Dengarkan Musik Sambil Olahraga Tingkatkan Produktivitas?

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sebagian besar komponen kehidupan sehari-hari dipenuhi dengan pendengaran akan musik. Menurut statista pada tahun 2019, 68% individu berumur 18 sampai 34 tahun di Amerika dilaporkan mendengarkan musik setiap hari. Fenomena ini kian menjadi hal yang biasa terutama di kalangan anak muda, seakan-akan dunia menjadi tidak komplet tanpa adanya intervensi musik. Musik biasanya digunakan untuk mengiringi pengerjaan tugas, menikmati waktu senjang, dan berolahraga. Ketika melakukan aktivitas seperti olahraga sambil mendengarkan musik terasa lebih ringan dan singkat, lalu elaborasi ilmiah apa yang dapat menjelaskan fenomena tersebut?

Musik pada umumnya mengandung dua komponen utama, yaitu irama, melodi dan lirik. Ketika sebuah lagu memiliki irama yang berpacu secara cepat dan kuat, maka pendengar cenderung untuk beraktivitas atau berolahraga mengikuti irama musik tersebut, hal ini menimbulkan dopamin dalam otak yang memicu pendengar untuk terus termotivasi. Dopamin merupakan saraf otak yang berperan menyalurkan rasa puas disaat seseorang mengharapkan hadiah, seperti makanan, seks, atau apapun yang dinikmati. Demikian juga terhadap lirik musik dan melodi, jika kedua hal ini bertaut satu sama lain, maka saraf dopamin juga akan menimbulkan rasa puas, diikuti dengan inspirasi bagi pendengar untuk terus bekerja keras.

Olahraga tidak hanya melibatkan fisik sebagai tolak ukur kualitasnya, tetapi juga berpusat pada keadaan psikis subjek. Suasana hati yang buruk akan memengaruhi tingkat produktivitas subjek terutama saat berolahraga. Musik dapat menjadi jawaban terhadap persoalan tersebut, karena musik yang disukai oleh subjek terbukti dapat meningkatkan serotonin dan hormon positif lainnya terhadap psikis subjek. Pernyataan tersebut didasarkan pada studi yang dilakukan oleh Altenmuler pada tahun 2012, yaitu partisipan yang mendengarkan musik cenderung untuk memperoleh tingkat serotonin yang tinggi, atau lebih dikenal sebagai hormon yang “terasa baik”. Dengan suasana hati yang baik, maka seluruh fisik dapat berkinerja secara maksimal.

Beralih dari psikis subjek, kita akan membicarakan mengenai bagaimana musik dapat “menghilangkan” rasa lelah saat berolahraga. Musik secara tidak disadari dapat mendistraksi tubuh dari timbulnya rasa lelah rangsangan sensorik yang bersaing satu sama lain. Dengan demikian, tubuh secara otomatis akan terus bekerja keras. Pernyataan tersebut didasarkan pada pernyataan North dan Hargreaves pada tahun 2008, “Musik mengalihkan perhatian subjek dari rasa sakit yang dialami selama latihan melalui rangsangan sensorik yang bersaing, karena lebih mudah untuk melupakan rasa sakit atau kelelahan saat lagu yang Anda nikmati mengganggu Anda.”

Pemilihan musik yang tepat berperan penting terkait efektivitas musik terhadap produktivitas subjek. Pada tahun 2014, studi menunjukkan bahwa ketukan per menit yang tepat untuk berlari di atas treadmill berkisar dari 123 sampai 131 bpm [2]. Hal ini masuk akal melihat bagaimana manusia merasa puas jika aktivitas yang dilakukannya seiring dengan irama musik. Studi yang serupa dengan juga menghasilkan kesimpulan yang sama, yaitu musik berirama cepat saat berlari di atas treadmill meningkatkan kecepatan dan jarak tempuh berlari tanpa menjadi lebih lelah. [3]

Musik pada umumnya dapat meningkatkan kualitas olahraga anda, karena musik secara independen dapat memengaruhi suasana hati diikuti dengan dorongan motivasi terhadap fisik seseorang. Oleh karena itu, untuk aktivitas yang memerlukan dedikasi waktu serta performa fisik , direkomendasikan untuk menggunakan musik dengan ketukan per menit yang berkisar di atas 120 bpm.

Author: Michael Adi Nugraha
Sumber:
[1] North, A. & Hargreaves, D. (2008). Music and Physical Health, In The Social and Applied Psychology of Music, pp. 301-311. Oxford: Oxford University Press.

[2] Karageorghis, C. I., Jones, L., Priest, D. L., Akers, R. I., Clarke, A., Perry, J. M., et al.(2011). Revisiting the exercise heart rate-music tempo preference relationship. Research Quarterly for Exercise and Sport, 82, 274-284.

[3] Judy Edworthy & Hannah Waring (2006) The effects of music tempo and loudness level on treadmill exercise, Ergonomics, 49:15, 1597-1610, DOI:10.1080/00140130600899104

[4] Altenmüller, E., & Schlaug, G. (2012). Music, brain, and health: Exploring biological foundations of music’s health effects. In R. A. R. MacDonald, G. Kreutz, & L. Mitchell (Eds.), Music, health, and wellbeing, 12-24. New York: Oxford University Press.

[5] Pietrangelo, A. 2019. How does dopamine affect the body? https://www.healthline.com/health/dopamine-effects. Diakses 9 Februari 2021, 13:08.

[6] Statista. 2021. Music listening frquency in the U.S. 2019, by age group. https://www.statista.com/statistics/749666/music-listening-habits-age-usa/. Diakses 9 Februari 2021.