Mixue, “Manis, Murah, Bikin Candu” Kok bisa?

Viral namun telah merisau banyak telinga warga Indonesia yakni lato-lato, tapi tahukah kamu apa yang viral namun memanjakan lidah dan kantong? Benar sekali! Tiada lain dan tiada bukan yaitu Mixue, “ada ruko kosong, ada Mixue”. Menurut IDN Times, Mixue telah membuka cabangnya di Indonesia sekitar 317 gerai termasuk 55 gerai yang berada di Jakarta. Belum lagi ditambahkan dengan total keseluruhan cabang di dunia yang sudah mencapai 21rb lebih. Total gerainya mencerminkan bahwa keberadaanya telah diterima oleh sebagian lebih masyarakat dunia terutama di negeri kita tercinta yaitu Indonesia. Eits! Inilah mengapa perlu dicari tahu lebih lanjut, kenapa sih Mixue bisa berkembang di Indonesia?

Yuk kita bahas fenomena Mixue dari sudut pandang psikologi!

Ada beberapa penyebab yang menjadi komponen dasar yang sangat menarik untuk dibahas dari sisi psikologisnya,

Rasa Manis

Rasa manis yang dimaksudkan berasal dari gula. Gula merupakan suatu molekul sederhana bernama karbohidrat dan terdapat dalam beberapa produk yang diantaranya berupa gula jawa, madu, bahkan yang sering digunakan yaitu gula pasir yang memberikan sensasi rasa manis. Menariknya, Gula dapat memicu reward system di dalam otak kita. Reward system bisa dikatakan merupakan himpunan dari beberapa bagian otak yang memiliki keterlibatan yang kompleks dalam merasakan kesenangan dan kepuasan. Reward system selalu dikaitkan dengan jalur mesolimbik, apa itu? Mari saya jelasakan!

VTA (Ventral Tegmental Area) merupakan salah satu area di otak yang memproduksi dopamin. Seperti yang kita telah ketahui, dopamin adalah salah satu neurotransmiter yang berperan dalam banyak hal, terkhususnya dalam memberikan rasa senang, kepuasan, atau meresponi stimulus yang bersifat rewarding. Dopamin memiliki beberapa jalur dalam otak, tetapi yang paling umum untuk diketahui yaitu jalur mesolimbik. Jalur mesolimbik menghubungkan VTA dengan nukleus akumben, hipokampus, pre-frontal cortex, dan amigdala. Ketika nukleus akumben telah disalurkan dopamin oleh VTA melalui jalur mesolimbik, maka senyawa dopamin akan semakin meningkat dalam otak dan memicu amigdala yang nantinya akan memengaruhi emosi kita serta hipokampus yang akan membuat kita untuk mengingat akan stimulus yang telah kita terima. Menarik bukan?! atau malah tambah bingung?

Intinya bila reward system diaktifkan, hal itu akan membuat kita ingin melakukan hal yang sama lagi untuk mendapat stimulus yang bisa mengaktifkannya, terkesan seperti kecanduan bukan? Apalagi, rasa Mixue yang bervariasi membuat kita semakin tertarik dengannya yang mana jika kita tidak kendalikan, hal ini bisa berujung pada kecanduan yang memungkinkan kita untuk membelinya secara terus-menerus dan bisa meningkatkan tingkat toleransi dalam otak seseorang. Tidak hanya gula yang bisa mengaktifkan reward system, bisa juga hal lainnya yang bersifat menyenangkan/memuaskan kita seperti makan makanan yang sedap rasanya, menonton film kesukaan kita, dan sebagainya.

 

 

Murah dan Terjangkau

Harga yang murah menjadi salah satu faktor yang membuat Mixue menjadi populer. Dengan rasanya yang menarik ditambah dengan harga yang murah membuat reward system semakin terjangkau dan lama-lama membentuk asosiasi di dalam otak kita mengenai hal yang bersifat rewarding dengan produk Mixue.

Mungkin dari awal kamu sudah berpikir, “bukannya ada produk-produk lainnya yang enak dan manis tapi murah juga kayak Mixue?” Dari pertanyaan ini menunjukkan bahwa ada banyak faktor yang memengaruhinya dari selera, porsi, atau bahkan tren.

Tren dan FoMO

Postingan-postingan mengenai Mixue dan review lainnya yang merajarela membuat Mixue lama-lama menjadi sebuah tren, terutama dalam kalangan anak muda. Dari tren ini, banyak banget orang yang semakin penasaran dengan rasanya, terkhususnya anak muda. Tetapi, ada juga yang hanya sekadar tidak ingin ketinggalan tren atau biasanya disebut sebagai FoMO. FoMO (Fear of Missing Out) adalah situasi dimana seseorang khawatir untuk ketinggalan sebuah tren sehingga ia pun segera membeli dan mencobanya.

Setelah kita mengetahui penyebabnya, kita harus mengerti dengan baik kalau misalnya mengonsumsi produk Mixue yang manis-manis itu, bisa berujung pada diabetes, obesitas, gangguan pada bagian hipokampus, dan masalah kesehatan lainnya. Makanya perlu untuk dikendalikan dengan baik untuk tidak mengonsumsinya secara berlebihan.

Berikut adalah beberapa solusi yang bisa diberikan untuk mengonsumsi gula secukupnya

  1. Menjaga keseimbangan gizi

Apakah kamu tahu bahwa rasa manis tidak selalu tentang es krim Mixue, kue coklat, dan sebagainya? Buah-buahan juga memiliki rasa manis dan apalagi buah memiliki kandungan nutrisi yang memadai serta kamu bisa juga menjadikannya sebagai desert setelah kamu makan supaya gizi bisa terpenuhi dengan baik.

  1. Mengurangi frekuensi konsumsi gula yang berlebihan

Kamu bisa mengurangi konsumsi gula yang berlebihan dengan metode shaping yang mana tidak mengurangi konsumsimu yang berlebihan terhadap gula secara mendadak tetapi secara perlahan dan bertahap.

  1. Mencari pengganti gula sebagai reward

Kebanyakan dari kita mengonsumsi produk yang manis-manis untuk dijadikan sebagai self-reward. Tetapi, hal tersebut bisa digantikan dengan hal yang lain seperti melakukan hobi, menonton film, dan hal-hal lainnya yang disukai. Dengan begitu, kamu memiliki banyak sumber reward yang bervariasi.

Referensi

Suryaningtyas, F. (2023, Januari 16). 55 Cabang Mixue di Jakarta Paling Lengkap, Mana Favoritmu? IDN Times. https://www.idntimes.com/food/dining-guide/fasrinisyah-suryaningtyas-1/cabang-Mixue-jakarta

Oswaldo, I. G. (2023, Januari 12). Ada di Setiap Belokan, Mixue Punya Gerai Terbanyak Ke-5 di Dunia. Detikfinance. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6512119/ada-di-setiap-belokan-Mixue-punya-gerai-terbanyak-ke-5-di-dunia

Reichelt, A. (2019, November 15). Your Brain on Sugar: What the Science Actually Says. The Conversation. https://theconversation.com/your-brain-on-sugar-what-the-science-actually-says-126581

Guy-Evans, O. (2021, Juli 08). Brain Reward System. SimplyPsychology. https://www.simplypsychology.org/brain-reward-system.html

Koekkoek, L. L., Mul, J. D., & la Fleur, S. E. (2017). Glucose-Sensing in the Reward System. Frontiers in neuroscience, 11, 716. https://doi.org/10.3389/fnins.2017.00716

Katyusha, W. (2022, Februari 4). Mengenal FoMO, Fenomena Takut Ketinggalan Trend. HelloSehat. https://hellosehat.com/mental/gangguan-kecemasan/fomo-adalah-ketinggalan-berita/

Kusumastuti, R. A. (2022, Oktober 24). 7 Cara Menghindari Keinginan Makan Manis atau Sugar Craving. Kompas.com. https://health.kompas.com/read/2022/10/24/120000168/7-cara-menghindari-keinginan-makan-manis-atau-sugar-craving?page=all