Bagaimana Emotion Validation Pada Remaja?

Halo, teman-teman Psikopedia!

Merasakan lingkungan yang tidak dapat menerima kenyataan kalau kita merasa tidak mampu dan terus terlihat kuat. Tanggapan-tanggapan yang seharusnya mereka dapat menerima semua perasaan emotional kita rasakan. Sedangkan kita juga memiliki emosi negatif dan positif untuk ditampilkan, tidak hanya emosi positif saja yang harus ditunjukkan ke semua orang. 

  Menurut Galen (2016), Emotional Validation adalah tindakan yang mengakui dan menerima semua pengalaman secara batin, pikiran, dan perasaan seseorang termasuk emosi negatif. Memvalidasi emosi bukan berarti semua yang dialami itu benar, tetapi bagaimana kita memahami emosi tanpa menghakimi orang lain. Selain itu, dengan emotional validation membantu kita dalam membuka self-compassion dimana kita merasa emosi kita valid membantu kita menghindari perasaan malu, menyalahkan diri sendiri sehingga membantu dalam menanggapi percaya diri

Seperti yang diketahui anak yang sudah memasuki masa remaja, pengelolaan emosi sangat signifikan mempengaruhi kehidupannya, bahkan hubungan relasi dengan orang lain maupun orang tua. Dengan ini orang tua juga harus memahami metode-metode emotional validation yang dapat mengontrol dan memahami apa yang dirasakan anak, seperti berikut ini:

  • Mengidentifikasi dan mengakui emosi

Dengan mengakui emosi yang dialami oleh anak. Hal ini bisa saja sulit untuk dilakukan jika kita tidak dapat mengkomunikasikan perasaan anak dengan jelas. Jadi, orang tua dapat bertanya dan menebak perasaan anak saat itu. Contohnya, ketika anak marah kepada orang lain kita sebagai orang tua dapat mendengarkan anak menyampaikan apa yang dirasakan saat itu dengan menjawab “Kamu terlihat sedang marah. Apakah ada yang mengganjal sehingga ada yang membuatmu marah?”.

  • Mengakui sumber emosi itu datang

Langkah ini orang tua dapat mengidentifikasi situasi yang membuat anak merasakan emosi tersebut. Kita bisa tanyakan apa apa yang terjadi. Contohnya, ketika anak sedang marah bisa bertanya seperti “Apa yang membuat kamu kesal?”

  • Memvalidasi emosi anak

Orang tua dapat memvalidasi perasaan pada anak dengan mengomunikasikan bahwa Anda bisa merasakan perasaan yang dialami anak, meskipun kita tidak mengikuti alasan mereka. 

Terkadang emosi negatif atau positif yang timbul pada anak sulit diperkirakan oleh   orang tua. Oleh sebab itu, orang tua harus terampil dalam menanggapi pengalaman yang didapatkan pada anak. Sebab, respon dari orang tua dapat membantu mereka untuk meregulasi dirinya agar dapat mengontrol emosi yang dirasakan. Setelah orang tua sudah memvalidasi perasaan anak, orang tua bisa membantu memberikan solusi yang sesuai dengan masalah yang dialami anak. 

Dengan demikian, peran orang tua dalam mendampingi anak yang sudah memasuki masa remaja dapat membantu membentuk karakter dan kepribadian anak untuk kedepannya.

Referensi:

Tiyas, T. W. (2022, December 1). Emotional Validation: Belajar Menerima Bukan Berarti Membenarkan Segala Hal. Kumparan. https://kumparan.com/tresna-wening-tiyas/emotional-validation-belajar-menerima-bukan-berarti-membenarkan-segala-hal-1zLlrEpmFQ0 

Ramadhan, Z. F. (2022, December 9). Mengenal Emotional Validation, Hal yang Mempengaruhi Mental Anak Remaja dari Sikap Orangtua Halaman all – Kompasiana.com. KOMPASIANA. https://www.kompasiana.com/zianfauzan281/6392a5844addee5c9a5a10a2/mengenal-emotional-validation-hal-yang-mempengaruhi-mental-anak-remaja-dari-sikap-orang-tua?page=all 

What You Can Do to Help Others Feel Validated. (2022, November 14). Verywell Mind. https://www.verywellmind.com/what-is-emotional-validation-425336 

Penulis: Fasya Wahyunigtyas