Konsep Hidup Biasa Saja Menurut Alain de Botton

Halo, teman-teman semua! Apa kabar kalian? Wah, sungguh pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Aku harap setidaknya kalian bahagia menjalani hidup kalian. Berbicara tentang bahagia, aku penasaran, apa sih definisi kalian atas bahagia. Apakah disaat kalian bisa belanja barang bermerek atau belanja di toko online saja sudah bahagia? Apakah IPK sempurna atau IPK standard saja sudah bahagia? Apakah followers Instagram harus puluhan ribu atau hanya orang terdekat saja sudah bahagia? Pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh hati kalian saja. 

Coba renungkan baik-baik jawaban dari pertanyaan yang aku berikan barusan. Jika mayoritas jawaban dari kalian adalah jawaban yang pertama, mungkin kalian adalah orang-orang yang mempunyai ambisi bahwa “anyone can achieve anything”. Sebaliknya, jika kalian menjawab jawaban yang kedua, mungkin kalian adalah orang-orang yang menjalani konsep hidup biasa saja. Terdengar tidak asing dengan konsep hidup biasa saja, tetapi sepertinya konsep ini jarang dibahas oleh kebanyakan orang. 

Konsep hidup biasa saja menurut Alain de Botton ini adalah jawaban dari keresahan yang sering kita rasakan. Seperti namanya, menjalani hidup dengan biasa aja. Alain de Botton merupakan filsuf dan penulis yang banyak menerbitkan buku bertema kehidupan sehari-hari dengan menggambarkan situasi yang dihadapi oleh masyarakat. Ia juga pendiri platform edukasi, School of Life Global dengan tujuan mengedukasi dan membantu masyarakat agar memiliki hidup yang lebih bermakna. 

Menurut Botton, ada tiga masalah utama yang sering dihadapi oleh masyarakat zaman sekarang. 

1. Kita dikelilingi oleh orang-orang angkuh

Angkuh adalah sifat yang dimiliki seseorang dengan melihat suatu hal kecil dari individual lain dan menyimpulkannya sebagai sifat keseluruhan individu tersebut. Yuk kita bahas pertanyaan yang aku sempat berikan sebelumnya. Ketika kita memakai barang branded, mempunyai IPK yang sempurna, dan followers Instagram dengan jumlah yang berlebih, orang lain menyimpulkan bahwa kita adalah orang yang stabil secara finansial, pintar, dan dicintai oleh banyak orang. Hal ini tidak sepenuhnya salah, tetapi sangat menyedihkan bahwa mereka memandang kita dengan melihat kekayaan material daripada nilai-nilai hidup yang kita punya. 

2. Kurangnya rasa kasih sayang

Interpretasi pencapaian yang memuaskan pada zaman dahulu dan zaman sekarang sangat berbeda. Zaman dahulu, sekolah sampai SMA dan mendapatkan kerja yang bisa menghidupi diri sendiri saja sudah menjadi pencapaian yang sangat luar biasa. Beda halnya dengan zaman sekarang, seseorang harus memenuhi banyak kriteria untuk dikatakan mempunyai pencapaian yang memuaskan. Tuntutan yang ada membuat kita memperhatikan pencapaian tersebut agar mendapatkan rasa kasih sayang maupun rasa dihargai oleh orang lain. Sederhananya, dengan mempunyai banyak pencapaian, maka akan mendapatkan pengakuan yang bisa memberikan rasa kasih sayang dan rasa dihargai. 

3. Meritokrasi 

Meritokrasi adalah sistem politik yang memberikan kesempatan memimpin berdasarkan talenta atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang. Menurut Botton, meritokrasi bisa menimbulkan pandangan negatif pada pencapaian seseorang. Seseorang bisa terobsesi dengan pencapaian yang ingin dicapai dan timbul kepercayaan pada masyarakat bahwa orang yang berhasil pasti karena berusaha dengan keras dan orang gagal pasti karena kurang berusaha.  

Faktanya, 99% dari kita akan menjalani hidup biasa saja, sedangkan 1% yang lain akan menjalani hidup luar biasa, seperti Bill Gates, Elon Musk, dan lain-lain. Menjalani hidup biasa saja adalah kehidupan yang baik. Bukan berarti mempunyai ambisi untuk menjalani hidup luar biasa itu salah. Tidak ada yang salah dengan mempunyai ambisi, yang salah adalah ketika ambisi itu mulai membuat kalian tidak bahagia. Pertanyaannya, apakah ambisi itu benar-benar ambisi kalian atau ambisi orang lain yang coba kalian capai agar dihargai dan dicintai?

Botton juga membagikan dua cara hidup biasa saja. Pertama, memahami arti kata cukup. Hidup biasa saja bukan lah kehidupan yang menyedihkan. Malah mengajarkan kita cara menghargai karena kita paham arti cukup. Kedua, melakukan sesuatu atas dasar diri sendiri. Tadi aku sempat bahas tentang ambisi. Jika memang kalian mempunyai ambisi yang besar, lakukan untuk diri sendiri bukan orang lain. Karena itu menunjukkan jati diri kamu. 

Nah teman-teman, kalian termasuk orang yang menjalani konsep hidup luar biasa atau konsep hidup biasa saja? Apapun pilihan kalian, tidak ada yang salah selama kalian memang ingin dan mampu dalam menjalaninya. Jangan lupa, apapun yang kalian lakukan harus untuk diri sendiri, ya. Tetap semangat ya, teman-teman. Sekian dulu, artikel Psikopedia bulan Juni. Sampai jumpa di kesempatan lainnya!

Referensi:

Widuri, T. S. (2022, March 2). Filosofi Hidup Alain de Botton: Hidup Biasa Aja itu Lebih Bahagia! Satu Persen; Satu Persen. https://satupersen.net/blog/filosofi-hidup-alain-de-botton

Maskun, I. (2009, June). Alain de Botton: Filosofi tentang Sukses yang lebih longgar, tidak kaku. Www.ted.com; TED. https://www.ted.com/talks/alain_de_botton_a_kinder_gentler_philosophy_of_success?language=id&subtitle=id

Penulis: Bella Novia Rahmadhani