Nyanyi Rame-Rame Lebih Bagus dari Nyanyi Sendiri?

Diadaptasi dari video YouTube “Why does the crowd always sing in tune? – Feat. PV NOVA | EPISODE #7” oleh kanal “Fouloscopie” (https://youtu.be/lWFq8uILaq4)

Pernahkah pembaca pergi ke suatu konser musik secara langsung atau fisik? Baik itu konser DWP, Java Jazz, maupun We The Fest, tiap konser pasti ada sebuah momen DJ atau penyanyi akan mengajak audiensinya untuk nyanyi bareng. Jika diperhatikan/didengarkan, audiensi tersebut terdengar bernyanyi dengan sinkron dan bahkan unison pada nada yang tepat! Padahal beberapa dari antara audiensi tersebut ada yang tidak mahir dalam bernyanyi dan bahkan ada yang sumbang hingga dua seminada.

Coba kunjungi klub musik atau bar seperti “Halfway” Gandaria pada malam minggu jam 23.00 ke atas. Biasanya pada jam segitu, bar sudah ramai didatangi pengunjung dan mulai nyanyi bareng lagu yang dipasang oleh DJ. Nah, kalau didenger orang di samping kanan/kiri, pasti ada aja yang ketahuan tuh, dosa-dosa penyimpangan nada yang seharusnya dinyanyikan. Ada yang turun 1 seminada lah di not tertentu, 2 seminada, bahkan sudah beda tangga nada sepanjang lagu. Nah, coba bandingkan jika pembaca mendengar dari luar kerumunan, atau tonton performa Queen di Konser Live Aid 1985 ketika Freddie memandu audiensinya untuk nyanyi “Eo” bareng-bareng. Nyanyian audiens terdengar sinkron dan unison pada satu nada yang tepat!


(https://youtu.be/EjXetWK-Ur8?t=416)

Jadi, kenapa nyanyi rame-rame bisa lebih bagus daripada kalo nyanyi sendiri? Pertanyaan serupa telah ditanyakan oleh kanal Youtube “Fouloscopie” di video yang berjudul “Why does the crowd always sing in tune?”. Menurutnya, belum banyak penelitian yang berusaha untuk meneliti hal ini. Namun, beberapa musisi telah menyadari fenomena tersebut dan manfaatin buat nyanyi bareng audiensi mereka deh. Ada dua penjelasan yang diajukan di dalam video tersebut.


(https://youtu.be/ne6tB2KiZuk?t=55)

Menurut musisi/YouTuber Paul-Victor Vetter (pvnova) dalam wawancaranya di video tersebut, fenomena ini dikarenakan adanya kecenderungan individu untuk menyetem dan menyelaraskan suaranya ke nada yang tepat. Jika dipikirkan lagi, dalam sebuah grup penonton pasti ada penyanyi buruk dan pasti ada penyanyi yang bagus juga, dalam artian penyanyi bagus ini dapat membunyikan nada yang tepat. Pendapat ini juga didukung dari adanya sebuah penelitian seorang musikolog, Georgia A. Green, pada kemampuan bernyanyi siswa SD dalam grup dan sendiri-sendiri. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa, siswa yang bernyanyi dalam grup (unison) memiliki ketepatan nada yang lebih baik dibanding siswa yang bernyanyi sendiri-sendiri.

Penjelasan kedua adalah adanya kemampuan kita sebagai pendengar untuk mendengar nada yang tepat. Nada itu sendiri adalah getaran udara dan kita dapat membedakan macam-macam nada karena tiap nada memiliki frekuensi getaran udara yang berbeda. Getaran udara tersebut dapat dirasakan oleh telinga kita dan nada-nada tersebut dapat dikenali oleh otak kita. Jadi, kita dapat membedakan nada-nada karena kita sudah memiliki informasi atau memori bunyi dari nada tersebut. Tugas mendiskriminasikan nada-nada ini diatur oleh korteks auditori otak kita. Lalu bagaimana kita dapat mendengar nada yang tepat dari nyanyian penonton tadi? Menurut Lucas Lacasa, seorang matematikawan, fenomena ini terjadi karena proses psikoakustik dalam otak, proses otak yang menciptakan sensasi “mendengar”, akan cenderung menghasilkan sensasi nada yang tepat dan mengurangi sensasi nada yang salah. Maka kita dapat mendengar nada yang tepat dari nyanyian penonton tadi, tapi tetap sadar akan suara yang kurang tepat.

Maka dari itu, jangan takut nyanyi kalo orang-orang sekitar juga lagi pada nyanyi. Secara kolektif, suara yang didengar itu suara yang tepat kok! Kalo misalnya pembaca tiba-tiba fals ditengah lagu kemungkinan besar akan ketutupan sama suara yang lain. Pembaca juga dapat menggunakan kesempatan tersebut untuk menyetem lagi ke nada yang tepat. Pembaca juga dapat mencoba mengikuti kelompok paduan suara lho, untuk melatih kemampuan bernyanyi dalam grup. Kalau kemampuan bernyanyi chorister lainnya bagus, otomatis kemampuan menyanyi pembaca juga akan ‘disetem’ menjadi lebih bagus.

Author: Richard Yohanes Langitan
Referensi :
Garrett, B., & Hough, G. (2018). Brain & behavior: An introduction to behavioral neuroscience.
Green, G. (1994). Unison versus Individual Singing and Elementary Students’ Vocal Pitch Accuracy. Journal of Research in Music Education, 42(2), 105-114. Retrieved January 13, 2021, from http://www.jstor.org/stable/3345495
Lacasa, L. (2016). Emergence of collective intonation in the musical performance of crowds. A LETTER JOURNAL EXPLORING THE FRONTIERS OF PHYSICS, 115(6). doi:10.1209/0295-5075/115/68004
https://pixabay.com/photos/choir-music-conductor-1258225/