Warna, Outfit, dan Mood: Ada Hubungannya?

Pernahkah kalian terpikir bahwa warna baju yang kita gunakan menggambarkan bagaimana kita ingin terlihat di mata orang lain? Apa yang dikenakan seseorang saat pergi ke kampus bisa saja menggambarkan perasaan mereka pada saat itu. Teori persepsi warna menjelaskan bagaimana setiap warna itu memiliki efek psikologis tertentu. Misalnya, warna kuning sering dikaitkan dengan orang-orang yang ceria, energik, dan kreatif, lalu untuk warna hitam, warna tersebut membuat seseorang ingin menunjukkan ketegasan dan kesan bahwa ia adalah orang yang kuat, dan warna biru mungkin memproyeksikan seseorang dengan ketenangan dan kepercayaan (Hemphill, 1996).

Setiap warna memiliki pengaruh berbeda pada suasana hati dan kesan yang ditimbulkan. Di dalam konteks ini, terdapat sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa warna-warna tertentu ternyata dapat memicu reaksi psikologis dan fisik, contohnya pada warna biru muda, orang-orang disekitar yang melihatnya dapat merasa rileks atau pada warna merah, seseorang dapat merasakan detak jantung yang lebih cepat. Jadi apakah betul bahwa pakaian berwarna dapat menciptakan reaksi emosional yang dapat mendukung atau bahkan mengganggu rasa percaya diri? (Elliot & Maier, 2014). 

Selain itu, pernahkah kalian bertanya-tanya apakah mungkin apa yang kita pakai itu ternyata memengaruhi cara kita berpikir? Hal ini dapat dijelaskan dengan adanya konsep dalam psikologi sosial yang kita kenal sebagai enclothed cognition dimana konsep ini menjelaskan bahwa pakaian yang dikenakan seseorang tidak hanya memengaruhi cara orang lain mempersepsikannya, tetapi juga memengaruhi cara dia memersepsikan diri sendiri. Pada tahun 2012, Adam dan Galinsky melakukan sebuah eksperimen dimana dalam eksperimen tersebut, peserta diminta untuk memakai jas laboratorium warna putih yang dapat diasosiasikan sebagai milik seorang dokter atau ilmuwan. Studi tersebut menunjukkan bahwa peserta yang mengenakan jas tersebut menunjukkan adanya peningkatan perhatian dan performa kognitif, namun hanya jika mereka percaya bahwa jas itu adalah milik profesi yang berwibawa dan teliti. Hal ini membuktikan bahwa bukan hanya pakaian secara fisik, tetapi juga makna simbolis di balik pakaian itu dapat memengaruhi cara seseorang berpikir dan merasa. 

Sebagai mahasiswa pastinya kita tidak pernah luput dari adanya presentasi di kelas, berkenalan dengan orang-orang baru di lingkungan kampus, dan juga kegiatan-kegiatan lainnya yang menuntut kita untuk mempunyai kepercayaan diri yang tinggi. Di saat-saat inilah, sebenarnya pemilihan warna outfit yang kita gunakan bukan hanya soal estetikanya saja tetapi juga merupakan strategi psikologis. Misalnya dari pakaian yang kita kenakan ke kampus jika pakaian tersebut itu nyaman dan sopan, ini dapat membentuk persepsi yang positif terhadap diri sendiri yang akhirnya dapat menghadirkan kepercayaan diri dan rasa tenang bagi mahasiswa itu tersebut.

Pilihan warna dan gaya pakaian juga berkorelasi dengan emosi positif yang disertakan dengan adanya peningkatan self-esteem pada mahasiswa. Misalnya pada saat presentasi ada baiknya bagi mahasiswa mengenakan outfit dengan paduan warna biru dan putih yang dapat menggambarkan ketenangan dan kejernihan yang nantinya dapat membantu mahasiswa tampil lebih percaya diri di depan umum saat berbicara. (Soroka et al., 2024).  

Walaupun sekarang mungkin secara tidak disadari, banyak sekali orang yang memilih pakaian berdasarkan tren atau apa yang aesthetic di Instagram. Dari TikTok misalnya, banyak sekali orang yang suka melihat apa yang trendy agar bisa diikuti dan dianggap lebih modern dan juga lebih keren. Alangkah baiknya jika mulai sekarang, kita mulai lebih sadar bahwa pilihan warna punya pengaruh nyata terhadap psikologis kita dan mulai menyadari bahwa memilih pakaian bukan lagi hanya soal ingin terlihat keren saja tapi tentang “merasa nyaman”. Nah, hal ini bisa menjadi langkah kecil bagi para mahasiswa untuk lebih mindful dalam menata diri, menyesuaikan warna pakaian dengan kebutuhan psikologis dan situasi sosial yang dihadapi. Sebagai saran, setiap kali teman-teman ingin atau akan melakukan presentasi, kenakanlah pakaian yang sopan dan lihatlah efek dari hal tersebut kedepannya. 

 

Referensi

Acandra. (2009b, October 19). Warna dan Emosi Anak. KOMPAS.com. https://lifestyle.kompas.com/read/2009/10/19/21131897/warna.dan.emosi.anak?page=1 

Elliot, A. J., & Maier, M. A. (2013). Color Psychology: Effects of perceiving color on psychological functioning in humans. Annual Review of Psychology, 65(1), 95–120. https://doi.org/10.1146/annurev-psych-010213-115035 

Soroka, I., Balode, N., & Kutas, M. (2024b). Colours in clothes and psychological functioning: the impact on emotions and self-esteem. Sapienza International Journal of Interdisciplinary Studies, 5(4), e24071. https://doi.org/10.51798/sijis.v5i4.850 

Styx, L. (2024c, May 22). Dopamine dressing: How to dress for your happiness. Verywell Mind. https://www.verywellmind.com/dopamine-dressing-how-to-dress-for-your-happiness-in-2022-5217231 

Yasmin Anggraini Teguh