Humblebragging Berujung Sindrom “Pick Me Girl”
Halo teman-teman semua! Psikopedia balik lagi untuk membahas topik-topik yang menarik seputar Psikologi.
Di era digital, media sosial sudah menjadi makanan sehari-hari dalam kehidupan. Penggunaan internet tidak hanya untuk berkomunikasi, tetapi juga dapat dijadikan sebagai media bisnis, pendidikan, dan pergaulan sosial. Dalam pergaulan sosial, seseorang pasti berusaha untuk menunjukkan citra diri sesuai yang diinginkannya. Terkadang ada seseorang yang mamerkan sesuatu, tetapi dengan rendah hati. Hal ini disebut sebagai humblebragging.
Menurut Cambridge Dictionary, humblebragging dapat diartikan sebagai sesuatu yang dikatakan seperti mengeluh, tetapi memiliki makna sebaliknya yaitu ada sesuatu yang harus dibanggakan. Dikutip dari Harvard Business School yang menyebutkan humblebragging merupakan upaya promosi diri sendiri dengan kesan yang rendah hati. Banyak orang yang mengira cara tersebut merupakan strategi yang efektif untuk membangun citra di media sosial, tetapi cara tersebut dapat menjadi hal sebaliknya. Fenomena ini muncul karena adanya motivasi seseorang untuk melakukan impression management, sehingga dapat membangun citra yang diinginkannya. Cara yang dilakukan pun beragam, dapat berbentuk foto, video, tulisan yang mewakili identitas penggunanya dan dibalut dengan kalimat-kalimat keluhan.
Dikutip dari Kompas.com yang menyebutkan humblebragging dikategorikan dalam beberapa tipe, yaitu merendahkan diri sendiri untuk meningkatkan harga dirinya, self-deprecating humble brag, dan naive humble brag. Berkembangnya fenomena ini di media sosial, menjadikan alasan seseorang melakukan fenomena tersebut yaitu untuk meningkatkan harga diri mereka dan meminta simpati dari orang sekitarnya (Sezer, Gino, Norton, 2018). Fenomena ini kerap kali dilakukan oleh influencer untuk dapat menarik simpati publik.
Fenomena ini berkaitan dengan fenomena lainnya yang saat ini sedang marak diperbincangkan yaitu, pick me girl. Pick me girl merupakan tindakan seseorang yang mayoritas dilakukan oleh perempuan di media sosial yang menyatakan diri mereka tidak berpenampilan atau berperilaku seperti kebanyakan perempuan. Psikolog Ike dalam UNAIRNEWS menyatakan ada berbagai tanda yang menunjukkan perilaku tersebut, yaitu kondisi diri pribadi yang berbeda dengan karakteristik gender secara umum. Selanjutnya, cenderung untuk merendahkan perempuan lain. Tanda terakhir adalah menampilkan sikap untuk menarik lawan jenis atau simpati dari orang disekitarnya.
Kedua fenomena tersebut saling berkaitan dikarenakan memiliki tujuan yang sama dan cara yang sama, yaitu dengan merendahkan untuk mendapat simpati orang lain. Psikolog Ike juga menjelaskan bahwa sifat tersebut muncul akibat internalized misogyny yang berarti rasa tidak suka terhadap perempuan. Kondisi ini memerlukan penanganan secara klinis dikarenakan dapat mengganggu lingkungan disekitarnya. Perilaku pamer secara terselubung juga dapat memberikan dampak yang negatif apabila terus-menerus digunakan. Sehingga, akan menimbulkan kesan yang tidak tulus, palsu, bahkan dapat menyinggung perasaan orang lain (Sezer, Gino, Norton, 2018).
Referensi:
Ardayanti, E. (2018). Pahami Fenomena Humblebrag pada Sosial Media. Diakses tanggal 7 Agustus 2022. URL: https://www.kompasiana.com/efiardayanti2382/606f21c18ede481183348a92/pahami-fenomena-humblebrag-pada-sosial-media?page=3&page_images=1
Arifia, I. (2022). Mengenal Fenomena Pick Me Girl dari Kacamata Psikologi. Unair News. Diakses tanggal 7 Agustus 2022. URL: https://news.unair.ac.id/2022/03/07/mengenal-fenomena-pick-me-girl-dari-kacamata-psikologi/?lang=id
Humblebrag. (2022). Cambridge Dictionary. Diakses tanggal 7 Agustus 2022. URL: https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/humblebrag
Sezer, O., Gino, F., & Norton, M. I. (2017). Humblebragging: A Distinct and Ineffective Self-Presentation Strategy (p. 79). Harvard Business School.
Penulis: Ayesha Khashia Praninda Kusdudi