A Throwback Story dari Kompetisi Tolosako, Spanyol
PARAMABIRA dan segala visinya di masa depan. PARAMABIRA dan kenangan-kenangan manis di masa lampau. Ah, pikiranku kembali pada tahun 2013, tahun pertamaku sebagai mahasiswa di universitas bergengsi ini. Setelah menyaksikan tayangan Kick Andy tentang Paduan Suara yang Mendunia, aku tidak ragu untuk memulai dan semoga mengakhiri masa perkuliahanku dengan PARAMABIRA di dalamnya. Dengan prestasi mereka yang gemilang dan hasil se-luar biasa itu, aku yang bukan apa-apa ini mana pernah berandai-andai akan jadi bagian dari sesuatu sebesar PARAMABIRA ? Yang pada akhirnya membawaku pada audisi pertama, konser pertama, dan kompetisi internasional pertamaku. Mereka bilang, selalu ada yang pertama untuk segala sesuatu.
Aku menyanyikan seluruh bagian Alto dalam lagu Segalariak dengan gugup di hari audisi. Dengan tidak tenangnya menanti tengah malam, untuk tahu bahwa aku—di tahun pertamaku—terpilih sebagai penyanyi inti. Bersama PARAMABIRAku, untuk Indonesiaku. Aku ingat hatiku nyaris meledak, ledakan kegembiraan yang kompulsif. Hari-hari latihan empat kali seminggu mulai menyita waktu-waktu krusialku di malam hari yang seringkali kugunakan untuk nongkrong santai bersama teman-teman selepas hari yang melelahkan. Tidak bisa lagi sekarang. Aku punya visi untuk memenangkan ini. Mengingat tidak semua anggota punya kesempatan yang sama untuk berperang habis-habisan dalam kompetisi setaraf European Grand Prix. Latihan rasanya seperti.. penyiksaan yang menyenangkan.
Ketika pertama menapakkan kaki di Amsterdam, aku menepuk-nepuk pipiku sendiri. Menonton The Fault In Our Star dalam perjalanan bukanlah sesuatu yang kurencakan. Dan langsung menginjak tanah yang sama rasanya sungguh luar biasa. Kami bernyanyi di tempat-tempat umum, menjadi tontonan menarik untuk pejalan kaki yang lewat, semata-mata untuk kesenangan kami. Terbang ke Spanyol di hari yang sama, berarti menginjak dua negara besar dalam kurun waktu kurang dari 24 jam. Kesadaran itu membuatku puas, entah mengapa. Dalam kompetisi itu, aku bertemu dengan kelompok paduan suara dari belahan dunia lain, people who share the same as or even bigger passion than me, bernyanyi bersama teman-teman satu tim yang kusayangi, menginjak panggung kompetisi yang selama ini hanya bisa aku bayangkan lewat tayangan dalam YouTube. Aku merasa seperti berada di puncak dunia. Disinilah aku seharusnya berada.
Saat itu PARAMABIRA belum mendapatkan kesempatan membawa pulang piala dan medali emas. Belum juga mengibarkan Merah-Putih di tanah Eropa—yang adalah bagian paling kutunggu-tunggu dari seluruh pengalaman kompetisi. Tetapi tahun ini aku merasakan sesuatu yang lain. Aku menginjak tahun terakhirku sebagai mahasiswa, berharap setengah mati dapat menutupnya dengan baik bersama PARAMABIRA. Semoga kesungguhan dan hasrat menang ini bukan hanya tumbuh dihatiku, tetapi dalam hati anggota lain. Tahun ini akan jadi tahun yang luar biasa.
And as the quote lingers on, and on, and on again, reminding all of us to always study hard, work hard, but sing even harder.