Studing Banding HIMTES BINUS X HMS ITB

Pada hari Minggu, 28 September 2025, telah dilaksanakan kunjungan kerja Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (HIMTES) BINUS University ke Institut Teknologi Bandung (ITB) yang berlokasi di Bandung. Rombongan HIMTES tiba di Kampus ITB Ganesha sekitar pukul 09.00 pagi setelah menempuh perjalanan yang lancar dari Jakarta. Kedatangan disambut dengan hangat oleh panitia dari ITB, yang kemudian mengarahkan delegasi HIMTES menuju ruang pertemuan untuk memulai rangkaian kegiatan studi banding sesuai dengan agenda yang telah ditetapkan.

Kunjungan ini diselenggarakan dengan tujuan utama untuk melaksanakan studi komparatif dan menjalin tali persahabatan, yang berfokus pada perolehan pengalaman dan praktik terbaik dari Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) ITB. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk menimba pengetahuan berharga dan mengadopsi model organisasi yang unggul. Kami disambut dengan senyum hangat dan persaudaraan erat oleh rekan-rekan dari Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) ITB, organisasi yang menyimpan sejarah panjang dan tradisi keprofesian yang kokoh. Selama beberapa jam ke depan, HIMTES BINUS dan HMS ITB akan duduk bersama, berbagi kisah, dan menggali setiap praktik terbaik—mulai dari bagaimana HMS ITB mengelola dinamika internal himpunan, menyusun kegiatan akademik yang inspiratif, hingga melahirkan inovasi-inovasi yang kelak akan membentuk wajah dunia teknik sipil Indonesia. Pertemuan ini diharapkan menjadi jembatan pengetahuan, membuka lembaran baru dalam memperkuat jaringan dan wawasan kepemimpinan mahasiswa Teknik Sipil.
Memasuki ruang pertemuan, suasana formal seketika terasa akrab saat MC membuka acara dengan sapaan penuh energi, membakar semangat para hadirin. Setelah momen pembuka yang penuh gairah itu, suasana berubah khidmat dengan berkumandangnya lagu kebangsaan, Indonesia Raya, yang dinyanyikan bersama.


Puncak awal acara ditandai dengan sambutan dari dua pimpinan dari masing- masing himpunan: Richka yang mewakili HIMTES Binus, dan Vicink dari HMS ITB. Namun, di balik serangkaian sambutan resmi tersebut, tersingkaplah keunikan budaya internal yang membuat HMS ITB begitu istimewa.

Di himpunan legendaris itu, hierarki dilebur dalam sapaan yang unik dan penuh keakraban. Para adik tingkat (Freshmen) memanggil kakak tingkatnya dengan sebutan hormat, namun santai, yakni ‘bos dan bis’. Sebaliknya, para senior membalas sapaan dengan julukan yang jauh lebih lembut dan jenaka, ‘kuya dan kuyi’, yang ternyata merupakan plesetan dari kata kura-kura, menyiratkan lambang kekeluargaan dan kesabaran dalam berproses. Tradisi sapaan inilah yang menjadi bumbu pemersatu, memperlihatkan betapa kentalnya ikatan persaudaraan yang mereka junjung tinggi.

Sebelum keacara pemaran materi, untuk mencairkan suasa, diadakan Ice Breaking, yang dipimpin satu panitia dari HIMTES Binus dan satu panitia dari HMS ITB. Nama gamesnya kebolak balik, cara mainnya dengan mengikuti suara pembawa games. Jika panitia games memerintahkan untuk naik maka harus turun, jika lompat maka jongkok, dan seterusnya, intinya kebalikan dari perkataan pembawa games. Dengan membuat kereta Panjang, antara himpunan bersaing. Games dipenuhi sorak sorai dan suara tawa, dengan adanya Ice Braking ini para peserta menjadi lebih Santai.

Sesi pertama pertemuan studi banding itu segera dimulai, membawa para peserta untuk saling mengenalkan identitas masing-masing organisasi. Sorotan utama tertuju pada pemaparan mengenai struktur himpunan: dari pihak BINUS, dikenalkanlah HIMTES (Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil), yang berdiri tegak sebagai wadah aspirasi mahasiswanya. Sementara itu, teman-teman tuan rumah memperkenalkan diri sebagai HMS ITB (Himpunan Mahasiswa Sipil), sebuah entitas legendaris dengan sejarah panjang.

Ketua HIMTES BINUS, Kak Richka Lordeshia, memimpin sesi dengan elegan. Ia memaparkan visi, misi, dan struktur HIMTES, merinci setiap program kerja dengan cermat. Antusiasme segera menyelimuti ruangan, terbukti dari derasnya pertanyaan yang diajukan oleh teman-teman dari HMS ITB—mereka tampak terpikat dan ingin mengupas lebih jauh strategi yang diterapkan HIMTES.
Tak lama berselang, pemaparan materi beralih ke pihak tuan rumah. Dengan gaya kepemimpinan yang kharismatik, Ketua HMS, bos Vicink Alfresco Y.C. Al-Anshar, mengambil alih. Ia menyajikan gambaran mendalam tentang struktur organisasi mereka yang masif, lengkap dengan beragam program kerja yang telah berhasil dijalankan. Bos Vicink juga sempat membuka tabir mengenai sistem kaderisasi unik yang menjadi fondasi kekuatan HMS. Dengan total sembilan belas divisi—sebuah struktur yang jauh lebih kompleks dibanding HIMTES—HMS ITB segera menarik perhatian. Sesi tanya jawab pun kembali memanas; kali ini, para peserta dari HIMTES BINUS yang tampak terbius, tenggelam dalam rasa penasaran mendalam akan rahasia di balik kebesaran organisasi HMS ITB.

Sebagai simbol apresiasi dan penghormatan, perwakilan HIMTES kemudian menyerahkan sebuah plakat kepada HMS ITB. Penyerahan plakat ini bukan sekadar penghargaan, melainkan juga penegasan atas terjalinnya ikatan persahabatan yang kuat antara dua himpunan mahasiswa teknik sipil tersebut.

Setelah sesi presentasi formal, suasana segera dihangatkan oleh undangan dari HMS ITB untuk berdiskusi santai di taman. Udara sejuk khas Bandung, ditemani hembusan angin yang lembut di antara rindangnya pepohonan, menciptakan latar belakang yang sempurna untuk obrolan yang intens namun terasa ringan. Di bawah naungan langit biru, mereka memulai sesi sharing antar divisi—dari saling bertukar informasi mengenai pekerjaan spesifik masing-masing, sesi tanya jawab yang mendalam, hingga obrolan ringan mengenai pahit manisnya pengalaman kuliah. Dalam suasana yang akrab dan kolaboratif, diskusi ini menjadi momen penting untuk berbagi pengalaman, membahas tantangan, serta bertukar ide yang membangun. Bahkan, salah seorang peserta tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya dan berujar, “Seru juga ya bertukar pikiran kayak gini,” menegaskan bahwa esensi dari studi banding telah tercapai: menjalin persahabatan melalui kolaborasi pikiran.

Waktu sudah menunjukan jam 12:00 siang, perut sudah mulai berbunyi. Setelah selesai diskusi antar divisi, maka energi perlu diisi ulang untuk melanjutkan keacara selanjutnya. Jeda selama kurang lebih satu jam digunakan para peserta untuk beristirahat, ada yang mengobrol hangat, ada yang makan siang, dan ada pula yang menikmati suasa. Saling bertukar identitas himpunan, jaket himpunan juga terjadi, lalu diabadikan sebagai kenang- kenagan, serta salah satu bentuk hubungan yang semakin hangat dan erat.

Setelah mengisi perut dan memulihkan energi, perjalanan dilanjutkan, kali ini dengan menjelajahi setiap sudut Kampus Ganesha yang legendaris. Teman-teman dari HMS ITB menjadi pemandu, membawa rombongan berjalan kaki sambil menuturkan kisah sejarah yang tersimpan di balik setiap bangunan tua. Mereka melewati berbagai monumen dan gedung ikonik, termasuk Labtek Biru, yang arsitekturnya langsung menarik perhatian—konstruksi segitiga yang dijadikan penyangga langit-langit dan terasnya melambangkan kekuatan dan keringanan, dengan desain yang sengaja dibuat menyerupai untaian DNA. Tak jauh dari sana, berdiri megah Perpustakaan Pusat, yang bentuknya menyerupai tumpukan buku raksasa, seolah menjadi simbol kehausan akan ilmu. Puncak eksplorasi tiba di Plaza Widya Nusantara. Berada tepat di tengah kampus, plaza ini memancarkan aura historis yang kental, diapit oleh empat bangunan Labtek kembar yang menciptakan simetri sempurna. Namun, yang paling memukau adalah Kolam Indonesia Tenggelam (Intel); kolam air mancur unik yang menyimpan peta kepulauan Indonesia terbenam di dasarnya. Dari pusat peta itulah, air menyembur kuat, menjulang tinggi hingga dua sampai tiga meter, seolah menjadi detak jantung kampus yang tak pernah berhenti berdenyut.


Setelah seluruh penjuru kampus dieksplorasi dan setiap kisah sejarah diserap, tibalah saatnya untuk mengabadikan momen. Tepat di jantung Plaza Widya Nusantara—dengan semburan air dari kolam ‘Intel’ menjadi latar belakang—seluruh rombongan berpose untuk foto bersama. Jepretan kamera itu menjadi penanda yang manis dan dramatis, menutup secara resmi agenda Studi Banding antar himpunan Teknik Sipil ini. Namun, perpisahan ini bukanlah sebuah akhir. Sebaliknya, seperti janji yang tersirat dalam setiap senyum dan pandangan, perpisahan ini hanyalah permulaan, sebuah penanda dimulainya babak baru dalam cerita kolaborasi yang lebih besar.

Acara Studi Banding ini akhirnya mencapai tirai penutup, namun bukan berarti akhir dari segalanya. Justru, melalui kehangatan yang tercipta antara HIMTES BINUS dan HMS ITB, telah terjalin sebuah benang merah persahabatan yang kuat, membuka gerbang bagi sinergi dan kolaborasi yang lebih besar di masa depan. Pertemuan yang sarat ilmu ini diharapkan menjadi titik awal, fondasi yang kokoh, demi memajukan kualitas mahasiswa Teknik Sipil di kedua institusi.

Antusiasme yang meledak-ledak dari para peserta menjadi bukti nyata keberhasilan acara ini. Pinta yang paling sering terdengar adalah sebuah harapan yang polos namun mendalam: “Adain lagi dong yang seperti ini!” Menanggapi gema semangat tersebut, HIMTES BINUS berkomitmen penuh untuk tidak berhenti di sini; mereka berjanji akan terus membuka ruang kolaborasi lintas kampus—baik melalui studi banding, forum diskusi mendalam, maupun program-program bersama yang transformatif.
Terakhir, sebuah ucapan tulus tersemat untuk kakak-kakak HMS ITB: terima kasih yang tak terhingga atas sambutan yang menghangatkan, atas semangat kolaboratif yang menginspirasi, dan atas antusiasme yang tak pernah padam. Sampai jumpa lagi, di babak kolaborasi selanjutnya!