang ingin merusak toleransi di Indonesia. Kita harus tetap berpegang teguh kepada Iman dan Percaya kita terhadap Kristus, juga kita harus mengampuni mereka, karena seperti ajaran dari Yesus “Kasihilah Musuh-mu” (Luk 6:27). Oleh karena itu, kita sebagai umat Kristen harus menanamkan sikap-sikap yang mendukung toleransi di Indonesia, seperti Mengasihi dan Mengampuni.

Terdapat juga dalam ayat alkitab Efesus 4:32 dituliskan ‘Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu’. Ayat alkitab ini mengajarkan kita sebagai umat Kristen untuk menanamkan sikap-sikap yang baik serta menjadi contoh bagi sesama kita, masyarakat Indonesia. Dengan orang lain yang melihat sikap dan perilaku yang baik dari kita, tentunya mereka pasti akan mengambil nilai-nilai positif dari sikap dan perilaku kita tersebut. Melalui hal ini juga maka ikatan toleransi antar umat beragama di Indonesia tentu akan semakin baik dan jalinan kasih juga semakin erat.

Penulis : Jefta Yonathan Timothius (IT B’24) dan Erika Priscillia (IT B’24)

Jefta Yonathan Timothius × Erika Priscillia