Imlek Adalah Koreksi Diri Dan Pembaharuan


Oleh: Dr. Drs. Ws. Ongky Setio Kuncono, SH, MM

Setiap tiba hari raya Imlek biasanya orang tua kita selalu membelikan pakaian baru, mengecat rumah, membersihkan segala perlengkapan rumah dari membereskan pakaian-pakaian yang dianggap tidak  layak dipakai sampai dengan  perlengkapan dapur. Tradisi membuang barang lama yang dianggap tidak cocok lagi dipakai dan menggantikan barang baru, melengkapi perabot adalah  kebiasaan yang sudah dilakukan oleh nenek moyang kita. Menjelang Imlek adalah kesempatan melakukan hal tersebut sebagai rasa syukur adanya perubahan yang lebih baik dari sebelumnya. Hal tersebut bukan berarti sebagai keharusan untuk melakukan itu, pembaharuan dalam  bentuk fisik sah-sah saja dilakukan sepanjang seseorang itu memiliki kemampuan. Kita semua harus memahami bahwa yang lebih dipentingkan dalam Imlek adalah perubahan sikap dan mental untuk  melakukan pembaharuan dan perubahan lebih baik. Kebiasaan  membersihkan altar sembahyang dan mencuci perlengkapan  sembahyang bahkan memandikan Kimsin merupakan hal yang wajib dilakukan oleh kita semua.

Semua ajaran diatas sebenarnya adalah cermin dari upaya manusia agar selalu mengoreksi diri hal-hal yang tidak baik ditahun silam untuk diperbaiki ditahun yang akan datang sehingga setiap tahunnya manusia harus banyak perubahan baik mental spiritualnya juga perubahan mutu kehidupannya yang lebih sukses, harmonis, bahagia dan sejahtera. Seperti yang disabdakan oleh Nabi Kongzi bahwa “Bila suatu  hari dapat pemperbaharui diri, perbaharuilah terus tiap hari dan jagalah agar baharu selama lamanya ” (Da Xue BAB II : 1)

Momen Imlek kebanyakan juga digunakan oleh keluarga sebagai alat untuk merukunkan kembali keluarga yang sedang berselisih atau memiliki permasalahan. Disaat Imlek kita bisa saling berkunjung untuk membicarakan kelemahan kelemahan bisnis kita dan kekurangan yang harus diperbaiki dimasa mendatang. Disaat berkumpul dengan keluarga itulah saat bertukar pendapat diantara anggota keluarga juga dimungkinkan bertukar pendapat dengan handai tolani.

Seperti ayat yang disabdakan oleh Nabi Kongzi “Bila bersalah janganlah takut untuk memperbaiki” (Lun Yu Jilid I : 8,4).

Koreksi diri adalah cermin dari Imlek sebagai langkah melakukan perubahan mental atau dalam istilah Jokowi adalah  revolusi mental. Imlek bukan sekedar kita hura-hura melainkan sikap kita membangun sikap mental agar ada perubahan dalam kita bertindak lebih baik dan lebih baik. Pengalaman  menarik yang bisa kita petik dalam Imlek adalah kita sebagai umat manusia kiranya selalu hidup yang dinamis,tidak statis melainkan selalu melihat masa depan itu masa yang ceria atau masa yang harus kita songsong dengan kepastian.

 

Sumber: http://spocjournal.com/religi/588-imlek-adalah-koreksi-diri-dan-pembaharuan.html