Memahami Pentingnya Menghindari Self-Diagnosis Untuk Kesehatan Mental
“Akhir-akhir ini aku stres banget, kayanya aku depresi deh”.
“Berdasarkan hasil tes yang aku dapatkan dari website X, aku mengidap penyakit bipolar”.
Apakah kamu pernah mengira-ngira bahwa kamu sedang mengalami gangguan mental tertentu? Atau sebelumnya kamu pernah mencoba alat tes gangguan mental yang beredar di internet, seperti mendapatkan hasil bahwa kamu positif memiliki tingkat penyakit tertentu, seperti bipolar atau depresi yang tinggi? Faktanya yang sebenarnya adalah seseorang bisa dikatakan memiliki gangguan kesehatan mental melalui tahap diagnosis yang sesuai dan dilakukan oleh profesional, seperti psikolog klinis. Oleh karena itu, kamu harus berhati-hati agar tidak melakukan self-diagnosis berdasarkan hasil yang didapatkan oleh tes atau informasi yang kurang valid. Memangnya apa sih self-diagnosis itu dan apa dampaknya terhadap kesehatan mental yang membuat kita harus menghindarinya?
Menurut Ahmed dan Samuel (2017), self-diagnosis adalah proses dimana individu mengamati dirinya sendiri, gejala-gejala dari patologi, dan mengidentifikasi suatu penyakit atau gangguan tanpa konsultasi secara medis. Contohnya adalah ketika seseorang yang mengalami stres dan langsung menyimpulkan dirinya depresi tanpa melihat gejala-gejala depresi lain atau merujuk dirinya ke profesional. Self-diagnosis juga dapat muncul ketika seseorang menganggap dirinya mengalami gangguan mental karena mengalami hal-hal yang berkaitan dengan stigma penyakit tersebut.
Bahaya dari Self-Diagnosis Yang Harus Dihindari
1. Salah Diagnosis
Gejala pada suatu penyakit mental bisa memiliki kemiripan dengan penyakit mental lainnya. Penyakit mental juga memiliki gejalanya masing-masing dan tidak bisa disamakan dengan gejala dari penyakit mental yang berbeda. Oleh karena itu, self-diagnosis harus dihindari agar bisa dipastikan penyakit mental yang sesuai dengan gejala-gejala yang dimiliki individu. Hal ini juga berpengaruh untuk memberikan penanganan yang tepat.
2. Salah Penanganan
Setiap gangguan mental memiliki penanganannya tersendiri. Penanganan yang salah dapat berakibat membuat penyakit menjadi tidak kunjung sembuh atau justru memperparah penyakit tersebut, sama halnya pada seseorang melakukan self-diagnosis. Selain itu, memberikan penanganan bisa saja tidak memberikan dampak apapun terhadap diri jika tidak sesuai dengan diagnosis yang valid.
3. Kecemasan Berlebih
Menurut Psikolog Persada (2021), self-diagnose pada kesehatan mental dapat membuat individu mengalami kecemasan berlebih. Dengan demikian, individu tersebut kemudian berperilaku seperti benar-benar mengalami gangguan mental yang didiagnosis oleh dirinya sendiri. Awalnya individu mungkin saja tidak memiliki penyakit atau gangguan mental, namun kecemasan berlebih dan berperilaku seperti mengalami gangguan mental bisa saja berpengaruh membuat gangguan mental tersebut muncul.
“Jadi, kalau misalnya aku merasa cemas, stres, atau mengalami hal lain yang mengganggu artinya ga boleh khawatir mengalami penyakit mental tertentu dong?”
Merasa khawatir memiliki penyakit mental akibat cemas atau stres sebenarnya tidak apa-apa, namun perlu diperhatikan, bagaimanapun juga tidak bisa langsung disimpulkan secepat itu. Apabila kamu memang merasa memiliki gejala penyakit mental tertentu, kamu bisa mencoba untuk merujuk diri ke profesional untuk mengetahui hasil diagnosis yang benar. Diagnosis penyakit tidak bisa dilakukan dengan bermodalkan informasi dari internet apalagi sumber tidak terpercaya. Bahkan dengan sumber terpercaya sekalipun, kamu harus tetap mengkonfirmasinya dengan berkunjung ke profesional.
Referensi
Ahmed, A., & Samuel, S. (2017). Self-diagnosis in psychology students. The International Journal of Indian Psychology, 5(1), 148-164.
Azizah, Tahira & Nurwati, Nunung. (2021). DAMPAK PERILAKU “SELF-DIAGNOSIS” PADA KESEHATAN MENTAL REMAJA (The Influence of Self-Diagnosis Behavior on Adolescent Mental Health). Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNSIQ.
Maskanah, I. (2022). Fenomena Self-Diagnosis di Era Pandemi COVID-19 dan Dampaknya terhadap Kesehatan Mental. JoPS: Journal of Psychology Students, 1(1), 1-10.
Persada, I. B. (2021, November 23). Dampak buruk self diagnosis gangguan kesehatan mental. KlikDokter. https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/dampak-buruk-self-diagnosis-gangguan-kesehatan-mental
Penulis: Charoline Xessa