TEKNIK PEMBETONAN DARI INDONESIA YANG DIAKUI DUNIA?
Yah itu lah asli temuan putra Indonesia, yaitu teknik pemutaran lengan beton hasil coran yang bisa diputar hingga 90 derajat, yang pada kala itu dianggap hampir mustahil dan terkesan spekulatif, itulah putra-putra Indonesia yang selalu dituntut serba instan pada kala itu dan harus berhasil. Adalah Tjokorda Raka Sukawati penemu aslinya yang kala itu dipusingkan dengan sibuknya jalan yang akan ditanami tiang tol sehingga dibutuhkan tehnik pengecoran yang tidak mengganggu jalan dibawahnya, yaitu harus mengecor tiangnya terlebih dahulu lalu baru dudukan jalan tol yang kemudian harus diputar searah jalan dibawahnya.
LATAR BELAKANG
Pada kala itu Jakarta sudah diwarnai kemacetan di tahun 80-an, dan solusi yang tepat adalah membangun jalan layang, dan dalam pembangunannya harus tidak mengganggu jalan-jalan disekitarnya yang harus tetap beroperasi, lagi-lagi tuntutan yang sebernarnya hampir tidak mungkin.pada saat itu yan mendapatkan order adalah PT. Hutama Karya untuk membangun infrastruktur jalan bypass A.Yani.
Kendala saat itu adalah tiang penyangga bekisting yang harus didirikan sebelum proses pengecoran memakai tiang gantung pun harganya sangat mahal, kalau tiang konvensional akan mengganggu lalu lintas disekitar jalur hijau itu. Setelah menanamkan (pier head) berdiameter 4 meter selesai, baru dipikirkan lengan (pier head) yang nantinya selebar 22 meter sebagai penyangga jalan layang yang masing-masing pear head akan berjarak 30 meter.
kejadian ini adalah saat pembangunan jalur Cawang-tanjung priok , disaat seperti ini Ir. Tjokorda Raka Sukawati dituntut harus mengecor tiang penyangga dan berikutnya baru mengecor lengan jalan searah jalur hijau tempat tiang penyangga itu dicor dan harus memutarnya pada saat kering dan dia harus memutar hasil coran yang seberat 480 ton, bagaimana caranya?
SECARA TIDAK SENGAJA ATAU KEBETULAN?
Saat itu dia di garasi pada saat ban depan mobil dia ditopang oleh sebuah dongkrak hidrolik dan ban belakang menapak pada permukan lantai yang licin karena ceceran minyak pelumas, mobil itu disentuh dan lalu bergerak dengan titik sumbu dongkrak sebagai porosnya. saat itulah dia menyepurnakan prinsip dasar itu yang memang saat itu sangat dibutuhkan.
Kemudian Tjokorda membuat percobaan dengan membuat silinder hidrolik dengan garis tengah 20 cm untuk ditindih beton seberat 80 ton, yang hasilnya bisa diputar sedikit tetapi tidak bisa turun saat dilepas, ternyata posisi sumbu dongkrak tersebut miring, dan kemudian Tjokorda menyempurnakan posisi titik berat lengan beton diatasnya, dan membuahkan hasil.
PRINSIP DASAR
Prinsip dasar yang dipakai adalah hukum pascal “bila cairan ditekan pada sebuah ruangan tertutup maka tekanan akan diteruskan kesegala arah”. Saat itu yang dipakai adalah minyak pelumas sebagai fluida hidroliknya dengan viskositas yang belum rusak. bila tekanan P dimasukkan ruang seluas A akan menimbulkan gaya F sebesar P dikalikan A. yang digabungkan dengan beberapa parimeter menjadi rumus Sukawati, dan rumus ini masih orsinil ide beliau, karena memang saat itu belum ada pengembangannya karena belum sampai kesana penggunaannya.
Setelah mengecor pier head tersebut diperlukan Landasan putar bebas hambatan (LPBH) yaitu 2 buah piringan besi atau cakram berdiameter 80 cm setebal 5 cm saling menangkup sebagai penumpunya. Piringan ini dibuat dari besi Cor FCD-50 dan mampu mengangkat beban 625 ton. Dilengkapi seal disetiap piringnya, dipompakan minyak pelumas diantaranya dengan tekanan 78 kg/cm persegi, dan angka itulah yang menjadi misteri bagi Tjokorda Raka Sukawati pada saat itu , karena muncul begitu saja tanpa eksperiman & perhitungan.
teori dasar langsung implementasi saat itu setelah mengecor lengan harus memutarnya sejajar jalan dibawahnya.
Meski belum pernah diuji coba tapi Tjokorda yakin hal itu akan bekerja bahkan dia berani menanggung resiko apabila lengan beton itu sama-sekali tidak bisa diputar.
Pada tangggal 27 juli 1988 jam 10 malam waktu setempat tentunya di Jakarta, pompa hidrolik diaktifkan dengan tekanan 78 kg/cm2 membuat lengan seberat 480 ton itu terangkat dan dengan dorongan sedikit saja maka berputarlah lengan itu sebesar 90 derajat.
Setelah dalam posisi sempurna maka fluida hidrolik itu dipompa keluar sampai dua piringan itu tertangkup kembali yang artinya lengan itu telah merapat ditiangnya. Meski memerlukan tenaga yang tidak sedikit untuk memutar lengan terhadap tiang, Tjokorda tetap menguncinya dengan 8 batang besi berdiameter 3,6 cm melalui delapan lubang yang telah dipersiapkan. Setelah itu teknik LPBH baru dipraktekan pada pembangunan tiang dan lengan jalan berikutnya.
Nama Sosrobahu terdapat pada pemasangan tiang ke-85 tepatnya pada november 1989 oleh presiden Soeharto yang diambil dari nama seorang tokoh pewayangan Mahabarata, dan semenjak saat itu teknologi LPBH dinamai teknologi Sosrobahu. Setelah saat itu, insinyur Amerika pun memakainya untuk pembangunan jalan tol di Seattle, dan mereka tetap mematuhi tekanan hidrolik sebasar 78 kg/cm2 arahan Tjokorda yang masih misterius itu yang muncul begitu saja, dan setelah mendapatkan patennya dia membangun laboratoriumnya sendiri dan menemukan tekanan yang dibutuhkan yaitu ternyata 78,05 kg/cm2 dan beda tipis dengan wangsit yang pernah diterimanya sebelum itu.
Hak paten kemudian diterimanya dari pemerintah Jepang, Malaysia, Filipina, dan teknologi ini telah diekspor ke negara-negara Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, dan salah satu jalan layang terpanjang di Metro Manila yaitu ruas Vilamore-Bicutan adalah hasil karya Tjokorda dan disana ditetapkan 298 tiang yang dipakai, dan di Kuala Lumpur memakai 135 tiang, dan Presiden Filipina, Fidel Ramos menyatakan inilah “temuan Indonesia, sekaligus karya cipta putra ASEAN” sementara Korea selatan bersikeras ingin membeli hak patennya.
Sekarang ini telah dipakai edisi ke-2 yang lebih efektif, yang biasanya memerlukan waktu 2 hari menyusupkan baja ke beton, kini hanya 45 menit yaitu dengan memasang angkur atau jangkar ditengahnya sebagai pengunci, dan secara kalkulatif bisa bertahan sampai 100 tahun. Sampai sekarang teknik itu tetap dipakai karena terbukti sangat ekonomis, teknis dan aplikatif. dan tidak mengganggu lalu lintas dibawahnya.