“Dari ‘Nanti Saja’ Jadi Bikin Pusing”
✨ Halo PsyTroopers! ✨
Pernah tidak sih sudah berniat, “hari ini harus selesai!” tetapi akhirnya malah berbaring sambil berkata, “sebentar lagi aja”? 🤔 Nah, itulah yang disebut prokrastinasi kebiasaan yang kerap menjebak kita untuk menunda pekerjaan. Tenang saja, bukan berarti kita tidak bisa mengatasinya. Yuk, kenalan dengan beberapa cara seru untuk menghadapi prokrastinasi supaya hidup terasa lebih ringan!
Prokrastinasi atau kebiasaan menunda pekerjaan sudah menjadi fenomena yang akrab di kalangan mahasiswa, bahkan hampir semua orang pernah mengalaminya. Kalimat “nanti saja” terasa lebih mudah diucapkan dibandingkan langsung menyelesaikan pekerjaan. Banyak yang menilai hal ini sebagai tanda kemalasan, padahal prokrastinasi tidak sesederhana itu. Terdapat sejumlah faktor yang membuat seseorang memilih untuk menunda, seperti rasa takut gagal, sifat perfeksionis, motivasi yang rendah, hingga manajemen waktu yang tidak teratur. Jika dibiarkan, kebiasaan ini dapat berkembang menjadi masalah serius dan berujung pada stres akademik.
Rasa takut gagal merupakan salah satu alasan yang paling sering melatarbelakangi prokrastinasi. Tidak sedikit mahasiswa yang menunda bukan karena tidak mampu, tetapi karena khawatir dengan hasil yang akan diperoleh. Ada pemikiran bahwa gagal setelah mengerjakan dengan sungguh-sungguh lebih menyakitkan dibandingkan gagal karena kekurangan waktu. Hal ini sejalan dengan penelitian Sebastian (2013) yang menemukan bahwa fear of failure dapat menurunkan kepercayaan diri dan mendorong perilaku prokrastinasi akademik. Oleh karena itu, sebagian orang merasa lebih aman menunda pekerjaan, meskipun pada akhirnya justru memperbesar kemungkinan kegagalan yang mereka takutkan. Dengan kata lain, prokrastinasi sering kali menjadi mekanisme perlindungan diri yang salah arah.
Selain rasa takut gagal, perfeksionisme juga berperan penting dalam memicu kebiasaan menunda. Perfeksionisme sering dianggap positif karena menunjukkan standar yang tinggi. Akan tetapi, bagi sebagian mahasiswa, standar yang terlalu tinggi justru menjadi penghalang untuk memulai. Pekerjaan terasa belum layak dikerjakan sebelum benar-benar sempurna, sehingga waktu terbuang hanya untuk menunggu kesiapan yang tidak pernah datang. Pada akhirnya, tugas baru dikerjakan menjelang tenggat waktu. Sifat perfeksionis yang semula dimaksudkan untuk menghasilkan karya terbaik justru berbalik arah dan memperlambat proses.
Motivasi juga memiliki kaitan erat dengan prokrastinasi. Mahasiswa dengan motivasi belajar yang rendah cenderung lebih mudah terdistraksi oleh hal-hal yang memberikan kesenangan sesaat. Membuka media sosial, menonton film, atau sekadar beristirahat terasa jauh lebih menarik dibandingkan mengerjakan tugas yang menuntut konsentrasi tinggi. Meski penelitian oleh Reza (2015) menunjukkan bahwa motivasi akademik tidak berhubungan signifikan dengan prokrastinasi akademik, kenyataannya motivasi yang lemah membuat seseorang lebih mudah mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang seharusnya diselesaikan. Akibatnya, tugas semakin lama tertunda, sementara waktu terus berjalan.
Buruknya manajemen waktu juga menjadi penyebab yang tidak bisa diabaikan. Banyak mahasiswa merasa masih memiliki banyak waktu sehingga memilih menunda. Namun, perasaan itu sering kali menipu. Ketika akhirnya menyadari tenggat sudah dekat, pekerjaan menumpuk dan tekanan meningkat. Situasi ini semakin jelas terlihat pada masa kuliah daring, ketika batas antara waktu belajar dan waktu pribadi tidak lagi jelas. Tanpa perencanaan yang baik, mahasiswa terjebak dalam siklus menunda yang sulit diputus.
Dampak dari prokrastinasi bukan hanya penurunan produktivitas, tetapi juga meningkatnya stres akademik. Tugas yang awalnya sederhana berubah menjadi beban berat karena menumpuk dan harus diselesaikan dalam waktu singkat. Kondisi ini dapat memicu rasa cemas, menurunkan kepercayaan diri, hingga mengganggu kesehatan mental secara umum. Dengan demikian, prokrastinasi bukan sekadar kebiasaan kecil yang sepele, melainkan masalah yang dapat berpengaruh pada kesejahteraan mahasiswa.
Jika ditarik garis besar, prokrastinasi muncul karena kombinasi berbagai faktor: rasa takut gagal, perfeksionisme, motivasi yang lemah, dan keterampilan manajemen waktu yang kurang baik. Semua faktor ini saling terkait dan dapat menimbulkan tekanan lebih lanjut. Oleh karena itu, memahami akar masalahnya penting agar mahasiswa dapat menemukan solusi yang tepat. Strategi sederhana dapat dilakukan, seperti membagi pekerjaan besar menjadi bagian kecil, mengutamakan kemajuan daripada kesempurnaan, menyusun jadwal yang realistis, serta memberikan apresiasi kepada diri sendiri setelah menyelesaikan pekerjaan.
Kebiasaan ini tidak boleh terus dibiarkan, prokrastinasi bisa menjadi lingkaran yang menghambat perkembangan akademik maupun pribadi. Menyadari bahwa menunda bukanlah solusi, melainkan sumber masalah baru, merupakan langkah awal yang penting. Dengan belajar mengatur waktu, berani menghadapi ketakutan, dan menerima bahwa kesempurnaan tidak selalu mungkin dicapai, mahasiswa dapat mengubah kebiasaan menunda menjadi kebiasaan menyelesaikan. Tidak harus sempurna, yang terpenting adalah terus melangkah dan konsisten.
Referensi
Bela, A., Thohiroh, S., Efendi, Y. R., & Rahman, S. (2023). Prokrastinasi akademik dan manajemen waktu terhadap stres akademik pada mahasiswa di masa pandemi: Review literatur. Jurnal Psikologi Wijaya Putra (Psikowipa), 4(1), 37–48. https://doi.org/10.38156/psikowipa.v4i1.59
Luhur Wicaksono. (2017). Prokrastinasi akademik mahasiswa. Jurnal Pembelajaran Prospektif, 2(2). https://doi.org/10.26418/jpp.v2i2.34359
Reza, I. F. (2015). Hubungan antara motivasi akademik dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. HUMANITAS, 12(1), 39. https://doi.org/10.26555/humanitas.v12i1.3827
Sagita, D. D., Daharnis, & Syahniar. (2017). Hubungan self efficacy, motivasi berprestasi, prokrastinasi akademik, dan stres akademik mahasiswa. Bikotetik (Bimbingan Dan Konseling: Teori Dan Praktik), 1(2), 43. https://doi.org/10.26740/bikotetik.v1n2.p43-52
Sebastian, I. (2013). Never be afraid: Hubungan antara fear of failure dan prokrastinasi akademik. CALYPTRA : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(1), 1–8.
Yohana Lastri Dara, Christian Wiradendi Wolor, & Marsofiati Marsofiati. (2023). Pengaruh perfeksionisme, manajemen waktu, dan internal locus of control terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa. SERUMPUN Journal of Education Politic and Social Humaniora, 1(2), 139–139. https://doi.org/10.61590/srp.v1i2.93