Apa Kata Psikologi tentang Kemerdekaan?

Apa Kata Psikologi tentang Kemerdekaan?

Hai, teman-teman semua! Kembali lagi kita berjumpa pada artikel Psikopedia kali ini. Bagaimana kabar kalian semua? Semoga teman-teman semua berada di kondisi yang sehat ya. Dengan jumlah kasus pasien COVID-19 yang masih tinggi, mari kita tetap rajin menerapkan protokol kesehatan yang ada. Sebelum kita memasuki pembahasan hari ini, apakah teman-teman tahu mengapa bulan Agustus adalah bulan yang spesial bagi Indonesia? Ya, pasti kalian sudah tahu ya! Pada bulan ini, Indonesia akan merayakan hari kemerdekaannya yang ke-76 di tanggal 17 Agustus nanti. Oleh karena itu, hari ini kita akan membahas mengenai kemerdekaan dari perspektif psikologi. Terdapat banyak konsep yang mendasari perjuangan manusia akan kebebasan, tetapi kita hanya akan melihat salah satu dari teori yang bersangkutan, yaitu teori determinasi diri. Terdengar menarik, bukan? Yuk, kita simak baik-baik ya, teman-teman!

Agustus adalah bulan yang istimewa bagi bangsa dan negara kita karena di bulan inilah kita memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Perjuangan untuk menggapai kebebasan tersebut pun tidak mudah. Bangsa kita telah melalui banyak peristiwa pertikaian dan pertumpahan darah, pemuda-pemudi Indonesia yang berjuang melawan kuasa penjajah, serta pahlawan-pahlawan yang gugur di tengah perjuangan. Setiap tanggal 17 Agustus, kita pun merenungkan kembali perjalanan bangsa kita. Tentunya, perjuangan ini tidak sia-sia. Sebagai ilmu yang mempelajari perilaku dan proses mental manusia, psikologi pun dapat digunakan untuk mendalami makna kemerdekaan.

Mengapa kita sebagai manusia harus merdeka?
Di balik tindakan yang diambil atau proses mental pada manusia, terdapat kehendak bebas atau free will dan karakteristik inilah yang membedakan kita dengan hewan (Halo Jiwa, 2019). Untuk itu, kita akan mengacu pada self-determination theory atau teori determinasi diri yang dapat menjelaskan alasan mengapa manusia melakukan suatu tindakan. Teori determinasi diri menyatakan bahwa manusia dapat berkehendak bebas jika 3 kebutuhan psikologis, yaitu kompetensi (competency), hubungan (connection), dan otonomi (autonomy), itu terpenuhi (Cherry, 2021).

Cherry (2021) pun menjelaskan bahwa sebagai salah satu kebutuhan dasar, otonomi (autonomy) diperlukan untuk mendapatkan psychological growth. Otonomi sendiri diartikan sebagai kebutuhan manusia untuk mengatur sendiri perilaku serta tujuan mereka. Indonesia pun memerlukan otonomi untuk dapat beroperasi sebagai negara yang dapat membuat keputusan dan mengambil tindakan tanpa adanya paksaan atau pengaruh dari luar. Berdasarkan teori determinasi diri, otonomi atau kebebasan sudah menjadi kebutuhan dasar bagi manusia sehingga tak heran mengapa bangsa kita rela berjuang demi mendapatkan kemerdekaan. Untuk merdeka, pada dasarnya, adalah kebutuhan psikologis yang dibutuhkan agar kita sebagai satu bangsa dan negara dapat hidup dengan determinasi diri.

Langkah selanjutnya = revolusi mental
Pada 17 Agustus 1956, Presiden Soekarno pertama kali memperkenalkan kata “revolusi mental” (Paolo, n.d.). Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) (n.d.) pun mengutip perkataan Presiden Soekarno yang mengatakan, “Revolusi Mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala.” Setelah berhasil meraih kemerdekaan, perjuangan bangsa kita tidak lagi bersifat fisik. Sekarang kita tidak perlu lagi mengandalkan senjata dan taktik perang. Perjuangan kita sekarang adalah membangun jiwa serta mental segenap bangsa Indonesia. Sebagai rakyat Indonesia, marilah kita bangun sebuah bangsa Indonesia dengan jiwa yang merdeka serta pola pikir dan perilaku yang mementingkan perkembangan bangsa di era modern. Adanya pandemi COVID-19 memang menjadi tantangan baru bagi Indonesia, tetapi kita semua bisa mengambil peran dalam membangun jiwa bangsa melalui revolusi mental.

Sekian pembahasan kali ini seputar kemerdekaan, determinasi diri, dan revolusi mental. Semoga topik ini dapat memperkaya wawasan teman-teman semua serta menginspirasi kalian dalam memulai sebuah revolusi mental! Stay healthy dan stay safe ya kalian semua. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!

 

Referensi:

Cherry, K. (Maret 15, 2021). Self-determination theory and motivation. Verywell Mind. https://www.verywellmind.com/what-is-self-determination-theory-2795387

Halo Jiwa. (Agustus 23, 2019). Psikologi kemerdekaan. Halo Jiwa Indonesia. https://www.halojiwa.id/2019/08/psikologi-kemerdekaan.html

Kementerian Komunikasi dan Informatika. (n.d.). Revolusi mental: Membangun jiwa merdeka menuju bangsa besar. Kominfo. https://www.kominfo.go.id/content/detail/5932/revolusi-mental-%20memba%20%20ngun-jiwa-merdeka-menuju-bangsa-besar/0/artikel_gpr

Paolo, B. (n.d.). Lebih berintegritas dengan revolusi mental. Indonesia Baik. http://indonesiabaik.id/infografis/lebih-berintegritas-dengan-revolusi-mental-2

Penulis: Marshanda Jeanette Mariane Massie

Marshanda Jeanette Mariane Massie