Bagaimana Musik Membuat Kita Merasa Senang

Kita seringkali mendengarkan musik untuk mengusir kejenuhan dan menimbulkan rasa senang. Namun, pernahkah kita bertanya-tanya mengapa musik dapat membuat kita merasa senang?

Ilmuwan Anne Blood dan Robert Gatorre dari McGill University di Montreal menerbitkan hasil penelitian mereka yang dapat menjawab hal ini pada tahun 2001. Dengan menggunakan pencitraan resonansi magnetik, mereka menunjukkan bahwa pada saat mendengarkan musik yang mendengarkan, bagian otak yang disebut limbik dan paralimbik aktif. Bagian ini berhubungan dengan timbulnya euphoria, seperti yang manusia dapatkan saat mengonsumsi makanan yang lezat ataupun mengonsumsi obat-obatan tertentu.

Selain teori di atas, ada teori lain yang menjelaskan fenomena ini. Misalnya, teori dari filsuf dan komposer Leonard Meyer. Ia menjelaskan bahwa emosi dalam musik adalah tentang apa yang kita harapkan, dan apakah kita mendapatkannya atau tidak. Meyer menggunakan teori psikologi tentang emosi yang menyatakan bahwa emosi muncul ketika kita tidak dapat memuaskan beberapa keinginan seperti yang kita bayangkan, sehingga menciptakan frustrasi atau kemarahan – tetapi jika kita kemudian menemukan apa yang kita butuhkan, misalnya afirmasi positif, maka emosi kita akan membaik. Hubungan konstan antara harapan dan hasil dengan demikian menghidupkan otak dengan permainan emosi yang menyenangkan.

Meyer memandang bahwa hal ini juga dapat muncul melalui musik yang kita dengarkan. Musik mengatur pola dan keteraturan sonik yang memacu timbulnya prediksi tidak sadar pada diri kita, tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Jika kita benar, akan muncul lonjakan dopamin pada otak yang memicu munculnya perasaan nyaman dan bahagia. Selain hal di atas, kita juga mengetahui bahwa musik berkaitan dengan emosi: misalnya, saat kita mendengarkan musik yang emosional dalam film dengan plot yang menyedihkan, kita dapat menangis. Naluri seperti ini tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

“Kecenderungan alamiah untuk bereaksi berlebihan, yang dapat menguntungkan para musisi,” kata Huron. “Para komposer dapat membuat bagian-bagian yang berhasil memancing emosi yang sangat kuat menggunakan rangsangan paling tidak berbahaya yang bisa dibayangkan.” Dalam artian, komposer-komposer harus dapat mengolah berbagai unsur dalam musik sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan reaksi yang diinginkannya dari pendengar musik. Hal ini menunjukkan bahwa musik tidak hanya menimbulkan perasaan senang, tetapi juga menimbulkan perasaan-perasaan negatif, misalnya kesedihan, kemarahan, bahkan kejenuhan.

Perasaan-perasaan ini tidak selamanya tergantung pada tempo dan susunan nada pada musik yang mengirimkan sinyal-sinyal tertentu ke dalam otak manusia. Ada faktor-faktor yang memengaruhi, misalnya, suasana sekitar kita ketika kita mendengarkan musik. Ketika berada pada suasana yang ramai, kemudian mendengarkan musik yang terkesan menyedihkan, maka kemungkinan untuk kita menangis akan lebih kecil, karena fokus kita terbagi – antara musik yang kita dengarkan dan suasana di sekitar kita. Sementara, ketika kita berada di lingkungan yang lebih sepi dan tenang, pikiran kita lebih terpusat pada musik yang kita dengarkan, dan kita cenderung menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa yang kita alami. Dari peristiwa ini, muncul perasaan sedih yang kemudian tersalur dengan berbagai hal – misalnya dengan menangis.

Author: Charista Edyth Jelita

Referensi:
https://www.bbc.com/future/article/20130418-why-does-music-make-us-feel-good
https://www.piqsels.com/id/public-domain-photo-oyngr