Asal Mula SolMiSaSi
Anda seorang musisi? Atau seorang penyanyi? Atau juga seorang komposer lagu? Atau setidaknya seorang penikmat musik? Oke, yang mana pun anda, pernahkah anda tahu bahwa sebuah lagu terdiri dari nada-nada penyusun yang disebut Solmisasi. Solmisasi dalam musik dikenal memiliki 7 anak tangga nada yang sering kita dengar dengan Do Re Mi Fa Sol La Si. Nah, tahukah anda bagaimana asal muasal kata Do Re Mi Fa Sol La Si tersebut?
Orang yang pertama mencetuskannya adalah Guido of Arezzo atau Guido Aretinus atau Guido da Arezzo atau Guido Monaco atau Guido d’Arezzo (991/992 – sebelum 1033M), seorang pastor Katolik dari mazhab Benediktus sekaligus teoris musik dari era Medieval. Beliau adalah seorang keturunan Prancis yang menetap di Italia.
Sekitar tahun 1050, Guido of Arezzo mengeluarkan sebuah teori yang dikenal dengan teori Guido`s Hand, yaitu sebuah metode yang digunakan untuk menghafal tangga nada dari tangga nada terbawah hingga tangga nada tertinggi yang ditulis dalam sebuah syair lagu berjudul “Hymne St. John” dimana aslinya adalah berupa notasi not balok dan dikarang oleh Paulus Diaconus, abad ke-8.
Adapun syairnya adalah sebagai berikut:
* Ut Queant Laxis
* Resonare fibris
* Mirage Storum
* Famuli Tuorum
* Solve Polluti
* Labieratum
* Sancta loanis
Arti :
So that these your servants can, with all their voice, to sing your wonderful feats, clean the blemish of our spotted lips. O Saint John!
Dengan mengambil suku kata yang pertama, dari sanalah awal nama solmisasi itu tercetus. Jika dibaca dari atas, maka yang akan kita baca adalah: UT RE MI FA SOL LA SI. Untuk SI, itu merupakan gabungan kata dari Sancta dan Ioanis. Nah, jika nada pertama adalah UT, darimana datangnya DO? Ternyata pada tahun 1673, atas saran seorang Italia bernama Giovani Maria Bonocini, kata UT digantikan dengan kata DO yang diambil dari kata Dominus yang berarti Tuhan sebab kata DO dirasakan lebih merdu dan terbuka dibanding kata UT.
Jadi sejak itu, tersusunlah solmisasi dengan kata DO RE MI FA SOL LA SI. Untuk mempermudah penulisan kata dari nama nada ini, maka seorang filosof bangsa Prancis bernama Jean Jacques Rousseau yang memiliki perhatian yang besar terhadap musik, menuliskannya dengan memberikan lambang untuk nada ini berupa tulisan angka.
Sistem penulisan nada dengan angka yang diciptakan oleh Rousseau ini, kemudian dikembangkan lagi oleh tiga orang sebangsanya, yaitu Aime de Paris, Pierre de Galin dan lebih dipopulerkan lagi oleh seorang tokoh musik pendidikan bangsa Prancis bernama Emile Cheve dan dikenal dengan sistem Cheve hingga hari ini.Namun beberapa peneliti kemudian menemukan bahwa apa yang dicetuskan oleh Guido merupakan transliterasi dari abjad Arab. Seorang ilmuwan dan komponis Prancis yaitu Jean Benjamin de La Borde dalam sebuah essaynya sur la Musique Ancienne et Moderne (1780) menyebutkan bahwa secara alfabet diciptakan oleh sarjana muslim dan terdiri dari silabels (solmisasi) dalam abjad Arab yaitu Mi Fa Shad La Sin Dal Ra. Notasi abjad Arab ini menurut La Borde kemudian ditransliterasikan oleh ilmuwan Eropa ke dalam bahasa Latin, yang entah bagaimana diklaim sebagai himne St. John. La Borde kemudian melakukan penelitian dengan membandingkan notasi yang berasal dari Guido`s hand dengan notasi berabjad Arab dan menyimpulkan bahwa Guido`s Hand adalah hasil peniruan Guido Arezzodari sistem notasi yang ditemukan oleh sarjana Muslim.
Sistem Cheve sendiri dikenal secara luas diseluruh dunia dan dibawa ke Indonesia oleh para kolonialis Belanda. Namun perkembangannya kini sudah jauh berubah dan mulai ditinggalkan karena sistem yang digunakan terutama di negara-negara yang maju dibidang musik lebih banyak menggunakan notasi balok.
Ternyata cukup menarik jika kita mencermati bagaimana awal mula dicetuskannya 7 tangga nada tersebut, yang hingga hari ini, berkat karya-karya musisi handal, mampu menghasilkan jutaan lagu dan musik yang fenomenal.