Imposter Syndrome

IMPOSTER SYNDROME

Halo teman-teman apa kabarnya hari ini? Semoga selalu sehat dan baik ya kondisinya. Kali ini kita akan membahas topik yang cukup menarik untuk disimak nih. Sebelum masuk ke topik pembahasan, aku mau tanya dulu nih, pasti teman-teman familiar kan ya sama game yang sempat populer beberapa bulan lalu, yaitu Among Us. Kalau teman-teman udah familiar, pasti tau juga dong kalo ada yang namanya impostor di game tersebut yang harus menyamar jadi crewmate biar ga ketauan sama crewmate asli dan akhirnya para impostor kalah dalam game itu. Nah, ngomong-ngomong soal impostor, ternyata dalam dunia kesehatan, ada loh yang namanya impostor syndrome. Jadi, untuk topik kali ini, kita akan bahas seputar impostor syndrome nih teman-teman. Yuk disimak dulu!

Impostor syndrome itu apa sih sebenarnya? Sindrom ini pertama kali dijelaskan oleh psikolog pada tahun 1978. Seseorang yang mengalami impostor syndrome merasa bahwa ia tidak pantas mendapatkan pencapaian ataupun penghargaan tinggi yang ia miliki. Biasanya, sindrom ini akan muncul pada orang orang yang memiliki prestasi baik, mempunyai jabatan tinggi, dan yang mempunyai banyak gelar akademis. Mereka merasa bahwa dirinya tidak kompeten untuk menerima hal tersebut dan merasa bahwa dirinya tidak sepintar yang dipikirkan oleh orang lain. Maka dari itu, mereka selalu berusaha untuk mencari kebenaran tentang dirinya.

Pada penelitian yang dilakukan pada tahun 2020, sebanyak 9%-82% orang yang menjadi partisipan penelitian tersebut, mengalami impostor syndrome. Sindrom ini dapat terjadi pada pria maupun wanita dan dari berbagai kelompok usia, mulai dari remaja hingga lanjut usia. Impostor syndrome ini sering menjadi komorbiditas dengan depresi dan kecemasan dan juga dapat dikaitkan dengan permasalahan dalam kinerja, kepuasan kerja, dan kelelahan atau burnout.

Ada beberapa gejala yang muncul nih teman-teman jika seseorang mengalami impostor syndrome, yaitu:

  • Merasa kurang mampu dan meragukan diri sendiri

Seseorang dengan impostor syndrome mempunyai tingkat kepercayaan diri yang sangat rendah. Perasaan tersebut terjadi secara konstan dan berat baginya. Rendahnya kepercayaan diri tersebut membuatnya berpikir bahwa ia tidak pantas untuk menerima penghargaan atau kesuksesan yang ia dapatkan.

  • Menunjukkan kecenderungan perfeksionis

Kebanyakan dari orang yang mengalami impostor syndrome adalah orang-orang yang perfeksionis. Mereka menentukan goals yang sangat tinggi dan kemudian akan mereka kecawa atau malu jika mereka gagal mencapai goals tersebut. Mereka juga tidak pernah merasa puas terhadap pencapaiannya dan lebih memilih untuk fokus pada kesalahan dan kegagalan yang mereka alami.

  • Takut terhadap judgement dan discovery

Impostor syndrome ini dikarakteristikkan dengan ketakutan yang terus menerus terhadap “discovery” atau penemuan. Seseorang yang mengalami hal ini takut bahwa ia tidak cukup baik dan ia juga takut jika rekan kerjanya mengetahui hal tersebut. Ketakutan tersebut membawanya kepada pemikiran ekstrem yang tidak logis, sehingga ia pun menolak untuk menerima bahwa upaya yang telah ia lakukan sudah cukup baik.

  • Menolak kesuksesan diri sendiri

Ciri perilaku yang paling menonjol pada seseorang dengan impostor syndrome adalah ia tidak pernah menerima kesuksesan yang ia dapatkan dan seringkali ia meremehkan prestasi yang dimilikinya. Ia juga sering berbicara kepada dirinya sendiri mengenai hal-hal negatif untuk meyakinkan dirinya bahwa ia tidak memiliki kesuksesan tersebut. Gejala yang dapat terlihat yaitu ia mengabaikan sesuatu yang telah mereka lakukan, meskipun dalam pengerjaannya, banyak menghabiskan waktu dan tenaganya. Ketika menyelesaikannya, ia selalu berpikir bahwa orang lain pasti akan melakukannya lebih baik lagi dari yang ia kerjakan. Namun, jika teman-teman meragukan kemampuan diri sendiri, bukan berarti teman-teman mengalami impostor syndrome ya.

Nah, itu dia teman-teman pembahasan kita mengenai impostor syndrome. Mungkin kalau teman-teman merasa memiliki beberapa ciri-ciri dari impostor syndrome ini, teman-teman bisa langsung menghubungi pihak profesional ya agar tidak mengganggu kehidupan sehari-hari. Semoga pembahasan kita kali ini bisa bermanfaat ya bagi teman-teman. Jangan lupa juga untuk tetap jaga kesehatan dan kebersihan ya!

Referensi
Bravata, D. M., Watts, S. A., Keefer, A. L., Madhusudhan, D. K., Taylor, K. T., et al. (2020). Prevalence, predictors, and treatment of impostor syndrome: A systematic review. Journal of General Internal Medicine, 35(4), 1252-1275. doi: 10.1007/s11606-019-05364-1

Leonard, J. (2020). How to handle impostor syndrome. Medical News Today. Diperoleh dari: https://www.medicalnewstoday.com/articles/321730

Mind Tools. (2016). Impostor syndrome: Facing fears of inadequacy and self-doubt. Mind Tools. Diperoleh dari: https://www.mindtools.com/pages/article/overcoming-impostor-syndrome.htm

Psychology Today. (n.d). Imposter syndrome. Psychology Today. Diperoleh dari: https://www.psychologytoday.com/intl/basics/imposter-syndrome

 

Penulis : Feidora

Feidora