Apa Itu Dissociative Identity Disorder?

Hi, teman-teman semua! Selamat datang di artikel baru dari Psikopedia. Tanggal 4 Mei 2022 kemarin, Marvel Studios merilis episode finale dari series terbarunya yang berjudul Moon Knight yang sedang trending di Indonesia. Series ini berfokuskan pada tokoh utamanya, yaitu Marc Spector (diperankan oleh Oscar Isaac), seorang pembunuh bayaran yang memperoleh kekuatan super dari dewa bulan Mesir dan dengan bantuannya menyelamatkan dunia dari kejahatan baru yang mendatang. Namun, yang paling menarik tentang Marc Spector merupakan satu-satunya superhero terkenal dengan kondisi Dissociative Identity  Disorder (DID). Yap, artikel Psikopedia kali ini akan membahas DID. Salah satu film terkenal yang berfokus pada DID adalah Split (2016). Akan tetapi, belum banyak media (film, buku, media televisi, dll) yang berfokus atau pun berisi karakter dengan DID. Sehingga, banyak orang yang belum mengetahui kondisi ini. Maka dari itu, artikel ini ingin memberi penjelasan tentang apa itu DID itu sendiri, serta ciri-ciri dan pengalaman orang dengan kondisinya.

DID itu apa sih?

Dissociative Identity Disorder (sebelumnya dikenal juga sebagai Multiple Personality Disorder) merupakan kelainan psikologis yang langka dimana seseorang memiliki dua atau lebih kepribadian dalam dirinya (Belli et al., 2012, dikutip oleh King, 2016). Setiap kepribadian dalam diri seorang dengan DID memiliki ingatan, perilaku, dan hubungan sosialnya sendiri, dan hanya satu yang dapat mendominasi di waktu tertentu (King, 2016). Penyebab DID yang dianggap utama adalah trauma dari kekerasan fisik atau kekerasan seksual di masa kecil (Braun, 1990; Baldwin 1990; Coons 1986 ). Hasil studi dari Ross et al. (1989) mendukung pernyataan ini, studi ini menganalisa 236 kasus Multiple Personality Disorder menemukan bahwa 79,2% pasien MPD mengalami kekerasan fisik di masa kecilnya dan 74,9% mengalami kekerasan fisik. 

Bagaimana DID dapat terbentuk?

Asal-usul DPD awal terbentuk diperkirakan adalah ketika seorang anak mendisosiasikan (memisahkan) diri sendiri dari suatu pengalaman yang traumatis dan membentuk kepribadian-kepribadian baru untuk membentengi dirinya (King, 2016). Studi oleh Ross et al. (1989) yang direferensi sebelumnya juga meneliti kepribadian seperti apa yang dibentuk oleh pasien DID, salah satunya seperti kepribadian pelindung, yang dimiliki oleh 84% pasien. Kepribadian-kepribadian lainnya yang umum dimiliki diantaranya kepribadian anak-anak (86%), kepribadian dengan umur berbeda (84,5%), dan kepribadian penganiaya (84%). Teori tentang proses disosiasi ini yang mendorong perubahan nama dari Multiple Personality Disorder menjadi Dissociative Identity Disorder di tahun 1994 (Mitra et al., 2021). Spiegel (2006, dikutip oleh King, 2016) percaya bahwa seseorang dapat memiliki berbagai aspek identitas seperti perasaan dan niat yang bertentangan satu sama lain, hingga individu tersebut memecahkan aspek-aspek tersebut menjadi kepribadian-kepribadian berbeda yang terpisah.

Ciri-ciri seseorang dengan DID

Artikel dari majalah Psychology Today menuliskan beberapa ciri yang memungkinkan orang untuk didiagnosa dengan Dissociative Identity Disorder (Diambil dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (5th ed.) oleh APA). Ciri-cirinya, yaitu:

  • Individu memiliki dua atau lebih kepribadian yang jelas berbeda, pengalaman ketika satu kepribadian mendominasi kepribadian lain di suatu ketika dapat digambarkan seperti “kesurupan”.
  • Adanya gangguan dalam rasa identitas individu, seperti perubahan rasa agency (kemampuan untuk membuat keputusan sendiri), perilaku, ingatan, persepsi, kognisi, dan fungsi motorik.
  • Kurangnya ingatan tertentu tentang peristiwa, orang, dan tempat-tempat dalam sejarah kehidupan individu yang melebihi dari sekedar lupa biasa.
  • Gejala-gejala yang muncul menimbulkan rasa ketidaknyamanan yang besar dan menyebabkan hambatan dalam fungsi-fungsi penting tertentu.

Dissociative Identity Disorder sampai sekarang masih tergolong sebagai kelainan yang langka, dengan hanya sebesar 1,5% dari populasi yang terdiagnosa (Mitra et al., 2021). Tetapi tetap alangkah baiknya untuk meningkatkan pengetahuan tentang kelainan-kelainan psikologis dan kesehatan mental, serta meningkatkan kesadaran orang lain tentangnya. Semoga artikel ini informatif dan bermanfaat bagi pembelajaran anda, terima kasih dan sekian. 

Referensi:

Baldwin, L. C. (1990). Child abuse as an antecedent of multiple personality disorder. The American Journal of Occupational Therapy, 44(11), 978-983. https://doi.org/10.5014/ajot.44.11.978 

Belli, H., Ural, C., Vardar, M. K., Yesilyurt, S., Oncu, F. (2012). Dissociative symptoms and dissociative disorder comorbidity in patients with obsessive-compulsive disorder. Comprehensive Psychiatry, 53(7), 975–980.

Braun, B. G. (1990). Multiple personality disorder: An overview. The American Journal of Occupational Therapy, 44(11), 971-976. https://doi.org/10.5014/ajot.44.11.971 

Coons, P. M. (1986). Child abuse and multiple personality disorder: Review of the literature and suggestions for treatment. Child Abuse & Neglect, 10(4), 455-462. https://doi.org/10.1016/0145-2134(86)90049-9

King, L. A. (2016). The science of psychology: An appreciative view (4th ed.). McGraw-Hill Education

Mitra, P., Jain, A. (2021). Dissociative Identity Disorder. StatPearls Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK568768/ 

Ross, C. A., Norton, G. R., Wozney, K. (1989). Multiple personality disorder: an analysis of 236 cases. The Canadian Journal of Psychiatry, 34(5), 413-418. https://doi.org/10.1177/070674378903400509

Spiegel, D. (2006). Editorial: Recognizing traumatic dissociation. American Journal of Psychiatry, 163, 566–568.

(2021, September 21). Dissociative identity disorder (Multiple personality disorder). Psychology Today https://www.psychologytoday.com/us/conditions/dissociative-identity-disorder-multiple-personality-disorder

Penulis: Farall Gibran F.