Fenomena Victim Blaming dalam Budaya Patriarki yang mengancam Kesehatan Mental

Hallo sobat Psikopedia! Siapa di sini yang sudah tahu tentang istilah “Victim Blaming”? Atau ada yang masih bingung antara Victim Blaming dengan Playing Victim? Namun, pasti banyak dari kalian yang sudah tidak asing lagi kan ya. Oke mari kita bahas!

Jadi apa sih Victim Blaming itu sendiri? Victim Blaming merupakan sebuah fenomena yang dimana seorang korban kekerasan/kejahatan tertentu justru disalahkan atau diminta pertanggungjawabannya atas kejadian yang terjadi pada dirinya sendiri, atau dengan istilah lain mencari pembelaan dengan menyudutkan korban. Secara Psikologis pengertian victim blaming juga merupakan tindakan menyalahkan korban karena mereka ingin merasa aman sendiri dan merasa bahwa hal tersebut tidak akan terjadi padanya. Sedangkan playing victim sendiri merupakan tindakan yang disengaja melemparkan tanggung jawab atas masalahnya sendiri kepada orang lain, dengan kata lain pura-pura terluka dan berlagak dia yang tersakiti.

Kenapa hal ini menjadi trend dan related?

Nah, fenomena-fenomena di atas merupakan isu-isu yang sedang marak terjadi. Sebetulnya dari dulu juga sudah banyak kasusnya, namun banyak yang tidak menyadari dan juga kecanggihan internet tidak seperti zaman sekarang sehingga dengan istilah yang baru dikenal sekarang menjadi perbincangan hangat lagi di mata masyarakat. Kalau dilihat secara psikologis masyarakat Indonesia sendiri cenderung bersikap melihat dunia sebagai sesuatu yang adil, tetapi justru hal tersebut yang dapat memicu terjadinya victim blaming.

Faktor melakukan Victim Blaming

Tentunya ada beberapa faktor/alasan mengapa pelaku melakukan victim blaming, seperti:

  • Rasa ketidaktahuan atau ketidak pedulian akan kejadian detail yang seperti apa
  • Lingkungan pelaku yang memang tidak pernah terjadi hal seperti itu
  • Merasa kesialan/kemalangan itu jauh dari dirinya sendiri
  • Secara psikologis manusia merasa ada hal yang memang dilakukan korban, sehingga mendapat tindakan seperti itu.
  • Dinamika gender/suku/ras, berkaitan dengan sikap atau peran yang sering dikaitkan

 

Dampak Victim Blaming pada Korban

Dampak utama yang dialami oleh korban adalah trauma yang sulit dihilangkan. Selayaknya korban mereka seharusnya mendapat pertolongan, pembelaan tetapi malah mendapat komentar-komentar yang semakin menyerang mereka secara psikis. Tidak hanya itu, victim blaming dapat memberikan dampak negatif pada mental korban. Korban cenderung akan percaya komentar/omongan orang yang menyalahkannya, kemudian berakhir menyalahkan diri mereka sendiri walaupun selamat dari kejadian tersebut. Sebagai orang sekitar korban kita juga jadi memiliki perspektif yang tidak melihat sesuatu secara objektif/tidak berusaha mengetahui detail kejadian sebenarnya seperti apa, mengetahui penjelasan dari pihak korban dan pelaku kekerasan. Terlalu menyalahkan korban juga membuat pelaku tidak mendapat ganjaran sesungguhnya dan cenderung menganggap remeh suatu kekerasan seksual/tindak kriminal. Dampak yang lebih membahayakannya adalah korban menjadi takut untuk menceritakan kejadian yang sebenarnya sehingga takut melapor kepada pihak berwajib.

 

Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari

Umumnya siapa saja, pihak mana saja dapat melakukan victim blaming dan korban dari victim blaming sering terjadi kepada perempuan. Seperti korban pelecehan seksual disalahkan karena pakaian mereka yang terbuka dan mengundang hawa nafsu laki-laki, atau komentar seperti “Kamu sih sering pulang malam” “Kamu sih keluar malam sendirian” yang kesannya menyalahkan korban pulang di jam malam seperti itu padahal seharusnya tidak menjadi masalah. Contoh lain dari victim blaming seperti komentar “Kenapa baru lapor sekarang? kemarin-kemarin kemana aja?” “Tapi kamu menikmati juga kan?” “Kenapa tidak melawan?” Masih banyak komentar-komentar lainnya yang serupa. Komentar-komentar tersebut memiliki perspektif korban lah yang mengundang serangan kekerasan duluan pada dirinya.

 

Saran agar terhindar melakukan dan menjadi korban Victim Blaming

Untuk mempercayai dunia yang adil, sebaiknya mencoba melihat segala sesuatu dari beberapa perspektif. Mari menciptakan rasa aman dengan bersikap jujur terhadap diri sendiri baru orang lain. Para korban memang tidak mendapat hukuman namun mereka menerima trauma yang belum tentu hilang seumur hidupnya, oleh sebab itu sebagai orang disekitarnya bangunlah rasa empati yang tinggi untuk berada disisi korban agar mereka mendapat perlindungan, tidak merasa sendirian mengalaminya, percaya bahwa mereka hanya korban dan tidak menyalahkannya serta harus berani melapor agar pelaku bisa mendapatkan hukuman yang setimpal.

 

Referensi:

https://www.orami.co.id/magazine/pengertian-victim-blaming

 

https://www.sehatq.com/artikel/sering-dialami-oleh-korban-apa-itu-victim-blaming

Ananda Nikhla