Artikel Nusantara: “Melestarikan Alam Indonesia Menurut Kasih Allah”

Melestarikan Alam Indonesia Menurut Kasih Allah

Pada zaman sekarang, banyak orang yang sudah jarang peduli melestarikan lingkungan alam kita.  Terbukti dengan penampakan pohon yang dahulunya banyak sekarang semakin sedikit. Ini akibat dari banyaknya manusia yang merusak alam dan tidak memikirkan resiko yang akan ditanggung dari perbuatannya. Jika dilihat dari dampak yang terjadi jika masyarakat Indonesia terus merusak alam maka bumi semakin lama akan mengalami ketidakseimbangan ekosistem. Pemanasan global yang disertai oleh perubahan ilklim akan terus melanda Indonesia. Indonesia adalah negara yang kaya akan ekosistem alamnya. Namun, jika tidak dijaga memungkinkan akan terjadi banyak bencana alam dan perubahan aktivitas alam sesuai dengan peruntukannya.

Fios (2019) mengatakan bahwa hutan di Indonesia terancam kelestariannya dan perluasan bisnis di dunia di industry untuk mengejar akselerasi logika manusia yaitu mengenai kepentingan pribadi membuatnya sewenang-wenang atas alam. Fakta empiric juga membuktikan bahwa 40% area hutan sudah digunakan untuk bisnis dan hutan terus berkurang dari tahun ke tahun. Lalu, bagaimana kita dapat menjadi manusia spiritual di tengah krisis lingkungan dengan berlandaskan kasih Allah?

Melalui kitab Kejadian 1:28 dituliskan bahwa ‘Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi’. Sesungguhnya Allah sudah memberikan semuanya itu kepada manusia dengan sangat baik adanya. Allah juga sudah percaya kepada manusia untuk menjaga alam ciptaan-Nya. Namun, bagaimana hubungan manusia dengan alam saat ini? Jika kita lihat dari paparan peneliti mengenai krisis lingkungan yang terjadi di Indonesia serta bencana alam yang melanda dibeberapa titik. Apakah kita layak menyalahkan Tuhan dan bertanya mengapa Tuhan memberikan semua ini? Tentu saja tidak, jika kita kembali lihat pada kitab Kejadian 1:28

Oleh sebab itu, melalui refleksi pribadi kita, maukah kita melihat kasih Allah yang sudah memberikan bumi dan segala isinya sangat baik adanya? Maukah kita, berusaha berhubungan dengan alam dengan baik? Setidaknya dengan melestarikan, merawat dan bertanggung jawab akan setiap perbuatan kita kepada alam? Bukankah kita semua anak Allah yang harus mengasihi Allah dengan segenap hati, pikiran, jiwa dan raga kita? Apakah kita layak menyebut diri kita mengasihi Allah kalau melestarikan dan merawat alam saja masih tidak mau?

Kiranya, kita sebagai anak Allah yang mengasihi Dia, mau merawat ciptaan-Nya meskipun lingkungan sekitar kita yang tidak peduli dengan lingkungan alam  tetapi kita sebagai orang yang percaya kepada Allah harus ikut serta dalam melestarikan lingkungan alam ini agar kita-pun juga dapat menjadi teladan di sekitar lingkungan kita dan nama Tuhan dimuliakan.

Sumber:

Fios, F. (2019). Menjadi Manusia Spritual-Ekologis di Tengah Krisis Lingkungan. Jurnal Sosial Humaniora (JSH), 12(1), 39-50.

Sururi, A. (2013). Menggapai Pelestarian Lingkungan Hidup di Indonesia. 2(1), 95-122.

Kezia Ayu Teena x Ronald Gustavo