Melihat Beragam Perbedaan dalam Satu Kesatuan

Melihat Beragam Perbedaan dalam Satu Kesatuan

Hai, sahabat BINUS. Apa kabarnya hari ini? Semoga kalian semua dalam keadaan baik ya di tengah kondisi yang kurang bersahabat sekarang ini. Nah, kali ini kita akan membahas mengenai cara pandang individu saat melihat berbagai perbedaan yang ternyata bisa menjadi satu kesatuan loh. Udah ga sabar ya? Yuk langsung saja kita bahas.

Seperti yang kita tahu, mungkin diantara teman-teman ada yang berasal dari berbagai suku, agama, dan budaya yang pastinya berbeda satu dengan yang lainnya. Mungkin kalian dibesarkan dari dua perbedaan budaya yang dianut oleh kedua orang tua kalian. Beragam perbedaan yang ada itu pastinya bersumber dari berbagai wilayah kepulauan di Indonesia atau dalam KBBI biasa disebut dengan “Nusantara”.

Nah, untuk itu, gimana sih caranya agar kita dapat meningkatkan perilaku saling menghargai perbedaan di tengah suku bangsa ini?

Matsumo (dalam Salio, 2012) mengatakan bahwa terdapat 3 hal utama dalam kontribusi seseorang untuk mempelajari perilaku manusia dan proses mental, yaitu:

  • Pertama, adanya ilmu pengetahuan yang besar untuk menanamkan berbagai perilaku mengenai persamaan dan perbedaannya sebagai bagian dari perkembangan teori psikologi.
  • Kedua, adanya studi budaya yang utama, yaitu kemampuan berpikir kritis.
  • Ketiga, adanya penelitian budaya untuk menyesuaikan kehidupan yang lebih baik.

Proses sosialisasi budaya? Apa itu?

Pada dasarnya, setiap manusia mengalami proses bertumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun psikisnya. Hal ini juga berkaitan dengan bagaimana cita rasa saling menghargai dalam diri seseorang dapat terjalin dengan baik. Menurut Wardani (2019), dikatakan bahwa proses sosialisasi budaya yang terjalin tidak seutuhnya dapat terjadi saat individu tersebut dalam kondisi sadar dan disengaja. Adanya pengaruh dari lingkungan luar diri, seperti pendidikan, pengajaran, dan nasehat yang berlaku di masyarakat ternyata juga menunjang bagaimana manusia mampu untuk saling bersosialisasi.  Seperti contohnya, saat seorang ibu memberikan sedekah kepada pengemis di depan anaknya, maka secara tidak langsung, sang ibu telah mencontohkan perbuatan baik kepada anaknya. Maka dari itu, pentingnya pengaruh dari proses sosialisasi budaya untuk mewariskan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat itu bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan multikultural

Pada saat ini, kemajuan teknologi yang semakin pesat berdampak pada tingkat pengetahuan dan komunikasi untuk mempererat hubungan antar budaya satu dengan budaya lainnya. Perkembangan teknologi ini ternyata juga berdampak kurang baik dengan menimbulkan berbagai permasalahan sosial. Jika dilihat dari berbagai berita yang biasa kita saksikan di perangkat elektronik seperti acara TV, siaran radio, berita online, dan sebagainya, masih terdapat sekumpulan masyarakat dan beberapa pihak yang kurang mampu untuk mempererat tali persaudaraan di bangsa ini karena kurangnya kesadaran atas pentingnya berbelarasa atau hanya untuk kepentingan pribadi. Maka dari itu, pendidikan multikultural (multicultural education) sangat penting untuk ditanamkan sejak dini. Menurut Muslimin (2012), dikatakan bahwa pendidikan multikultural merupakan proses menanamkan cara hidup untuk menghormati dan memiliki rasa toleransi terhadap berbagai keragaman budaya sehingga jika terjadi konflik sosial, bangsa ini tidak mudah patah dan retak.

Nah, ternyata sudah selesai pembahasan kita nih, teman-teman.. Semoga apa yang sudah dibahas dapat menjadi pelajaran dan membuka pikiran kita betapa pentingnya rasa menghargai, toleransi dan cinta tanah air ya. Untuk itu, tetap jaga kesehatan dan sampai jumpa di artikel selanjutnya!

Referensi:

Muslimin. (2012). Pendidikan Multikultural Sebagai Perekat Budaya Nusantara: Menuju Indonesia Yang Lebih Baik. Diakses dari: https://repository.ung.ac.id/get/simlit_res/4/46/Pendidikan-Multikultural-Sebagai-Perekat-Budaya-Nusantara-Menuju-Indonesia-yang-Lebih-Baik.pdf

Prawitasari, J.E. (2006). Psikologi Nusantara: Kesanakah Kita Menuju?. Buletin Psikologi. Diakses dari: http://johana.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/16-BULL-JUNI-06.pdf

Salio. (2012). Konsep Diri dalam Budaya Jawa.  Buletin Psikologi. Diakses dari: https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/viewFile/11946/8800

Wardani. (2019). INTERNALISASI NILAI DAN KONSEP SOSIALISASI BUDAYA DALAM MENJUNJUNG SIKAP PERSATUAN MASYARAKAT DESA PANCASILA.

Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial. Diakses dari: http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara/article/download/883/623

 

Penulis: Esther Gracia

Esther Gracia