“Kerentanan yang Membangkitkan: Kekuatan Tersembunyi dalam Teori Inferioritas Adler”

Halo Sobat Psikopedia!

Pernahkah kalian merasa terisolasi oleh tekanan untuk menjadi sempurna? Ketika kita berusaha mencapai standar yang tidak realistis, seringkali kita merasa terjebak dalam perasaan ketidaksempurnaan dan sulit untuk terhubung dengan orang lain. Oleh karena itu, mari kita menjelajahi konsep kerentanan dan kekuatan yang terkandung dalam teori Alfred Adler.

Siapakah Alfred Adler?

Alfred Adler merupakan seorang psikolog neo-Freudian, terkenal dengan gagasan Individual Psychology yang dikembangkannya. Ia lahir pada 7 Februari 1870 di Rudolfsheim, Austria. Adler mengalami masa kecil yang penuh tantangan. Sebagai seorang anak yang lemah dan hampir meninggal karena pneumonia pada usia 5 tahun, Adler tumbuh dengan perasaan rendah diri (inferior) yang mengiringinya sepanjang masa kecil. Namun, dari perasaan inferioritas itulah Adler membangun sikap optimis dan motivasi yang kuat. Baginya, meskipun manusia menghadapi masa lalu yang sulit, mereka memiliki kekuatan untuk mengubah hidup dan kesejahteraan mereka, karena kepribadian manusia ditentukan oleh kesadaran diri dan faktor sosial. 

Lantas, apa itu perasaan inferioritas?

Inferioritas dalam Perspektif Adler

Menurut Adler, Inferioritas adalah perasaan rendah diri yang mencakup ketidaklengkapan, kelemahan, ketidaktahuan, dan ketergantungan yang dipelajari sejak masa bayi dan usia dini. Pandangan inferioritas ini bersifat subjektif dan permanen. sehingga mendorong manusia untuk berjuang demi kesuksesan (striving for success) atau superioritas (striving for superiority). Kedua dorongan tersebut dibedakan dengan adanya social interest atau perasaan menyatu dengan manusia lain untuk mencapai kesejahteraan bersama.

Esensi Superioritas dan Inferioritas

      Dengan adanya creative power, setiap individu memiliki tanggung jawab atas motif perilaku dan tujuan akhir mereka. inferioritas dapat memotivasi perkembangan individu jika dihadapi dengan benar dan seimbang. Namun, jika tidak, individu akan mengompensasi secara berlebihan dan mengembangkan rasa inferiority complex yang merugikan harga dirinya. Gagasan penting yang berkaitan dengan solusi Adler adalah “dapatkan harga diri dengan memperbaiki diri dan berkontribusi pada masyarakat”. Adler percaya bahwa mengembangkan social interest dapat mengurangi inferioritas dan menumbuhkan keyakinan diri karena kita memberikan makna yang bermanfaat bagi ikatan antar manusia.

Menemukan Kekuatan Melalui Kerentanan

      Tentu, kita harus menafsirkan konsep inferioritas sekaligus mendefinisikan ulang kata “kerentanan” sebagai cara untuk mengartikan kekuatan di balik ketidaksempurnaan, salah satunya ialah dengan kesadaran diri dan kepedulian sosial. Dalam realita, orang cenderung mengenakan topeng harian atau yang dikenal sebagai persona dengan tujuan menyembunyikan keaslian diri mereka. Setiap individu memiliki alasan tersendiri untuk melakukannya, baik karena dorongan dari masyarakat maupun diri mereka sendiri, contohnya adalah takut untuk diterima, malu dengan perasaan mereka, atau selalu merasa tidak valid. Inilah sebabnya sulit untuk menyalahkan apapun, karena kita tidak dapat melihat segala sesuatunya dari sudut pandang mereka.

 

 Menghargai Diri Sendiri dan Orang Lain

      Oleh karena itu, adanya social interest mengembangkan jiwa empati dalam diri kita. Membuka hati, menerima ketidaksempurnaan, menjadi rentan, dan berbagi pikiran dengan orang lain bukanlah hal mudah untuk dilakukan, dibutuhkan jiwa keberanian seseorang. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial, sehingga kita memerlukan penerimaan dari orang lain. Oleh karena itu, kita berhak merasakan kerentanan. Kita perlu mengakui emosi kita secara terbuka kepada orang-orang yang dipercaya,  karena pada titik itu, kita selangkah lebih dekat untuk mengenali diri kita sendiri sebagai manusia yang tidak bisa hidup sendiri di dunia ini. Dengan mengidentifikasi karakteristik tersebut, kita dapat memahami diri kita dengan lebih baik yang mengarah pada harga diri yang positif.

Harga Diri dan Persepsi Diri

      Harga diri adalah kunci arah hidup mana yang ingin kita ambil, inti dari persepsi seseorang tentang nilai pribadi dan sosial yang dapat memengaruhi pandangan subjektif kita. Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki harga diri yang baik dan menemukan keseimbangan antara kerendahan hati dan kepercayaan diri. Sayangnya, kedua elemen tersebut jarang dimiliki oleh semua orang karena seringkali orang cenderung berfokus secara eksklusif pada elemen pertama atau kedua. Akibatnya, orang-orang menjadi sombong atau merasa tidak aman, yang tidak akan membawa manfaat apa pun bagi diri mereka sendiri dan orang lain atau yang disebut sebagai Inferiority complex

Menemukan Keseimbangan

      Menurut Adler, barometer kebermanfaatan seseorang dapat dinilai melalui social interest mereka dan dorongan striving for success yang mempertahankan sense of self sekaligus memberikan kontribusi positif untuk kesejahteraan umat manusia. Individu dengan kemampuan tersebut akan memiliki gaya hidup yang lebih fleksibel, adaptif, dan tenang, karena mereka sadar secara emosional. Proses perwujudan tujuan tersebut dimulai dengan menerima ketidaksempurnaan, kerentanan, dan menyederhanakan eksistensi kita sebagai manusia. Maka dari itu, menemukan seseorang yang selalu ada untuk kita dan mendukung kita keluar dari kegelapan merupakan sebuah anugerah, sehingga kita semua harus bersyukur untuk itu karena tidak semua orang seberuntung itu.

Kekuatan dalam Kerentanan

Inilah mengapa kerentanan adalah kekuatan. Tidak semua orang dapat mengakui dan berbagi perasaan ketidaksempurnaan mereka. Dengan memahami bahwa kondisi pikiran kita normal dalam dinamika kehidupan, sejalan dengan analogi “hidup itu seperti mendaki gunung; kita mungkin memiliki peta dan diberitahu bagaimana cara mencapai puncaknya, tetapi  petualangan setiap orang berbeda. Adler pun berpandangan bahwa manusia memiliki creative power untuk bertanggung jawab menentukan tujuan hidupnya sendiri. Maka dari itu, rancang perjalanan anda dan nikmati setiap langkahnya, serta teruslah berkembang. Mari hargai keunikan dan terima ketidaksempurnaan kita sebagai bagian dari pertumbuhan kita. Semoga kita menemukan kekuatan dalam kerentanan!

 

Terima kasih telah membaca, Sobat Psikopedia!

Sampai jumpa kembali pada artikel berikutnya.

  

 

Referensi

Feist, J. Gregory. J. F., & Roberts, T. (2017). Theories of Personality. McGraw-Hill Education 10th Edition.

Fritscher, L. (2023, November 20). How to be vulnerable. Verywell Mind. https://www.verywellmind.com/fear-of-vulnerability-2671820#:~:text=Vulnerability%20is%20a%20state%20of,is%20a%20very%20common%20fear.

GoodTherapy. (2018,Februari 3). Alfred Adler Biography. https://www.goodtherapy.org/famous-psychologists/alfred-adler.html.

Perry, E. (2024, Maret 11) Build Your Self-Worth: Ways to Overcome Inferiority Complex. BetterUp. https://www.betterup.com/blog/inferiority-complex.

 

 (Maritza Calysta Arief)