Tradisi Paskah di Nusantara

Paskah merupakan perayaan penting bagi umat Kristiani dimana umat Kristen dan Katolik merayakan kebangkitan Yesus dari kisah sengsara di kayu salib. Setiap umat Kristen dan Katolik yang ada di Indonesia tentunya memiliki caranya masing-masing dalam merayakan perayaan Paskah, terutama karena Indonesia terkenal akan beragam agama dan budaya. Umat Katolik di setiap wilayah di Indonesia memiliki banyak tradisi yang berbeda-beda dan unik, seperti misalnya tradisi Perayaan Semana Santa dan Ziarah Kapel Tuan Ma di Larantuka, Flores Timur. 

Larantuka, kota sederhana di Flores Timur memiliki perayaan Paskah yang unik yang bernama “Pekan Semana Santa”. Pekan Semana Santa ini dilakukan selama seminggu penuh, dari hari Minggu Palma hingga Minggu Paskah yang dilakukan dengan penuh hikmat. Walaupun peziarah menurun selama pandemi Covid-19, antusias umat tidak menurun dalam menyambut Paskah melalui patung Tuan Ma (Bunda Maria).

Larantuka berlokasi di 8,4° LS dan 123° BT dan masuk ke lokasi Flores Timur. Penduduk Kota Larantuka banyak yang beragama Katolik setelah Raja Larantuka, Olla Adobala dibaptis oleh imam Katolik asal Portugis pada tahun 1645. Setelah dibaptis, Raja Larantuka, Olla Adobala diberikan nama tambahan DVG (Don Francisco Olla Adobala Diaz Viera Ghodinho). Sebagai wujud kegembiraan, Sang Raja memberikan tongkat emas kerajaan kepada Bunda Maria Reinha Rosari sebagai lambang Kota Larantuka menjadi abdi dari Tuan Ma. Penerus Raja Olla Adobala, Raja Don Lorenzo Usineno II DVG (Raja ke-10 Larantuka) menobatkan Bunda Maria sebagai Ratu Kerajaan Larantuka. Sejak saat ini Kota Larantuka dikenal sebagai “Reinha Rosari” (Ratu Rosari).

Pekan Semana Santa dilakukan selama seminggu penuh dari Minggu Palma hingga Minggu Paskah. Selain umat Larantuka, peziarah seluruh tanah air datang untuk menyaksikan perayaan besar ini sekaligus meminta mukjizat karena banyak peziarah yang datang merupakan orang yang sakit. Rangkaian Pekan Semana Santa meliputi Minggu Palma, Rabu Trewa, Kamis Putih, Jumat Agung, dan Minggu Paskah.

Masyarakat Larantuka menyebut Minggu Palma sebagai Dominggu Ramu atau Minggu Daun-daun. Selain dilakukan ekaristi, dilakukan juga perayaan devosi berupa persisan, yaitu prosesi mengelilingi katedral sebagai lambang mengenang Yesus memasuki kota Yerusalem.

Rabu Trewa mungkin asing di telinga kita karena memang perayaan ini hanya ada di Larantuka dan sekitarnya. Kata “Trewa” yang berarti “bunyi-bunyian” digunakan untuk mengingat kisah sengsara Yesus dibelenggu. Pada perayaan ini, 13 Suku di Larantuka akan bergiliran melakukan prosesi doa dan bernyanyi.

Kamis Putih diawali dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Larantuka dan dilanjutkan dengan tradisi tikan turo, yaitu prosesi pemasangan tiang bambu yang nantinya diletakkan lilin diatasnya untuk devosi Jumat Agung. Lilin yang telah dipasang lalu dilanjutkan dengan upacara pembukaan peti patung Tuan Ma secara tertutup, hanya umat terpilih saja yang dapat mengikutinya. Patung Tuan Ma yang sudah dikeluarkan dibersihkan, dimandikan, dan dihiasi sebelum peziarah dan umat dapat melakukan devosi mencium Tuan Ma.

Perayaan Jumat Agung di Larantuka berbeda dengan perayaan pada umumnya. Selain diadakan Misa Ekaristi, Patung Tuan Ma dan Tuan Ana diarak menuju Gereja Katedral Reinha Rosari sebagai simbol mengantar jenazah Yesus Kristus setelah disalibkan. Perayaan Jumat Agung dilaksanakan seharian penuh.

Hari Raya Paskah di Larantuka diawali dengan perayaan Ekaristi lalu pada sore harinya dilakukan perayaan Sera Punto Dama, yaitu kegiatan penyerahan tugas mardomu dari yang lama kepada yang baru. Perayaan Sera Punto Dama diawali perarakan Patung Maria Halleluya dari Kapela Panekebis ke Gereja Katedral untuk disemayamkan dengan proses Ekaristi, lalu dikembalikan kembali ke Kapela Panekebis untuk pentahtaan.

 

Penulis : Divisi Acara AS & KMG
Peninjau : Sekretaris Umum KMK