Santa Louisa de Marillac, Janda
Santa Louisa de Marillac, Janda
Tanggal Pesta: 15 Maret
Louisa tergolong anak malang. Ibunya meninggal dunia ketika ia baru berumur tiga tahun. Ayahnya menikah lagi dengan seorang janda dengan empat orang anak. Perkembangannya tidak dipedulikan oleh ibu tirinya itu. Setelah beberapa tahun, ia dimasukkan ke sebuah asrama putri, milik Suster-suster. Di sinilah mulai tumbuh minatnya pada kehidupan membiara, Tetapi karena kesehatannya selalu terganggu, ia keluar lagi dari asrama itu.
Pada umur 22 tahun, ia menikah dengan seorang pemuda bangsawan bernama Antonius Legras, sekretaris istana Ratu Prancis. Kepada mereka, Tuhan mengaruniakan seorang anak laki-laki yang dipermandikan dengan nama Mikhael. Sebagai ibu rumah tangga, Louisa selalu melayani suami dan anaknya dengan penuh cinta. Meskipun demikian kesulitan keluarga pun sering dialaminya. Suaminya sering tidak berada di rumah karena tuntutan tugasnya. Sedangkan dia sendiri pun kerap ketakutan karena merasa berat menangani anaknya. Kekuatiran akan kemerosotan hidup rohaninya menjadi suatu sumber ketakutan lain baginya. Untuk mengatasi semuanya itu, ia giat melakukan pekerjaan-pekerjaan amal dan rajin berdoa. Kegemarannya melukis terus dilakukannya dalam waktu-waktu senggang.
Pekerjaan-pekerjaan amal yang dilakukannya bagi orang-orang sakit dan miskin membuatnya sangat dekat dengan mereka. Atas penyelenggaraan ilahi, ia bertemu dengan Santo Fransiskus dari Sales. Pada hari raya Pentekosta tahun 1623, ia mengalami suatu peristiwa ajaib: ia mendengar suatu suara ajaib yang memberitahukan kepadanya tentang kehidupannya di masa yang akan datang sebagai salah seorang anggota sebuah serikat religius yang mengabdikan diri kepada kaum miskin. Suara itu pun menjanjikan kepadanya seorang bapa pengakuan yang saleh.
Dalam suatu penglihatan, ia menyaksikan sejumlah besar suster keluar masuk sebuah biara. Pengalaman ini akhirnya menjadi kenyataan baginya. Pada tahun 1625 ketika suaminya meninggal dunia, Louisa mulai memasuki corak hidup baru seperti dikatakan oleh suara ajaib itu. Tuhan mengirimkan kepadanya Santo Vinsensius a Paulo sebagai bapa pengakuannya. Oleh Vinsensius, ia ditugaskan untuk mengambil bagian dalam aksi amal yang dilakukan oleh perkumpulan Vinsensius di Prancis. Pada tahun 1633, Vinsensius menugaskan Louisa mendidik gadis-gadis agar kemudian mendampinginya dalam karya amal itu. Tugas ini perlahan-lahan menjadikan dia pembina dan ibu bagi sebuah tarekat baru: Tarekat Putri-putri Kasih. Tarekat ini berkembang pesat dan menyebar ke seluruh pelosok Prancis.
Mereka mengabdikan diri secara khusus pada pelayanan orang-orang sakit. Kemudian tarekat ini mengembangkan sayapnya sampai Italia dan Polandia. Louisa tetap menjadi pemimpin dan pembina tarekat ini selama 35 tahun. Sebelum menghembuskan nafasnya, ia berpesan kepada para susternya agar selalu bermurah hati penuh cinta kepada para miskin dan pengemis. Sebab di dalam mereka, Kristus tampak secara paling nyata. Louisa meninggal dunia pada tanggal 15 Maret 1660. la meninggal dengan tenang dan pergi menemui Yesus yang selalu dilayaninya dengan penuh kasih dalam diri para miskin dan orang sakit. Putri-putri Kasih ini berkarya juga di Indonesia, yakni di Surabaya.