BERNYANYI DENGAN BAIK SAMA DENGAN BERDOA DUA KALI LIPAT

BERNYANYI DENGAN BAIK SAMA DENGAN BERDOA DUA KALI LIPAT

“Bernyanyi dengan baik sama dengan berdoa dua kali lipat” merupakan pepatah yang sering didengar selama ini. Doa Pembuka, Doa Syukur Agung, Bapa Kami, Doa sesudah Komuni menjadi lebih bermutu ketika dilagukan. Dengan dilagukan, kata-kata doa seolah didandani dan menjadi lebih indah. Nyanyian mampu menciptakan kesatuan hati yang lebih mendalam di kalangan umat yang mengikuti Perayaan Ekaristi.

Fungsi nyanyian dalam Perayaan Ekaristi adalah menciptakan suasana yang menunjang ibadat, musik menduduki tempat utama dalam pelaksanaan aktual ibadat sendiri. Musik dipakai untuk melagukan (teks) liturgi. Dalam setiap perayaan Ekaristi, nyanyian memiliki fungsi yang penting yaitu membuat misa lebih agung, semarak karena nyanyian-nyanyian yang dibawakan didalamnya dan membuat doa-doa misa lebih bermutu.

Pada dasarnya, musik itu mengabdi liturgi. Musik suci itu mengiringi teks, gerakan, sikap tubuh dan ritus yang juga suci. Teks doa bisa dilagukan, bahkan menjadi seperti nyanyian. Sementara suatu ritus bisa dipertegas karakter dan makna simbolisnya ketika diberi unsur musikal entah suatu nyanyian atau lantunan melodi dari alat musik. Beberapa bagian Misa khususnya ritus, yang mendapatkan pelayanan musik.

Ritus Pembukaan

Ritus pembuka, setelah umat berkumpul, iman bersama dengan diakon dan para pelayan berarak menjuju altar dengan diiringi nyanyian pembuka. Nyanyian pembuka ini untuk mengiringi perarakan masuk iman berserta pelayan iman. Selain itu, ada tiga tujuan lainnya yaitu membuka Misa, membina kesatuan umat yang menghimpun dan mengantarkan masuk ke dalam misteri masa liturgi atau pesta yang dirayakan. Nyanyian pembuka dinyanyikan untuk memberikan suasana kemeriahan. Namun bukan menjadi keharusan lagu pembukaan dinyanyikan dengan meriah.

Ritus Perarakan Evangeliarium

Ritus ini tidak selalu ada dalam setiap Misa. Biasanya ada dalam Misa meriah atau Misa Hari Minggu ketika digunakan Kitab Injil dilakukan oleh iman diakon/imam petugas yang berjalan sambil mengangkat Kitab Suci diiringi para misdinar pembawa dupa dan lilin menyala. Kitab Injil itu diambil dari altar, lalu diarak menuju ambo, tempat pemakluman Injil. Maknanya menyambut dan menyapa Tuhan yang siap bersabda kepada mereka dalam Injil.

Ritus Persiapan Persembahan

Perarakan mengantar bahan persembahan ke altar sebaiknya diiringi dengan nyanyian persiapan persembahan. Nyanyian itu berlangsung sekurang-kurangnya sampai bahan persembahan tertata di atas altar. Untuk nyanyian persiapan persembahan berlaku petunjuk yang sama seperti nyanyian pembuka. Beberapa saran untuk pengiring ritus ini;

  • Tema atau syair disesuaikan dengan maksud ritus ini. Tema lain yang berkaitan dengan misteri yang sedang dirayakan boleh juga dipilih. Sama dengan aturan untuk nyanyian pembuka.
  • Pemusik memperhatikan kapan sebaiknya nyanyian berhenti. Batasnya sebellum umamam mengajak : “ Berdoalah…” (=sampai bahan persembahan tertata diatas altar)
  • Meski kelompok koor dapat bernyanyi tanpa keterlibatan umat, namum sebaiknya hal itu menjadi pilihan kedua.
  • Bila tak ada yang menyanyi, musik instrumental dapat dimainkan secara mandiri. Tapi cara ini tidak diperkenankan selama Masa Prapaskah.

Ritus Komuni

Ritus komuni dengan peran musik menjelaskan: “Sementara imam menyambut Tubuh dan Darah Kristus, nyanyian komuni dimulai. Maksud nyanyian ini ialah: (1) agar umat yang secara batin bersatu dalam komuni juga menyatakan persatuannya secara lahir dalam nyanyian bersama, (2) menunjukkan kegembiraan hati, dan (3) menggarisbawahi corak “jemaat” dari perarakan komuni. Nyanyian itu berlangsung terus selama umat menyambut, dan berhenti kalau dianggap cukup. Jika sesudah komuni masih ada nyanyian, maka nyanyian komuni harus diakhiri pada waktunya. Haruslah diupayakan agar penyanyi pun dapat menyambut komuni dengan tenang.

Ritus Perarakan Keluar

Ritus penutup berisi beberapa kegiatan: amanat singkat, salam dan berkat imam, pengutusan jemaat oleh diakon atau imam, dan penghormatan altar oleh imam dan diakon dengan mencium altar, kemudian mereka secara bersama para pelayan yang lain membungkuk khidmat ke arah altar. Lalu mereka berarak meninggalkan ruang perayaan. Perarakan ini biasanya diiringi nyanyian yang disebut lagu penutup, atau hanya alunan musik instrumental. Biasanya sudah bisa dimulai sesudah kata-kata pengurusan oleh diakon atau imam. Nyanyian perarakan keluar atau lagu penutup dapat bertema bersyukur, mengungkapkan misteri yang baru saja dirayakan, atau memberi pesan untuk tugas perutusan. Jenis nyanyiannya adalah madah. Sebaiknya jangan lagu yang panjang karena bisa dirasakan melelahkan kelamaan, padahal jemaat ingin segera pergi “melaksanakan tugas perutusan”.

Kelima ritus di atas memperoleh sentuhan musikal. Kebetulan semuanya berkenaan dengan ritual perarakan yang tidak hanya melibatkan petugas liturgi khusus melainkan juga seluruh jemaat. Dengan begitu Misa akan terasa menjadi lebih meriah dan lebih hidup. Apalagi bila pada bagian-bagian lain juga dilengkapi dengan sinergi antara kegiatan ritual dengan musik pengiring., khususnya nyanyian oleh umat. Tapi, kemeriahan liturgi akan mampu tampil secara untuk jika sungguh diupayakan oleh semua peraya dengan mau terlibat aktif dalam Misa itu.

Sumber : Liturgi, Sumber dan Puncak Kehidupan. 2018. Volume 29.

 

Valeria Christy