Pentingnya Self-Control Pada Remaja Masa Kini

Pernahkah kita mendengar kalau masa remaja merupakan masa-masa yang paling  menyenangkan? Pasti kalimat tersebut tidak asing terdengar oleh kita semua. Teruntuk  sebagian orang yang pernah lewati masa remaja yang menyenangkan pasti menyetujui kalimat tersebut. Masa remaja dipenuhi dengan penemuan jati diri, bereksplorasi, dan mulai mengenal dengan yang namanya cinta.  

Remaja pada umumnya, kerap berperilaku kurang menyenangkan, seperti melanggar aturan, tidak bisa mengendalikan mood, dan sikap mereka. Kita sering melihat remaja yang terkadang tidak terkendali disaat mereka sedang menikmati masa remajanya. Bahkan, saat  berada di masa remaja, kita pernah sesekali bersikap melampaui batas. Perilaku tersebut merupakan hal yang wajar bagi remaja. Namun, apa sih yang akan terjadi pada diri remaja  tersebut apabila terus-terusan berperilaku tidak terkendali dan kurangnya self-control dalam diri  mereka dan bagaimana cara menanganinya? 

Sebelum kita membahas lebih lanjut, mari kita bahas terlebih dahulu, apa itu Self-control. Self-control atau kontrol diri yaitu kemampuan seseorang untuk mengatur atau mengubah aksi,  emosi, dan perasaan dalam diri individu untuk menghindari perilaku yang tidak diinginkan. Menurut Baumeister & Boone (2004), self-control atau kontrol diri merupakan kemampuan  yang dimiliki individu dalam menentukan perilakunya sesuai dengan standar tertentu, seperti  moral, nilai, dan aturan yang berada di lingkup masyarakat agar mengarah kepada suatu perilaku  positif. Kita bisa mengetahui bahwa self-control sangat penting bagi kita sebelum melakukan sebuah tindakan, terutama bagi seorang remaja. Self-control harus dimulai dari diri seorang remaja dan  dukungan dari luar. Namun, tak semua remaja mendapat dukungan dalam memenuhi self-control nya. Oleh karena itu, mari kita kembali kepada pembahasan awal, yaitu akibat dari  kurangnya self-control dan cara menanganinya.  

Dampak dari melemahnya self-control bagi remaja: 

  1. Menimbulkan perilaku yang menyimpang

Sebagai remaja masa kini, harus pintar dalam memilah arus yang berdatangan dan bisa  menahan sikap. Bila self-control rendah, maka seorang remaja akan menjadikan hal  tersebut sebagai standar mereka dalam berperilaku. Misalnya, pergi ke tempat clubbing, meminum alkohol, melakukan kegiatan seksual dan merokok, dianggap sebagai suatu  hal yang keren dan kekinian. Padahal, kegiatan tersebut masih tergolong ilegal bagi  remaja karena masih dibawah umur.  

  1. Menurunnya prestasi akademik

Remaja yang memiliki self-control yang tinggi, maka ia bisa mengatur proses  belajarnya dengan baik dan menghasilkan prestasi akademik yang memuaskan, karena mereka mampu meminimalisir hasil prestasi belajar yang rendah. Sebaliknya, bila seorang remaja memiliki self-control yang rendah, maka prestasi akademik pun  menurun akibat tidak mampu mengatur sesuatu yang ingin dihindari (Chasanah, 2020). 

Menurut Marsela dan Supriatna (2019) kurangnya self-control juga dapat mengakibatkan  kesulitan untuk mengatur perilaku dan tidak mampu menentukan tindakan yang akan diambil, sehingga mengarah kepada sifat yang agresif. Untuk mengetahui kondisi nyata yang berada di Indonesia, ternyata sudah banyak dilakukan penelitian yang menyangkut tentang self-control, diantaranya yaitu oleh Aviyah dan Farid pada tahun 2014 yang meneliti self-control terhadap siswa SMA Negeri 1 Bancar dan SMA Negeri 1 Jatirogo. Pada penelitiannya, terdapat hipotesis mengenai ada atau tidaknya hubungan antara kontrol diri dan kenakalan remaja. Dari hasil penelitiannya disebutkan bahwa kontrol diri dan kenakalan remaja memiliki hubungan yang sangat signifikan, dapat dikatakan jika semakin tinggi kontrol diri seorang remaja, maka semakin rendah kenakalan remaja. 

Berbicara tentang tinggi dan rendahnya kontrol diri, terdapat peristiwa kenakalan remaja yang dikutip oleh berita Kompas. Peristiwa ini terjadi di Palmerah, Jakarta Barat yaitu terdapat 1 remaja yang tewas akibat tawuran dan 2 remaja mengalami luka berat. Remaja yang tewas akibat tawuran berinisial MD (20). Awalnya, mereka hanya berkeliling membangunkan warga untuk sahur. Namun, sebelumnya ketiga remaja tersebut telah membuat janji untuk tawuran dengan kelompok lain melalui media sosial. Peserta tawuran membawa senjata tajam dan rata-rata dari mereka masih berada di bawah umur, yaitu sekitar 14-16 tahun. Akibat perbuatannya, mereka dikenakan Pasal 170 dan 358 KUHP dengan ancaman hukuman diatas tujuh tahun penjara. Namun, dikarenakan mereka masih berada dibawah umur, maka polisi pun harus berkoordinasi dengan dengan pihak Balai Pemasyarakatan (Bapas) untuk menangani sistem peradilan pidana terhadap pelaku tawuran. Selama proses penanganan kasus tawuran, tentunya terdapat kendala karena pelaku masih berada dibawah umur dan berdasarkan dengan ketentuan UU RI No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) atau hukum peradilan anak, biasanya anak yang masih berada dibawah 14 tahun tidak boleh ditahan. Sementara, para pelaku saat ini dititipkan di Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Anak (LPKS) Cipayung, Jakarta Timur. 

Peristiwa tersebut membuktikan bahwa rendahnya kontrol diri dapat mengarah pada kenakalan remaja dan perilaku agresif. Kalau begitu, jika kita merasa memiliki self-control yang lemah, bagaimana ya cara mengatasi hal tersebut? Lalu, jika kita merasa memiliki tingkat self-control yang cukup baik, bagaimana ya cara mempertahankannya? Nah, jangan khawatir teman-teman! Disini akan dijelaskan berbagai tips yang dapat diterapkan seperti yang ada di bawah ini:  

  • Membuat planning untuk kedepan: Untuk meningkatkan kesadaran tentang kontrol diri, perlu membuat rencana mengenai sikap atau perilaku apa yang harus dilakukan apabila dihadapkan oleh suatu godaan dari  luar dan bagaimana cara menangani nya. 
  • Memikirkan konsekuensi: Cara ini, bisa dilakukan dengan cara berpikir, “Apakah hal ini akan bermanfaat  untukku?” “Dampak apa yang akan aku dapatkan apabila aku melakukannya?” dengan  berpikir demikian, dapat membuat seorang remaja menjadi berpikir yang kedua kali dan  bisa mengontrol aksi, emosi, dan perasaan 
  • Dukungan keluarga: Bentuk dukungan bisa dilakukan dengan cara saran, nasihat secara verbal maupun nonverbal yang dapat diterima remaja (Anggoro, 2018). Keluarga diharapkan untuk selalu  mengawasi perilaku dan kegiatan, namun tetap memberikan ruang privasi agar anak merasa nyaman walaupun masih berada di dalam pengawasan 
  • Lingkungan teman sebaya: Teman sebaya merupakan dukungan sosial yang penting karena seorang remaja akan sering menghabiskan waktu bersama teman sebaya nya. Oleh karena itu, diperlukan lingkungan teman sebaya yang dapat menghasilkan hubungan timbal balik yang bermanfaat bagi psikis dan kehidupan akademiknya. 

Referensi:

Arbi, I. A. (2022, April 13). 1 Tewas dan 2 Luka Berat Saat Tawuran di Palmerah, Anak di Bawah Umur Lakukan Penyerangan dengan Sajam. KOMPAS.Com. https://megapolitan.kompas.com/read/2022/04/13/15140591/1-tewas-dan-2-luka-berat-saat-tawuran-di-palmerah-anak-di-bawah-umur?page=all

Anggoro, A. (2018). HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN DUKUNGAN  KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMK KANSAI  PEKANBARU (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim  Riau). 

Aviyah, E., & Farid, M. (2014). Religiusitas, kontrol diri dan kenakalan remaja. Persona:Jurnal Psikologi Indonesia, 3(02). https://doi.org/10.30996/persona.v3i02.376

Aroma, I. S., & Suminar, D. R. (2012). Hubungan antara tingkat kontrol diri dengan  kecenderungan perilaku kenakalan remaja. Jurnal Psikologi Pendidikan dan  Perkembangan, 1(2), 1-6. 

Chasanah, U. (2020). Pengaruh kontrol diri terhadap prestasi belajar siswa kelas X SMK  Ar-Roudhoh Beji Pasuruan (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana  Malik Ibrahim Malang). 

Cherry, K.(2021, May 31). How to Improve your self-control. Verywell Mind.  https://www.verywellmind.com/psychology-of-self-control-4177125 

Marsela, R. D., & Supriatna, M. (2019). Konsep diri: Definisi dan faktor. Journal of  Innovative Counseling: Theory, Practice, and Research, 3(02), 65-69. 

Rahman, A. A., Permana, L., & Hidayat, I. N. (2019). Peran mindfulness dalam  meningkatkan behavioral self control pada remaja. Jurnal Ilmu Perilaku, 3(2), 110-117. 

Syaibani, R., Darmayanti, N., & Hasanuddin, H. (2019). Hubungan antara dukungan  teman sebaya dan kontrol diri dengan kenakalan remaja Sma Swasta  Dharmawangsa. PROCEEDING: THE DREAM OF MILLENIAL GENERATION TO  GROW, 2(1).

Penulis: Natasha Shafa Nabila