Peran Teknik Sipil Dalam Pertumbuhan Ekonomi Bangsa

Nusaputra.ac.id – Teknik Sipil punya peran dalam pertumbuhan ekonomi, namun sebelum menjelaskan peran tersebut mungkin perlu diperkenalkan terlebih dahulu agar publik paham, apa itu teknik sipil? dan bagaimana sejarah Teknik Sipil?

Istilah Teknik Sipil (civil engineer atau engginer) dikenalkan oleh John Smeaton, seorang berkebangsaan Inggris yang telah banyak berkarya membangun berbagai macam struktur seperti Eddystone Lighthouse yang dibangun tahun 1756.

Teknik Sipil termasuk profesi yang sudah berkembang sejak lama, diperkirakan sudah berkembang di Mesir kuno dan Mesopotamia antara 4000 sampai dengan 2000 SM, seperti Pyramid Raja Djoser yang diketahui terdapat di kompleks Saqqara, diakui sebagai pyramid tertua di dunia (berusia lebih dari 4000 tahun, atau dibangun sekitar tahun 2600 SM), dibangun oleh seorang engineer bernama Imhotep.

Awalnya profesi Engginer ini dimiliki oleh militer untuk membangun pertahanan, benteng, pos-pos militer, jalan, jembatan dan bangunan pendukung lainnya. Seusai perang para Engginer dimasa itu dibutuhkan untuk membangun ulang kota yang sudah hancur, menata kota lebih teratur sesuai kebutuhan.

Namun akhirnya profesi Engineer terpisah dari militer. Berdasarkan rumpun ilmu, Teknik sipil mencakup; matematika, kimia, fisika, geologi, lingkungan hingga Komputer. Saat ini Teknik Sipil terbagi beberapa cabang diantaranya struktur, geoteknik, manajemen rekayasa konstruksi, hidrologi, teknik lingkungan dan transportasi.

Profesi seorang civil engineer mencakup perancang, pelaksana pembangunan, pemeliharaan, meliputi: jalan, jembatan, terowongan, Gedung, bandara udara, lalu lintas (darat, laut & udara), jaringan kanal, drainase, irigasi, perumahan.

Selanjutnya, perindustrian, pertanian, minimalisasi kerugian gempa, perlindungan lingkungan, penyediaan air bersih, konsep finansial dari proyek, manajemen proyek dan lain sebagainya. Semua aspek kehidupan tercakup dalam muatan ilmu Teknik sipil.

Teknik Sipil adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana merancang, membangun, merenovasi, memelihara dalam lingkup demi kebaikan dan kelangsungan mahluk hidup, khususnya manusia, oleh karena itu ilmu ini disebut dengan ilmu sipil atau Teknik Sipil, karena ilmu ini adalah ilmu yang mempelajari kebutuhan pokok bagi kelangsungan hidup manusia.

Apa Peran Teknik Sipil Dalam Pertumbuhan Ekonomi Bangsa ?

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari alokasi pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah.

Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of private capital, sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi (Kwik Kian Gie, 2002).

Infrastruktur juga berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia, antara lain dalam peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran nyata dan terwujudnya stabilisasi makro ekonomi, yaitu keberlanjutan fiskal, berkembangnya pasar kredit, dan pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja (Abdul Haris, Kasubdit Pertanahan-Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas).

Begitu banyak dan besarnya peran infrastruktur sehingga dalam sebuah studi yang dilakukan di Amerika Serikat (Aschauer, 1989 dan Munnell, 1990) menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi, adalah sebesar 60 persen (Suyono Dikun, 2003).

Bahkan studi dari World Bank (1994) disebutkan elastisitas PDB (Produk Domestik Bruto) terhadap infrastruktur di suatu negara adalah antara 0,07 sampai dengan 0,44. Hal ini berarti dengan kenaikan 1 (satu) persen saja ketersediaan infrastruktur akan menyebabkan pertumbuhan PDB sebesar 7 persen sampai dengan 44 persen, variasi angka yang cukup signifikan.

Begitu pentingnya dampak pengaruh kebijakan pembangunan infrastruktur bagi sektor-sektor ekonomi lainnya. DitambaHkan lagi menurut data dari Staf ahli Bidang Logistik dan Multimoda Perhubungan, Kementerian Perhubungan, bahwa biaya logistik di Indonesia masih mengalokasikan 24 persen dari biaya produksi (Sumber: hhttp://economy.okezone.com, Selasa 21/10/2014).

Sehingga nilai barang produksi menjadi lebih tinggi di harga pasaran. Maka penurunan biaya produksi sangat tergantung dengan biaya infrastruktur transportasi atau logistic (Dr. Ade Asmi ST., M.Sc. Head of Civil Engineering Dept, Universitas Bakrie).

Secara empiris jelas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan infrastruktur berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi (secara makro dan mikro) serta perkembangan suatu negara atau wilayah.

 

Suatu contoh, dalam satu kegiatan proyek infrastruktur akan menimbulkan bangkitan dan terikan ekonomi, dari mulai pegawai kasar (kuli), pedagang, para engineer (tenaga ahli) dan lain-lain.

Di lingkungan sekitar proyek tersebut pertumbuhan ekonomi akan berkembang, karena perputaran keuangan dilingkungan sekitar proyek akan meningkat. Hal ini akan memicu munculnya idea-idea bisnis baru, dan membangkitkan orang mau untuk berinvestasi.

Jika Infrastruktur Sangat Signifikan Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi, Lalu Apa Permasalahan atau Tantangannya Saat Ini Atau Masa Mendatang?

Indonesia masih kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat mendukung infrastruktur yaitu SDM Sarjana Teknik.

Berdasarkan data Kementrian Pekerjaan Umum, setiap tahun Indonesia memerlukan 175 ribu sarjana teknik, (Sumber: www.republika.co.id, Jumat, 21 Maret 2014).

Sayangnya, Indonesia baru bisa menghasilkan sekitar 40 ribu Sarjana Teknik tiap tahunnya. Perbandingannya dengan negara lainnya, misalnya Cina dan India yang setiap tahun mampu menghasilkan 764 ribu dan 489 ribu Sarjana Teknik.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, struktur pendidikan masyarakat Indonesia sebagian besar di sekolah dasar dan menengah. Berdasarkan data tersebut hanya 9.20 persen penduduk Indonesia yang mengenyam pendidikan tinggi baik sarjana maupun diploma.

Kemudian 23.60 persen berpendidikan sekolah menengah, 17.99 peren berpendidikan SMP, 28.92 persen berpendidikan SD, dan masih ada 20.29 persen tidak berpendidikan.

Dari 9.20 persen penduduk yang berpendidikan tinggi tersebut mungkin hanya sedikit yang mengambil bidang sebagai Sarjana Teknik dan diperparah lagi lulusan perguruan tinggi Sarjana Teknik lebih memilih mengambil profesi lain di luar Engineer. Masalah mendasar inilah yang harus diatasi pemerintah Indonesia untuk menambah daya saing generasi yang akan datang.

Kurangnya stok Sarjana Teknik apabila diabaikan secara terus menerus akan menyebabkan Indonesia tidak memiliki daya saing yang cukup untuk bersaing dengan negara-negara lain di berbagai sektor khususnya bagi dunia infrastruktur, konstruksi dan teknologi.

Terutama negara-negara ASEAN khususnya sebagai pesaing utama bagi merebut jawara kawasan ASEAN untuk berbagai sektor. Belum lagi ditambah pesaing dari kawasan Asia yang sudah mumpuni dimana China (Tiongkok), Japan dan Korea masih merajai di sektor infrastruktur, konstruksi dan teknologi.

Sebagaimana dari data Engineering News Record (ENR) tahun 2015 mengenai Top 250 International kontraktor dunia, dari sepuluh besar kontraktor diisi tujuh Kontraktor dari China (Tiongkok). Dimana, tidak ada satupun Kontrator BUMN Indonesia yang mampu masuk dalam kategori ini. Sehingga ke depan pemerintah Indonesia perlu memikirkan SDM Engineer yang mumpuni untuk bisa mencapai sebagai kontraktor BUMN yang mendunia.

Dari data dan analisa di atas kemungkinan besar, mau tidak mau untuk mewujudkan mimpi infrastruktur Indonesia maka pemerintah harus import Teknik Sipil dari negara lain untuk mencukupi kebutuhan pembagunan Infrastruktur Indonesia.

Hal ini diperlukan untuk mempercepat output target pemerintah di bidang infrastruktur dan memang tidak mungkin pemerintah menunggu sehingga Universitas dapat mencetak tenaga-tenaga Engineer yang handal bagi memenuhi target pemerintah dalam jangka waktu dekat.

Padahal pemerintah Indonesia dari tahun 2007 sampai dengan 2020 hanya mengalokasikan biaya infrastruktur rata-rata 2,29 persen pertahun (Badan Pusat Statistik. Kementerian Keuangan).

Tantangannya?

Berdasarkan informasi yang didapat pada saat Rakord pada hari Kamis 30 Januari 2020 di Kementerian PUPR, bahwa alokasi biaya infrastruktur pada kementerian PUPR tahun:

  • Tahun 2018, sebesar 80 T
  • Tahun 2019, sebesar 82,7 T
  • Tahun 2020, sebesar 85 T.

Asumsi penyerapan tenahga kerja konstruksi (TKK) ahli, dalam 1 trilyun menyerap tenaga ahli konstruksi sebanyak 14.000 orang.

Artinya TKK ahli yang dibutuhkan pada tahun 2020 sebanyak 1.190.000 org TKK ahli, sedangkan ketersediaan TKK ahli ssampai dengan 2020 berjumlah 675.232 orang, saat ini saja sudah jelas kekurangan TKK ahli sebanyak 514.768 orang.

Perkiraan rencana kebutuhan alokasi anggaran infrastruktur bidang PUPR tahun 2020 – 2024 sebesar 6.421 T, ini artinya membutuhkan TKK ahli 6.421 x 14.000, atau membutuhkan TKK ahli sebanyak 89.894.000 orag TKK ahli.

Oleh karena itu tantangan sekarang adalah bagaimana mempersiapkan SDM sebanyak itu, dan apakah hal ini akan kita biarkan orang luar negeri menjadi pelakunya, atau kita merupakan bagian diantara 89.894.000 tenaga ahli tersebut.

Harapannya?

Kita perlu mempersiapkan SDM untuk memenuhi kebutuhan Teknik Sipil dalam menyediakan infrastruktur, dimana kita telah ketahui bahwa setiap peningkatan infrastruktur akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi secara makro maupun mikro.

Kita perlu mengoptimalkan anggaran yang dialokasikan rata-rata dalam setiap tahun sebesar 10,51 persen untuk pendidikan berdasarkan data BPS Kementerian Keuangan, agar output SDM kita mempu bersaing secara global.

Alokasi anggaran untuk Pendidikan jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan alokasi anggaran infrastruktur yang rata-rata pertahun hanya dialokasikan sebesar 2,29 persen.

Saya berharap. Jika kita memahami firman Allah dalam alqur-an surat albaqoroh ayat 30, bahwa Allah menciptakan manusia diantaranya adalah sebagai kholifah, kholifah bisa berarti pengelola/manajerial yang bertugas untuk mengelola dunia ini, alam beserta isinya untuk kebaikan dan kelangsungan mahluk hidup.

Oleh karena itu menuntut ilmu yang berkaitan dengan pengelolaan alam ini menurut saya merupakan suatu kewajiban, dan yang paling erat kaitan keilmuannya adalah ilmu Teknik Sipil.

Adapun civil engineer saat ini sangat dibutuhkan dan mengalami kekurangan, atau profesi yang berkaitan dengan Teknik sipil menjadi sumber pendapatan, atau seseorang atau organisasi yang berkecimpung dalam bidang Teknik sipil menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan, menurut saya itu hanyalah bonus yang Allah SWT berikan kepada kita, karena kita menjalankan perintah-Nya sebagai pengelola/manajerial bagi alam ini.

 

Author: Ir. Paikun, S.T.,M.T

Editor: Nusa Putra University

Publisher: nusaputra.ac.id