Self Healing is More Than a Vacation

Halo, teman-teman! Apa kabar kalian? Pernah gak menjumpai beberapa konten di sosial media tentang ‘self healingberupa dokumentasi liburan atau bahasa gaulnya adalah staycation untuk melepaskan masalah-masalah pribadi bisa berupa masalah keluarga, kampus, bahkan percintaan. Nah, sebelum lanjut bahas mengenai fenomena diatas kita bahas dulu definisi dari self healing.

Self healing sesuai artinya adalah proses yang melibatkan diri sendiri untuk memulihkan atau mengobati luka batin yang bertujuan untuk memahami diri sendiri, menerima ketidaksempurnaan, dan membangun pikiran positif untuk menghadapi kondisi yang sedang dialami. Jadi secara harfiahnya, pergi liburan bisa termasuk ke salah satu metode self healing, tetapi tidak semua orang bisa menggunakan metode tersebut. Untuk bisa berdamai dengan diri sendiri dibutuhkan proses dan waktu yang cukup lama, tidak seinstan membeli tiket ke Bali. Pada era pandemi ini sekarang, untuk tetap menjaga protokol kesehatan ketika berpergian untuk liburan.

Lalu, bagaimana melakukan self healing?

  • Mengetahui Masalah

 Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang mempunyai akal dan nafsu. Akal yang berkaitan dengan otak manusia bekerja untuk menentukan dan memilah informasi yang akan disimpan atau tidak. Permasalahan pada manusia sangat berkaitan dengan proses memori otak. Konflik yang ditimbulkan dari permasalahan tersebut akan masuk ke dalam ingatan karena terdapat sebuah keunikan. Keunikan inilah yang akan membuat manusia menjadi sering mengingat kejadian buruk dan baik yang akan mempengaruhi perilaku manusia. Sehingga, diperlukan sebuah kontrol yang baik untuk menghadapi konflik yang dihadapi melalui mengenali masalah yang sedang dihadapi sampai dengan penyelesaian masalahnya.

  • Mengetahui Konflik dengan Orang Lain dan Diri Sendiri

 Permasalahan yang terjadi pada manusia bisa berupa konflik dengan orang lain maupun diri sendiri. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan orang lain. Interaksi antar manusia bisa mengakibatkan sebuah permasalahan yang memicu konflik mulai dari berbeda pendapat, status sosial, percintaan, bahkan perbedaan gender bisa menjadi sebuah konflik. 

 Cobalah untuk fokus dan tenang terhadap konflik yang terjadi dengan orang lain dan hindari untuk mengaitkan sebuah konflik dengan konflik lain untuk meminimalkan masalah baru. Catatlah dan renungi konflik yang muncul di pikiran untuk bisa memposisikan diri kita berada di pertengahan yang tidak memihak siapapun baik diri sendiri maupun orang lain. Hal ini terdengar sulit, karena kita bisa menyangkalnya. Cobalah untuk mengenali emosional yang tersisa dalam konflik yang kita rasakan. Satu persatu konflik dengan orang lain sudah dikenali, maka kita akan merasakan titik pencerahan dalam penyelesaiannya.

 Sementara itu, konflik dengan diri sendiri berfokus pada ketidakmampuan dalam menghadapi sebuah masalah yang malah menimbulkan penghakiman dan beban yang sangat berat terhadap diri sendiri. Pada umumnya hal ini sering terjadi kepada manusia yang menggunakan topeng kebahagiaan atau berpura-pura menjadi orang bahagia demi dipandang baik, namun hal ini mengajarkan kita tentang kebohongan. Cobalah untuk terbuka dengan perasaan diri sendiri tanpa harus malu karena manusia diciptakan Tuhan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. 

 Untuk bisa memahami konflik diri sendiri diperlukan kondisi yang tenang karena bisa membuka beberapa permasalahan seperti insecure, merasa bodoh, dan merasa tidak berdaya. Renungkan dalam diri dan perhatikan dari berbagai sudut pandang tanpa memihak. Lalu, lihatlah kemampuan kita yang sebenarnya sehingga kita bisa menyelesaikan masalah dengan diri sendiri. Jangan lupa untuk selalu bersyukur dan afirmasi positif terhadap diri sendiri.

  •  Membuat Planning

Membuat rencana atau tujuan bisa membantu kita merasa lebih baik secara emosional agar mendorong untuk melakukan hal-hal yang positif. Bisa meningkatkan keinginan kita untuk mencapai tujuan yang jangka pendek maupun jangka panjang. Kita juga bisa mengukur batas kemampuan kita dalam beraktivitas dan mengetahui strategi atau pola yang mendukung dan menghambat proses pengembangan diri kita.

  • Olahraga dan Tidur yang Cukup

 Selain proses melalui hati dan pikiran, diperlukan faktor eksternal yaitu olahraga secara konsisten sesuai kemampuan diri. Dengan berolahraga, tubuh akan menjadi kuat dan sehat yang bisa membangun energi positif di dalam diri kita. Walaupun, mengumpulkan niat saat lelah itu sulit namun dengan berolahraga kita akan meningkatkan kekebalan tubuh. Sama seperti tidur yang cukup. Tidur merupakan pertahanan alami tubuh terhadap infeksi karena saat malam tubuh akan melepaskan virus-virus yang beracun dalam diri kita. Tidur secara rutin di waktu yang sama dapat memperbaiki suasana hati karena tubuh kita terbiasa dengan rutinitas yang positif.

 Itulah beberapa metode yang bisa dipelajari untuk melakukan self healing tanpa perlu mengeluarkan biaya sedikitpun. Apabila terasa sulit untuk melakukannya sendirian, jangan ragu untuk meminta pertolongan tenaga ahli karena meminta dukungan bukan berarti kita lemah. Semoga tulisan ini bisa membantu kalian untuk pulih dari permasalahan dan luka batin yang sedang dialami. Sampai ketemu di artikel selanjutnya ya, teman-teman!

 Referensi:

 Annedean. (2021). Jakarta. Self Healing untuk Kesehatan Mental: Lebih dari Sekadar Pergi Liburan. Diakses tanggal 24 Januari 2022. URL: https://editorial.femaledaily.com/blog/2021/10/10/self-healing-untuk-kesehatan-mental-lebih-dari-sekadar-pergi-liburan-cerita-fd#anchor-comment-list.

 Nandy. (2021). Jakarta. Metode Self Healing untuk Menyembuhkan Luka Batin. Diakses tanggal 24 Januari 2022. URL: https://www.gramedia.com/best-seller/self-healing/#Metode_Self_Healing.  

Rahmasari, D. (2020). Self Healing Is Knowing Your Own Self. Edisi ke-1, Unesa University Press. Surabaya

Wisnubrata. (2020). Jakarta. Self Healing, Menyembuhkan Luka Batin dengan Bantuan Diri Sendiri. Diakses pada tanggal 24 Januari 2022. URL: https://lifestyle.kompas.com/read/2020/05/29/092426020/self-healing-menyembuhkan-luka-batin-dengan-bantuan-diri-sendiri?page=all.             

Penulis: Ayesha Khashia Praninda Kusdudi