Wah! Jembatan Selat Sunda?

Proyek Jembatan Selat Sunda ternyata tidak dibatalkan, hanya ditunda. Penundaan dilakukan dengan alalasan tidak layak. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, “Jembatan Selat Sunda itu labour and capital intensive. Butuh dana tidak sedikit, tak hanya saat pelaksanaan pembangunannya, juga untuk kajiannya,” Karena itulah, kata Basuki, proyek raksasa ini tidak pernah dibicarakan dan dibahas dalam rapat kabinet dengan Presiden Republik Indonesia. “Tidak pernah ada pembahasan tentang itu. Sekarang fokusnya kepada percepatan pembangunan infrastruktur yang menjadi prioritas,” tambah Basuki. Pemerintah, menurut Basuki, saat ini lebih memilih meningkatkan kapasitas pelabuhan Merak di Banten, dan Bakauheni di Lampung dengan menambah lajur menjadi 10:10, dan meningkatkan kapasitas kapal angkutan (ferry). Selain itu, pemerintah juga mempercepat pembangunan Tol Trans Sumatera yang lebih dibutuhkan masyarakat.  “Jembatan Selat Sunda itu high risk, di sana ada Gunung Krakatau dan anak-anaknya. Teknologi jembatan bisa dibeli, bisa dipelajari, namun risikonya besar,” ucap Basuki. Namun begitu, kata Basuki, bisa jadi setelah infrastruktur prioritas rampung terbangun dan perekonomian Indonesia tumbuh lebih pesat, Jembatan Selat Sunda akan dikaji ulang.