GLORIFYING CELEBRITIES, MEMBENARKAN ARTIS IDOLAMU SAAT TERBUKTI SALAH?

Halo, teman-teman Psytroopers! Gimana nih kabarnya? Tak terasa kita bertemu kembali nih pada artikel edisi bulan November yang kedua. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas suatu sisi psikologi dari mengidolakan idolamu loh teman-teman! Wah, teman-teman sendiri lagi mengidolakan selebritas siapa nih? Kalau aku sendiri lagi suka banget nih mengikuti perkembangan band Korea dan juga penyanyi-penyanyi lagu galau ternama Indonesia. Kalau teman-teman mempunyai selera yang sama, boleh kabarin aku ya! Eits udah-udah, sebelum lanjut temen-teman ada iklan dulu nih,

Kamu berbohong akupun percaya
Kamu lukai ku tak peduli

Waduh, baru mulai artikel kok sudah galau ya? Tapi kira-kira, kita mau bahas apa sih? Nah teman-teman Psytroopers, kali ini kita akan membahas mengenai ‘Glorifying Celebrities’ atau yang dikenal dengan suatu perilaku memuliakan atau membanggakan selebritas. Seperti lirik di atas nih teman-teman, glorifying celebrities dapat berbentuk menerima dan membela sesuatu hal yang memang jelas salah karena obsesi yang berlebihan akan idolamu. Hmm, kira-kira kamu pernah tidak seperti itu Psytroopers? Kalau begitu mari kita ulik bersama, yuk!

Selebritas saat ini dikenal dengan kelas tertinggi dan paling dihormati dalam masyarakat modern. Media di negeri ini kerap menayangkan kekuasaan hingga kekayaan mereka hingga membuat banyak masyarakat terobsesi dan beralih menjadi penggemarnya. Bahkan bisa kita lihat media sosial dan saluran berita kerap menayangkan kegiatan hingga masalah-masalah gempar dari selebritas-selebritas di negeri ini. Walaupun realita sebenarnya selebritas sangat mirip dengan kebanyakan individu, karena tidak ada yang membuat mereka secara inheren lebih baik dari individu lainnya. Namun, masih banyak individu yang masih terlalu memuja atau bahkan memuliakan idolanya. Glorifying adalah sebuah kata sebutan bahasa inggris yang berarti memuliakan atau membanggakan. Sehingga glorifying celebrities dapat diartikan dengan memuliakan atau membanggakan idolamu. Akan tetapi, glorifying celebrities yang ingin kita bahas bukanlah seperti itu, glorifying celebrities yang ingin kita ulik adalah dimana kamu memuliakan atau membanggakan idolamu secara berlebihan dengan membenarkan suatu perlakuan yang dilakukan oleh idolamu yang telah terbukti salah di mata sosial maupun hukum.  

“Lalu, apakah ada hubungannya dengan Psikologi?”

Beberapa selebritas dengan kepribadian temperamen sering dikaitkan dengan tidak cocoknya menjadi tokoh yang terkenal. Alih-alih sosoknya yang terkenal, bakat mereka lebih pantas mendapatkan ketenaran. Dengan mengidolakan seseorang dengan sifat yang tidak baik memungkinkan dampaknya terjadi pada penggemarnya. Seperti penggemar yang akan selalu melihat sisi baik tanpa melihat kembali sisi buruk lainnya. Sebisa mungkin individu dengan perilaku glorifying celebrities berlebihan akan membela idolanya. Lalu, apa dampak bagi psikisnya? Tentunya, seseorang akan dapat lebih bersifat arogan hingga tidak mau menerima saran maupun kritikan dari individu lain. Individu akan cenderung melakukan safeguarding tendenciesnya untuk melindungi dirinya dalam mendukung idolanya dengan cara yang salah. Safeguarding yang dilakukan berlebihan tentunya akan berdampak tidak baik terhadap diri seseorang. Seperti contohnya, seseorang yang melakukan excuses berlebihan tidak akan dapat mengevaluasi kesalahannya.  Excuses adalah salah satu contoh dari safeguarding dasar yang dapat direpresentasikan oleh individu. Seperti ini nih contohnya “Ya gapapa sih dia salah, yang penting dia ganteng!”, waduh! Jangan sampai seperti itu ya teman-teman! Kesalahan tetaplah hal yang salah terlepas dari siapapun pelakunya.

“Wah, serem banget ya! Lalu, bagaimana sih cara mengatasinya?”

Cara mengatasinya adalah dengan sering-sering mengevaluasi diri kamu dan membatasi diri dalam menyukai ataupun mengidolakan seseorang. Mulai dari diri kamu sendiri, kamu dapat berkaca nih teman-teman hal baik dan hal buruk apa yang telah kamu lakukan untuk idolamu. Lalu setelahnya, hal baik dan hal buruk apa yang kamu dapatkan dari mengidolakan idolamu. Jangan sampai nih kamu mengidolakan seseorang sampai mengorbankan harga diri atau self-esteem mu untuk membela sesuatu hal yang jelas salah di mata sosial dan hukum ya teman-teman! Menegakkan norma serta peraturan hukum yang ada adalah kewajiban kita sebagai pemuda-pemudi Indonesia. 

Maka dari itu, akhir kata aku harap teman-teman Psytroopers lebih dengan bijak dalam mengidolakan idolanya ya! Salam sehat dan bahagia teman-teman Psytroopers semua!

REFERENSI:

Schultz, W. (2009). The psychological consequences of fame. Diakses melalui https://www.psychologytoday.com/us/blog/genius-and-madness/200903/the-psychological-consequences-fame-0. Diakses pada 2 November 2022.

Daignault, L. (t.t.). It’s time to stop glorifying celebrities. Diakses melalui https://www.hercampus.com/school/u-mass-amherst/its-time-to-stop-glorifying-celebrities/. Diakses pada 2 November 2022. 

Desai, A. (2017). Mental illness: rom stigma to glorification. Diakses melalui https://www.edelweissbehavioralhealth.com/blog/2017/8/30/mental-illness-from-stigma-to-glorification. Diakses pada 2 November 2022. 

Penulis: Dinanda Rizqiannisa Putri