Are the Considerations Sufficient?

 Are the Considerations Sufficient? Mengeksplorasi Naïve Realism dalam Kontroversi Pembukaan Olimpiade Paris 2024

 

#1 Misalnya, kalian sedang menonton pertandingan e-sport Mobile Legends bersama dengan teman kalian. Kalian berkata, “Tim B pasti menang, dong. Liatin aja strateginya, GG banget mereka.” Tetapi, teman kalian berkata sebaliknya, “Matamuuu! Tim A pasti menanglah. Bentar lagi late game, hero tim A bakal comeback-lah.” Kalian pun merasa bahwa teman kalian sangat bodoh dan tidak pandai menilai situasi. Akhirnya, timbul perdebatan yang cukup panas di dalam kamar kalian.

#2 Pilpres antara Jokowi dan Prabowo dimulai. Kubu-kubu mulai terbentuk dan saling menyerang. Mendukung boleh, tapi sayangnya ada yang menyerang dan bahkan menutup mata dengan fakta. Yang satu merasa bahwa yang lain salah dan bias. Akhirnya, situasi negara tidak kondusif apalagi dalam media sosial. Pertanyaannya adalah mengapa?

Yuk, jelajahi bersama-sama salah satu bagian dari psikologi yang tak kalah menarik dan mungkin jarang didengar! Perkenalkan naïve realism, bintang tamu dalam artikel ini!!

Naïve realism adalah keyakinan seseorang untuk mempersepsikan sesuatu hal apa adanya tanpa mempertimbangkan adanya keterlibatan interpretasi subjektif dari diri sendiri (Pronin dkk., 2004; lihat juga Pronin dkk., 2002). Merasa bahwa apa yang kita lihat adalah kenyataannya. Orang lain itu salah dan tidak benar jika tidak sesuai dengan apa yang dilihat oleh diri sendiri. Familiar? Hal tersebut memang sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari dan bahkan dalam isu-isu global, seperti isu yang terjadi pada Israel dan Palestina (Aronson dkk., 2021).

Mari bahas kembali terkait salah satu kontroversi yang terjadi pada pembukaan Olimpiade Paris 2024. Salah satu adegan pembukaan yang menunjukkan perjamuan dengan model transgender menarik perhatian dan amarah banyak orang di dunia termasuk orang-orang yang beragama Kristen. Adegan tersebut diyakini merujuk pada karya Leonardo Da Vinci berjudul “The Last Supper”, yakni sebuah lukisan yang sangat terkenal dan menggambarkan salah satu bagian cerita dalam Alkitab (Giuffrida, 2024). Kemudian, pihak yang bersangkutan menjelaskan kembali bahwa tidak terdapat intensi sama sekali untuk menyinggung agama Kristen, melainkan hanya merujuk pada dewa-dewa Olimpus, merayakan toleransi antar komunitas, dan menunjukkan nilai-nilai dari Paris (BBC Sport, 2024). Di sisi yang satu, pihak Olimpiade Paris mengatakan tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan merendahkan agama Kristen. Di sisi lain, hal tersebut sangat mencemooh sehingga banyak sekali orang yang beragama Kristen dan bahkan tokoh-tokoh terkenal menunjukkan pertentangannya terhadap adegan tersebut. Hal ini memberikan masalah yang besar dan beban berat terhadap penyelenggara olimpiade, serta pihak yang lain merasa dirugikan. Secara sekilas, masalah ini bisa menjadi salah satu contoh naïve realism. Apa yang dilihat oleh seseorang diyakini juga dilihat sama oleh orang yang lain. Pertanyaannya adalah bagaimana kompetisi sebesar dan seterkenal ini bisa tidak terluput dari permasalahan ini?

Ini juga menjadi pelajaran bagi kita bagaimana untuk bisa mengatasinya agar permasalahan tersebut tidaklah terjadi pada diri kita, terutama sebagai pihak yang memicu permasalahannya. Hal yang penting untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan naïve realism adalah dengan memiliki kesadaran akan adanya naïve realism itu sendiri (López-Rodríguez dkk., 2021; lihat juga Nasie dkk., 2014).

  1. Penting bagi kita untuk sadar bahwa apa yang selama ini kita yakini, meskipun tidak menjadi niat kita, hal tersebut bisa salah.
  2. Penting sekali untuk memperkaya diri kita dengan pandangan-pandangan orang lain yang berbeda dengan kita karena pandangan yang sekarang kita miliki bisa terbentuk karena kultur kita sendiri (Hutchins, 2022) yang nantinya bisa menjadi bias. Konsiderasi harus dilakukan dengan melibatkan berbagai sudut pandang, apalagi jika yang akan dilakukan sangatlah berdampak bagi dunia.
  3. Kalian bisa berbicara dengan teman-teman kalian yang mungkin berbeda tempat asalnya, berbeda pendapatnya, dan berbeda latar belakangnya.
  4. Setidaknya, kalian juga bisa menggunakan internet dan menggunakan sumber-sumber yang terpercaya yang tentu perlu kalian sadari juga bahwa internet bisa saja tidak mampu mencakupi banyak hal.

 

Sekarang kalian tahu bahwa naïve realism bisa terjadi kepada siapa saja tanpa terkecuali dan bisa memberikan dampak negatif yang sangat amat besar. Tetapi, sekarang kalian juga sudah mengenali apa itu naïve realism dengan harapannya, kalian semakin bisa berhati-hati terhadap setiap keputusan dan tindakan yang kalian lakukan termasuk diri saya sebagai penulis.

Referensi

Aronson, E., Wilson, T. D., & Sommers, R. S. (2021). Social Psychology (10th ed.). Pearson Education.

BBC Sport. (2024, Juli 28). Olympics chiefs ‘sorry’ opening ceremony caused offence. https://www.bbc.com/sport/olympics/articles/cw4yqvegkexo#:~:text=A%20banquet%20sequence%20featuring%20drag,depicts%20a%20key%20biblical%20scene.

Giuffrida, A. (2024, Juli 28). Paris Olympics organisers apologise to Christians for unintentional Last Supper parody. The Guardian. https://www.theguardian.com/sport/article/2024/jul/28/paris-olympics-organisers-apologise-to-christians-for-last-supper-parody

Hutchins, B. (2022, Januari 9). Naive realism and how to break out of it. Medium. https://bobhutchins.medium.com/naive-realism-and-how-to-break-out-of-it-3685ec55d2df

López-Rodríguez, L., Halperin, E., Vázquez, A., Cuadrado, I., Navas, M., & Gómez, Á. (2022). Awareness of the Psychological Bias of Naïve Realism Can Increase Acceptance of Cultural Differences. Personality and Social Psychology Bulletin, 48(6), 888-900. https://doi.org/10.1177/01461672211027034

Nasie, M., Bar-Tal, D., Pliskin, R., Nahhas, E., & Halperin, E. (2014). Overcoming the Barrier of Narrative Adherence in Conflicts Through Awareness of the Psychological Bias of Naïve Realism. Personality and Social Psychology Bulletin, 40(11), 1543-1556. https://doi.org/10.1177/0146167214551153

Pronin, E., Gilovich, T., & Ross, L. (2004). Objectivity in the Eye of the Beholder: Divergent Perceptions of Bias in Self Versus Others. Psychological Review, 111(3), 781–799. https://psycnet.apa.org/doi/10.1037/0033-295X.111.3.781

Pronin, E., Lin, D. Y., & Ross, L. (2002). The bias blind spot: Perceptions of bias in self versus others. Personality and Social Psychology Bulletin, 28(3), 369–381. https://psycnet.apa.org/doi/10.1177/0146167202286008