Demotivasi dan Kaitannya dengan Kesejahteraan Psikologis

Hai, Psytroopers! Bertemu lagi nih di artikel Psikopedia. Artikel kali ini akan membahas mengenai “Demotivasi dan Kaitannya dengan Kesejahteraan Psikologis”. Judulnya menarik, bukan? Yuk, simak pembahasannya!

        Demotivasi adalah keadaan di mana seseorang mengalami penurunan, bahkan kehilangan semangat untuk melakukan suatu kegiatan, biasanya dalam belajar atau bekerja. Ada banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya demotivasi, contohnya kelelahan secara fisik maupun psikis, hasil yang didapatkan tidak sebanding dengan usaha yang telah diberikan selama proses meraih sebuah pencapaian, kondisi diri yang tidak mampu mengimbangi target yang semakin tinggi, tekanan berupa ekspektasi eksternal seperti keluarga juga atasan.

Kesejahteraan psikologis dapat dijelaskan sebagai keadaan di mana kesatuan aspek pikiran dan mental seseorang berfungsi baik sehingga menghasilkan output yang baik pula, berupa potensi diri yang dapat dikeluarkan secara optimal. Terdapat faktor-faktor yang memengaruhi kesejahteraan psikologis, salah satunya yaitu budaya. Budaya yang dimaksud terkait pembahasan ini adalah hustle culture. Mungkin kamu sudah tidak asing dengan istilah tersebut. Hustle culture sendiri tentunya berisiko menimbulkan burn out sekaligus demotivasi.

        Kesejahteraan psikologis memiliki dimensi-dimensi yaitu penerimaan diri, hubungan interpersonal yang positif, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, serta pertumbuhan pribadi. Dimensi penerimaan diri dapat terlihat jika individu menerima kegagalan dan memilih bangkit setelahnya. Hubungan interpersonal yang positif dapat menjadi cikal bakal support system yang baik. Otonomi berarti mandiri dan bertanggung jawab atas pikiran dan perasaan, termasuk keputusan yang diambil atas pertimbangan pribadi. Penguasaan lingkungan maksudnya adalah usaha untuk menciptakan atau memilih lingkungan tempatmu berada yang tidak dipungkiri berpotensi menyebabkan demotivasi. Tujuan hidup berkaitan dengan mengenal kapasitas diri berupa kekuatan dan kelemahan yang kemudian dapat dijadikan bahan analisis potensi diri. Terakhir, pertumbuhan diri yang mana kamu bersedia mengembangkan kemampuan yang sudah kamu miliki sebelumnya guna memaksimalkan potensimu.

Demotivasi berkepanjangan akan berakibat sangat buruk terhadap kesejahteraan psikologis seseorang. Dalam beberapa kasus, fatalnya dapat membuat masalah kesehatan mental. Hal ini tentunya berdampak pada kehidupan sehari-hari orang tersebut yang meliputi kinerjanya, hubungannya dengan orang lain, perilakunya, dan lain-lain. Oleh sebab itu, demotivasi perlu diwaspadai karena keberadaannya yang mengancam kinerja.

Kamu dapat mencegah dan/atau mengatasi demotivasi berdasarkan tips berikut. So, take a note! Pertama, keluar dari zona nyaman dan mencoba hal baru, sebab terkadang kita perlu mengubah rutinitas agar tidak bosan. Kedua, menetapkan tujuan yang realistis artinya dapat dicapai dengan kapasitas diri. Ketiga, berhenti terlalu sering membandingkan pencapaian pribadi dengan orang lain juga fokus pada kegagalan, melainkan berusahalah mengembangkan kemampuan diri ke arah yang lebih baik. Keempat, jangan lupa menyisihkan waktu untuk beristirahat. Kelima, mengingat efektivitas keberadaan support system, pemberian self-affirmation, dan coping strategy sebagai tool kit dalam menghadapi demotivasi.

Sekian pembahasan mengenai demotivasi dan kaitannya dengan kesejahteraan psikologis. Aku berharap artikel ini dapat membuat Psytroopers lebih waspada terhadap demotivasi dan semakin memperhatikan kesejahteraan psikologis, mulai dari diri masing-masing. Jika menyukai pembahasannya, silakan share artikel ini ke orang-orang terdekatmu untuk berbagi pengetahuan. Salam penutup, semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali di artikel Psikopedia berikutnya!

Referensi:

Adinda, R. (2021). Apa Itu Demotivasi? Ciri, Penyebab & Cara Mengatasinya. https://www.gramedia.com/best-seller/demotivasi/#Apa_Itu_Demotivasi

Sumakul, Yunita dan Shanti Ruata. (2020). Kesejahteraan Psikologis dalam Masa Pandemi Covid-19. Vol. 1 No. 1 (2020): Juni. https://doi.org/10.51667/jph.v1i1.302

Ekaptiningrum, Kurnia. (2023). Psikolog UGM Paparkan Bahaya Hustle Culture. https://ugm.ac.id/id/berita/23335-psikolog-ugm-paparkan-bahaya-hustle-culture/

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim. https://repository.uin-suska.ac.id/6825/3/BAB%20II.pdf

Riany Kartono