Hilangkan Stigma “Kurang Bersyukur” di Indonesia
Hilangkan Stigma “Kurang Bersyukur” di Indonesia
Hai, teman-teman! Apa kabarnya hari ini? Semoga dalam keadaan sehat selalu ya! Pada topik kali ini, kita akan membahas tentang stigma orang mengenai kesehatan mental nih. Topik ini akan menjadi topik menarik karena kasus yang ada dalam topik ini sangat sering terjadi lho di Indonesia. Sebelum aku membahas lebih jauh tentang topik kali ini, aku ingin tanya nih sama teman-teman. Pernah gak sih kalian sedang ada di situasi banyak pikiran dan bisa dibilang ‘stres’, terus ketika kalian curhat sama orang terdekat kalian malah dibilang kurang bersyukur? Nah, topik kali ini aku akan membahas nih apa saja sih penyebab seseorang memiliki stigma tentang kesehatan mental?
Stigma menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ciri negatif yang ada pada diri seseorang karena pengaruh dari lingkungannya. Di Indonesia, sudah sering terjadi stigma-stigma yang muncul mengenai gangguan mental. Ketika seseorang memiliki gangguan mental, ia justru seringkali mendapatkan komentar yang tidak diharapkan, seperti “kurang bersyukur!” “kurang ibadah!”. Padahal, seseorang yang memiliki gangguan mental ingin dirinya dimengerti dan didengar. Kasus yang sudah terjadi karena pengaruh dari stigma tersebut ada di Indonesia, dan salah satunya kasus bunuh diri. Menurut penelitian, sebanyak 75% masyarakat yang mengalami gangguan mental di Indonesia sudah menerima stigma tersebut dari orang sekitarnya.
Nah, apa saja sih penyebab Indonesia menjadi darurat stigma tentang gangguan mental? Yuk kita bahas lebih lanjut!
- Adanya stigma “Pergi ke Psikolog sama dengan gila”
Seperti yang kita ketahui, pergi ke Psikolog adalah hal yang penting untuk dilakukan ketika diri sendiri sedang merasa butuh bantuan. Saat kita merasa lingkungan sekitar sudah tidak bisa lagi memberikan dukungan yang positif, sebaiknya pergi ke tenaga profesional seperti Psikolog atau Psikiater. Kesehatan mental merupakan hal yang harus kita jaga, mengingat bahwa diri kita adalah sesuatu yang berharga.
- Adanya stigma “Depresi sama dengan kurang bersyukur!”
Stigma yang satu ini adalah stigma yang paling sering terjadi di lingkungan sekitar kita. Teman-teman, depresi bukan lagi hal yang wajar untuk disepelekan. Kita tidak bisa asal memberi penilaian kepada orang lain yang mengalami gangguan mental, seperti depresi. Seseorang yang mengalami depresi bukan karena ia gila, tetapi ia adalah orang yang membutuhkan bantuan atau dukungan dari lingkungan di sekitarnya.
- Kurangnya edukasi mengenai pentingnya kesehatan mental
Di Indonesia, edukasi tentang kesehatan mental masih sangat minim, padahal Indonesia termasuk negara yang penduduknya paling banyak terkena gangguan mental. Menurut data Riskesdas per 2013, sebanyak 40 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan mental seperti kecemasan dan depresi. Hal ini perlu menjadi perhatian untuk pemerintah Indonesia agar menjadi lebih baik dalam memberikan edukasi tentang kesehatan mental dan menyediakan platform untuk membantu masyarakat untuk mengetahui kesehatan mental lebih jauh lagi. Jika perlu, edukasi mengenai kesehatan mental harus dilakukan dari sejak dini.
- Biaya konsultasi dengan Psikolog sangat mahal
Teman-teman, ini adalah salah satu alasan yang paling banyak orang rasakan lho sehingga orang lebih memilih untuk tidak ke Psikolog karena biaya yang sangat mahal. Nah, di abad ke-21 ini, sudah banyak lho, teman-teman, platform yang menyediakan layanan konsultasi dengan Psikolog secara gratis. Selain itu, Psikolog juga tersedia di Puskemas terdekat dengan harga konsultasi yang lebih ramah. Jadi, jangan sampai menyepelekan kesehatan mental teman-teman hanya karena biaya ya.
Nah, cara agar kita dapat mengurangi stigma-stigma tersebut terjadi di lingkungan sekitar kita, seperti mencari daftar Psikolog terdekat, memberikan dan mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam merayakan Hari Kesehatan Mental Dunia, dan memberikan dukungan serta tidak menghakimi teman-teman yang memiliki gangguan mental.
Sekarang sudah paham ya teman-teman bahwa kesehatan mental adalah sesuatu yang harus kita jaga. Menjaga diri sendiri adalah sesuatu yang berharga. Jangan sampai hanya karena satu atau dua patah kata dari orang lain membuat kita terhambat dalam memperhatikan kesehatan mental kita. Begitupun sebaliknya, menjaga omongan juga hal yang perlu diperhatikan ya! Jangan sampai omongan kita membuat orang lain sakit hati yang akan memberikan dampak lebih luas kedepannya. Oleh karena itu, aku, kamu, kita berharga! Mari kita bantu Indonesia dalam menghilangkan stigma kesehatan mental. Semangat terus ya teman-teman, sampai ketemu di Psikopedia selanjutnya!
Referensi:
Primala, A. Dzikria. (2019). “6 Stigma yang Salah Tentang Gangguan dan Kesehatan Mental”. Diperoleh dari https://pijarpsikologi.org/6-stigma-yang-salah-tentang-gangguan-dan-kesehatan-mental/
Kbbi.web.id. Stigma. https://kbbi.web.id/stigma
Sari Kartika Y. F. (2020). “Indonesia Darurat Kesehatan Mental”. Diperoleh dari https://www.baktinusa.id/indonesia-darurat-kesehatan-mental/
Penulis: Salwa Rizki Ardani