Apakah Karismatik itu benar Katolik?

Menurut catatan sejarah, pekerjaan besar Roh Kudus terus berlanjut sejak hari Pentakosta. Beberapa orang kudus secara tegas mengalami bimbingan Roh Kudus, seperti Santo Antonius dari Mesir, sampai kepada zaman Santo Benardus.

Pada abad 20 banyak “gerakan awam” yang terus membangun semangat spiritualitas umat dengan dorongan yang kuerakan Pembaruan Karismatik Katolik modern secara besar-besaran muncul khususnya setelah Konsili Vatikan II yang menciptakan semangat baru yang lebih terbuka di dalam Gereja Katolik. Saat itu, Paus Yohanes XXIII menyusun suatu doa yang dibacakan setiap hari selama konsili berlangsung. Di dalam doa tersebut Bapa Suci menyampaikan permohonannya agar Roh Kudus memperbaharui kehidupan umat Katolik.

Gerakan karismatik identik dengan tepuk tangan, musik yang keras dan jingkrak- jingkrak ? Ini keliru. Jika kita melihat pengalaman orang kudus (Santa/o) yang menerima karunia karismatik Roh Kudus, kita tahu bahwa karunia karismatik tidak identik dengan tepuk tangan dan jingrak- jingrak. Beberapa pelajar Katolik yang pertama memperoleh karunia bahasa roh dalam retret yang diadakan di Duquesne University, Amerika (Februari 1967) menerimanya melalui doa Adorasi di hadapan sakramen Mahakudus. Selanjutnya, saya juga mengenal orang- orang yang mendapatkan karunia bahasa Roh melalui doa Adorasi Sakramen Mahakudus, doa rosario, dan doa pribadi. Bahkan pengkhotbah kepausan, Fr. Raniero Cantalamessa, memperoleh karunia bahasa Roh dalam doa pribadinya, sehari setelah ia mengikuti semacam SHDR (jadi tidak di dalam SHDR-nya itu sendiri). Demikian juga Mother Angelica, seorang biarawati Karmelit pendiri EWTN, salah satu stasiun TV Katolik terbesar di Amerika (dan dunia) juga memperoleh karunia berdoa dalam bahasa Roh pada saat mendoakan doa brevier/ ibadah harian, yaitu pada saat ia membaca teks Kitab Suci.

Maka persekutuan doa karismatik yang sungguh Katolik, seharusnya tidak menekankan pujian yang hingar bingar, tanpa keheningan. Tepuk tangan, bahkan bersorak dan menari sebagai cara memuji Tuhan tidak dilarang, sebab hal itu juga dicatat dalam Kitab Mazmur, namun tentu harus dalam batas yang normal yang mencerminkan pengendalian diri (lih. Gal 5:23).

Pujian dan Penyembahan

Dan, Binus University memiliki Kategorial Karismatik dengan nama Persekutuan Doa Karismatik Katolik. Persekutuan Doa Karismatik Katolik (PDKK) Bina Nusantara merupakan salah satu kategorial dalam wadah yang ada dalam civitas akademika katolik Universitas Bina Nusantara, yaitu Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) Bina Nusantara. Sebagai kategorial dari KMK Univ. Bina Nusantara, PDKK Bina Nusantara memegang peranan sebagai gerakan pembaharu umat kristiani, khususnya civitas akademika Universitas Bina Nusantara. Dalam lingkungan yang lebih luas PDKK Bina Nusantara juga melayani dalam persekutuan-persekutuan doa paroki dan kategorial khususnya dalam bidang puji-pujian.
Berawal dari sebuah persekutuan doa kecil yang diperuntukkan bagi staff, karyawan dan dosen katolik Universitas Bina Nusantara (dulu STMIK Bina Nusantara) pada tahun 1991, persekutuan ini secara bertahap terus bertumbuh dan berkembang dalam pimpinan Roh Kudus. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, pada tahun 1992, sejumlah mahasiswa mulai ikut dalam persekutuan yang jumlahnya terus meningkat hingga perlu dibentuk sebuah kepengurusan resmi berupa sebuah tim pelayanan.

Ketua Persekutuan Doa Orang Muda Pembaharuan Karismatik Katolik Keuskupan Agung Jakarta

Tanggal 5 Desember 1993 PDKK Bina Nusantara secara resmi berdiri. Diresmikan melalui sebuah Perayaan Ekaristi Kudus dalam kegiatan retreat panggilan selama 2 hari. Dalam peresmian ini dicanangkan visi dan misi PDKK Bina Nusantara sebagai sebuah gerakan pembaharuan. Visi dari PDKK BiNus: Menjadi saksi Kristus yang membawa terang kemuliaan-Nya (Mat 5:16). Misi PDKK BiNus :
• Fokus ke Tuhan (Mark 12:30)
• Mengasihi sesama (Mark 12:31)

Pengurus PDKK Binus University

Akhirnya, perlu diketahui untuk Gereja Katolik di Indonesia sudah ada Badan Pelayanan Nasional Pembaharuan Karismatik Katolik Indonesia (BPNPKKI) dapat menjadi sarana untuk membimbing gerakan ini di tanah air agar mempunyai arah yang benar dan turut serta dalam membangun Gereja Katolik dari dalam, sesuai dengan visi dan misinya , di mana dikatakan, “Untuk memupuk pertumbuhan yang terus menerus dalam kesucian melalui integrasi yang tepat antara penekanan segi karismatik ini dengan kehidupan yang utuh dari Gereja. Hal ini terlaksana melalui partisipasi dalam suatu kehidupan sakramental dan liturgis yang kaya, penghargaan terhadap tradisi doa-doa dan spiritualitas katolik dan pembinaan terus menerus dalam ajaran-ajaran Katolik dibawah bimbingan Magisterium Gereja dan peran serta dalam rencana pastoral Gereja.” Dengan demikian sudah ada langkah- langkah dari pihak otoritas Gereja Katolik di Indonesia untuk mengkoordinasikan gerakan karismatik ini agar sesuai dengan kehidupan Gereja secara keseluruhan.

Risa Goretty