Perkembangan Metaverse: Transformasi Era Baru Interaksi Sosial dan Tantangan Ekonomi Digital di Era Virtual

 

(Sumber: https://www.google.com/imgres?h=391&w=696&tbnh=168&tbnw=300&osm=1&lns_uv=1&source=lens-native&usg=AI4_-kT7Zdi1RBhdMEmwOHO9TdPwMeQbgA&imgurl=https://i0.wp.com/girisim.io/wp-content/uploads/2021/10/metaverse.jpeg?w%3D696%26ssl%3D1&imgrefurl=https://mediatrend.mediamarkt.com.tr/metaverse-nedir-bu-terimle-birlikte-hayatmizda-neler-degisti/&tbnid=HqW0Yh4BBKuxbM&docid=u2wZiNE_o2jRsM)

Dalam beberapa tahun terakhir, metaverse telah menjadi topik yang menarik perhatian banyak pihak bukan hanya di Indonesia tetapi di seluruh dunia. Konsep dunia virtual ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, serta membawa perubahan yang besar dalam kehidupan kita. Konsep metaverse sendiri adalah penggabungan dari elemen realitas virtual (VR), augmented reality (AR), dan blockchain, yang kini menjadi pusat perhatian di berbagai sektor, mulai dari bidang hiburan hingga bisnis.

Lantas mengapa metaverse menarik banyak perhatian orang di seluruh dunia? hal tersebut karena metaverse menawarkan cara baru bagi individu untuk berinteraksi dan bersosialisasi. Saat ini juga sudah cukup banyak platform metaverse yang operasional selagi masih terus disempurnakan oleh pengembangannya seperti Decentraland, The Sandbox, dan Horizon Worlds telah memungkinkan pengguna untuk menciptakan avatar virtual dan berinteraksi dalam lingkungan yang sepenuhnya digital. Hal ini tidak hanya memberikan pengalaman yang lebih imersif tetapi juga membuka peluang baru bagi konektivitas global tanpa batasan fisik. Selain itu penggunaan metaverse juga dapat menghadiri konser, pameran seni, pernikahan, semuanya dalam dunia virtual dan bahkan Bank terbesar di Jepang MUFG sudah membuka layanan di metaverse pada 2023.

Namun, perkembangan metaverse juga membawa tantangan tersendiri, terutama dalam aspek ekonomi digital. Salah satu tantangan terbesar adalah keamanan data dan privasi. Salah satu gangguan digital yang paling krusial adalah munculnya non-fungible token (NFT). Istilah “gangguan” telah dilemahkan karena penggunaan yang berlebihan, tetapi istilah ini benar-benar dibenarkan dalam kasus NFT – aset digital unik yang dapat mewakili barang koleksi internet dan objek dunia nyata, yang menimbulkan kekhawatiran tentang regulasi dan stabilitas ekonomi.

Menurut perkiraan awal McKinsey menunjukkan bahwa metaverse memiliki potensi untuk tumbuh hingga $5 triliun nilainya pada tahun 2030. Hal ini menunjukkan bahwa e-commerce sebagai kekuatan ekonomi terbesar ($2,6 triliun), sektor terdepan di antara sektor-sektor lain seperti pembelajaran virtual ($270 miliar), periklanan ($206 miliar), dan game ($125 miliar). Mengutip dari Liputan6.com, Jakarta, 27 Juni 2024, kontribusi metaverse terhadap produk domestik bruto (PDB) di Asia bisa mencapai antara $800 miliar atau sekitar Rp 12.582 triliun (asumsi kurs Rp 15.739 per dolar AS) dan $1,4 triliun atau sekitar Rp 22.035 triliun per tahun pada 2035, kata perusahaan konsultan tersebut. Namun, untuk mencapai potensi ini, perlu ada regulasi yang jelas dan infrastruktur yang kuat untuk mendukung transaksi digital yang aman dan terpercaya.

Duleesha Kulasooriya selaku direktur pengelola Deloitte Center for the Edge di Asia Tenggara mengatakan “Metaverse bukan lagi fiksi ilmiah. Platform metaverse awal sudah digunakan oleh jutaan orang.” Menurut ia, bermain game adalah salah satu cara awal di mana seseorang diperkenalkan ke metaverse.

 

 

 

Sumber

https://www.liputan6.com/crypto/read/5128636/kontribusi-metaverse-diprediksi-sentuh-rp-22035-triliun-terhadap-pertumbuhan-ekonomi-asia