Tahukah Kamu Tentang Agoraphobia?

Tahukah Kamu Tentang Agoraphobia?

Hai teman-teman apa kabarnya saat ini? Semoga sehat selalu dan dalam keadaan baik ya! Nah, kali ini kita mau ngebahas soal salah satu tipe dari anxiety disorder nih, yaitu agoraphobia. Teman-teman ada yang udah familiar belum sama istilah agoraphobia? Mungkin beberapa dari kalian ada yang udah tau istilah itu dan ada juga yang masih belum tau ya. Buat temen-temen yang belum terlalu familiar sama istilah agoraphobia, yuk ikut pembahasan kita kali ini!

Jadi, agoraphobia adalah perasaan takut ketika berada dalam keadaan dimana ia tidak dapat ataupun sulit untuk melarikan diri dari situasi tersebut. Seseorang dengan agoraphobia akan merasa takut atau cemas terhadap dua atau lebih dari lima situasi seperti menggunakan transportasi public, berada di ruang terbuka, berada di tempat tertutup, berdiri dalam antrean/barisan atau berada di tengah orang banyak, atau ketika ia berada di luar rumah sendirian. Maka, orang-orang yang mengalami agoraphobia akan berusaha untuk menghindari situasi yang dapat menyebabkan mereka merasa terkurung, panik, takut, malu, serta tidak berdaya. Agoraphobia biasanya berkembang ketika seseorang telah mengalami satu atau lebih kejadian panic attack. Nah, panic attack itu sendiri merupakan serangan tiba-tiba yang intens terhadap rasa takut atau tidak nyaman. Beberapa gejala fisik yang biasanya dapat muncul adalah nyeri dada atau ketidaknyamanan, pusing, jantung berdebar kencang, sesak napas, berkeringat, gemetaran, tersedak, memerah dan menggigil, sakit perut, mual, dan diare. Gimana nih teman-teman, udah lumayan tergambarkan belum apa itu yang dimaksud dengan agoraphobia?

Nah, selanjutnya kita bakal ngebahas tentang treatment apa sih yang dapat dilakukan untuk orang-orang dengan agoraphobia. Mungkin teman-teman ada yang bertanya-tanya, sebenarnya agoraphobia ini ada treatmentnya atau engga sih? Jadi biasanya agoraphobia ini dapat diobati dengan kombinasi dari penggunaan obat dan psikoterapi. Treatment yang baik sangat efektif bagi seseorang dengan agoraphobia, namum jika orang tersebut tidak mendapatkan pertolongan dini, maka treatment akan terasa lebih sulit untuk dilakukan nih teman-teman. Jadi, kalau salah satu dari teman-teman ada yang merasa cemas atau takut pada situasi-situasi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, jangan takut untuk langsung dicari tau lebih dalam ya apa yang sedang terjadi pada kalian.

Salah satu treatment yang dapat dilakukan pada seseorang dengan agoraphobia adalah menerapkan psychotherapy atau yang dikenal dengan talk therapy. Psychotherapy dapat membantu seseorang dengan agoraphobia untuk mendapatkan kesempatan dalam menceritakan ketakutan maupun masalah-masalah yang mungkin berkontribusi dalam ketakutannya. Namun, penerapan psychotherapy ini akan jauh lebih efektif jika didampingi oleh penggunaan obat-obatan yang dapat membantu orang dengan agoraphobia. Bentuk psychotherapy yang umum digunakan pada orang dengan agoraphobia yaitu penerapan Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Melalui terapi ini, klien/pasien mendapat pengajaran mengenai bagaimana cara mengatasi situasi yang penuh tekanan dengan mengganti pikiran yang terdistorsi dengan pikiran sehat. CBT juga dapat memungkinkan klien/pasien untuk dapat mengontrol kehidupannya dengan baik. Selain CBT, ada juga nih jenis therapy yang dapat digunakan sebagai treatment seseorang dengan agoraphobia, yaitu exposure therapy. Mungkin ada beberapa teman-teman yang udah tau nih apa itu exposure therapy kan? Nah, buat yang belum terlalu familiar sama exposure therapy, cara kerja terapi ini yaitu dengan memperlihatkan, menunjukkan, atau berada pada situasi atau tempat yang klien/pasien takuti. Jika dilakukan dengan baik dan benar, terapi ini lambat laun akan membuat rasa takut dari orang-orang dengan agoraphobia berkurang.

Ada salah satu studi kasus nih teman-teman mengenai seseorang dengan agoraphobia yang bernama Roberta. Pada masa kecilnya, ia adalah seseorang yang tidak pernah mengalami masalah apapun dan tidak mempunyai masalah ketika sekolah. Sejauh ini, kita bisa menggambarkan Roberta sebagai sosok yang tidak mempunyai masalah serius di kehidupannya. Namun, pada awal usia dua puluhan, ia mengalami banyak kesulitan dan mulai merasa gugup. Terdapat beberapa gejala dari agoraphobia yang muncul pada Roberta, seperti terlalu cemas ketika berbelanja sendirian, berpergian sendiri, bahkan ketika ia sedang berada di antrean. Ketakutan-ketakutan yang muncul membuatnya enggan untuk berpergian dan tidak bisa berjalan beberapa block dari perumahannya tanpa ditemani. Hal tersebut sangat mengganggu kehidupannya sehari-hari, ia tidak dapat bekerja ataupun pergi ke sekolah. Gejala agoraphobic yang dialaminya sangat jelas. Seperti pada seseorang dengan agoraphobia lainnya, Roberta juga mengalami panic attack yang mendahului gejala phobianya ini.

Panic attack yang dialami Roberta dapat terjadi kapan saja, bahkan ketika ia sedang berada di rumah. Ketika mengalami panic attack, ia merasa bahwa dirinya sudah gila dan ingin kembali ke tempat yang aman jika ia sedang berada jauh dari rumah. Ketika panic attack terjadi, ia akan berkeringat, merasa sesak napas, jantung berdebar, kesemutan, dan memerah. Biasanya, panic attack yang dialaminya akan mereda dalam 15 hingga 20 menit, bahkan terkadang lebih lama dari itu. Ia merasa terguncang dan akan merasa lebih takut dari sebelumnya ketika panic attack yang dialaminya sudah mereda atau selesai. Panic attack yang dialami Roberta setidaknya terjadi dua hingga tiga kali seminggu. Hmm, termasuk sering terjadi ya serangannya teman-teman dalam kurun waktu satu minggu.

Gimana nih teman-teman pembahasan kita mengenai agoraphobia dan juga case study yang ada? Sudah cukup jelas bukan mengenai agoraphobia dan beberapa treatment yang dapat dilakukan? Nah, sekarang kita mau kasih tau teman-teman nih apa yang harus dilakukan ketika menemukan seseorang yang sedang mengalami panic attack. Beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu:

  • Menemani orang yang mengalami panic attack dan tetap tenang
  • Tawarkan obat jika orang tersebut biasa meminum obat jika terjadi panic attack
  • Tanyakan apa yang dibutuhkan olehnya, jangan membuat asumsi
  • Berbicara kepada orang tersebut dengan kalimat yang singkat dan jelas
  • Lakukan sesuatu yang dapat diprediksi, hindari sesuatu yang dapat membuatnya terkejut.
  • Membantu memperlambat pernapasan orang tersebut dengan ikut bernapas bersamanya atau dengan menghitung perlahan hingga 10.

Jadi, hal terpenting ketika membantu seseorang yang mengalami panic attack adalah kita harus tetap tenang ya teman-teman! Jangan sampai kita malah membuat orang tersebut semakin tidak tenang ya.

Sekian pembahasan kita kali ini, semoga dapat menjadi hal yang bermanfaat untuk teman-teman sekalian. Jangan lupa untuk tetap jaga kesehatannya di masa pandemic ini ya!

 

Referensi

Kivi, R., Boskey, E., & Cherney, K. (2018). Agoraphobia. Diperoleh dari: https://www.healthline.com/health/agoraphobia

McIntosh, J. (2017, Desember 20). What you need to know about agoraphobia. Medical News Today. Diperoleh dari: https://www.medicalnewstoday.com/articles/162169#What-is-agoraphobia?

National Health Service. (2018). Agoraphobia. Diperoleh dari: https://www.nhs.uk/conditions/agoraphobia/

Pohl, R. (1984). Case study. Women & Therapy, 3(3-4), 95-97. doi: doi:10.1300/j015v03n03_14

Penulis: Feidora

Feidora