Sex Education

Sex Education

Adit D.A Putra / Aktivis Badan Pendidikan dan Kajian Keilmuan HIMPSIKO 2017

Seks…. Selama ini, jika kita berbicara mengenai seks, maka yang terbersit dalam benak sebagian besar orang adalah hubungan seks. Padahal, seks itu artinya jenis kelamin, yang membedakan laki-laki dan perempuan secara biologis. Sementara, seksualitas menyangkut beberapa hal antara lain:

  • Dimensi biologis – yaitu berkaitan dengan organ reproduksi, cara merawat kebersihan dan kesehatan.

 

  • Dimensi psikologis – seksualitas berkaitan dengan identitas peran jenis, perasaan terhadap seksualitas dan bagaimana menjalankan fungsinya sebagai makhluk seksual.

 

  • Dimensi sosial – berkaitan dengan bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar-manusia serta bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembentukan pandangan mengenai seksualitas dan pilihan perilaku seks.

 

  • Dimensi kultural – menunjukkan bahwa perilaku seks itu merupakan bagian dari budaya yang ada di masyarakat.

 

PENDIDIKAN SEKS = VULGAR = TABU?

Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi (kespro) atau istilah kerennya sex education sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Ini penting untuk mencegah biasnya pendidikan seks maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja. Materi pendidikan seks bagi para remaja ini terutama ditekankan tentang upaya untuk mengusahakan dan merumuskan perawatan kesehatan seksual dan reproduksi serta menyediakan informasi yang komprehensif termasuk bagi para remaja.

Meninjau berbagai fenomena yang terjadi di Indonesia, agaknya kadang masih timbul pro-kontra di masyarakat, lantaran adanya anggapan bahwa membicarakan seks adalah hal yang tabu dan pendidikan seks akan mendorong remaja untuk berhubungan seks. Sebagian besar masyarakat masih memandang pendidikan seks seolah sebagai suatu hal yang vulgar.

Berdasarkan sudut pandang psikologis, pendidikan seksual sangat diperlukan bagi perkembangan remaja, dengan harapan agar remaja tidak memiliki kesalahan persepsi terhadap seksualitas dan tidak terjebak pada perilaku-perilaku yang kurang bertanggungjawab baik dari segi kesehatan maupun psikologis.

MENGAPA PENDIDIKAN SEKS PENTING?

Maraknya kasus kekerasan seksual yang terjadi belakangan ini tidak lagi hanya mengancam para remaja yang rentan terhadap informasi yang salah mengenai seks. Eksploitasi seks pada anak dibawah umur nyatanya juga sering terjadi oleh orang-orang terdekat yang bahkan dilakukan oleh keluarga korban sendiri. Meningkatnya kasus kekerasan merupakan bukti nyata kurangnya pengetahuan anak mengenai pendidikan seks yang seharusnya sudah mereka peroleh dari tahun pertama oleh orang tuanya. Tetapi persepsi masyarakat mengenai pendidikan seks yang masih menganggap tabu untuk dibicarakan bersama anak menjadi sebab yang harus dibenahi bersama untuk membekali anak melawan arus globalisasi yang semakin transparan dalam berbagai hal termasuk seksualitas.

Pendidikan seks seharusnya menjadi bentuk kepedulian orang tua terhadap masa depan anak dalam menjaga apa yang telah menjadi kehormatannya, terlebih bagi seorang perempuan. Pendidikan seks menjadi penting mengingat banyaknya kasus-kasus yang terjadi mengenai tindak kekerasan seksual terhadap anak dan remaja. Tetapi yang terjadi di lapangan justru orang tua bersikap apatis dan tidak berperan aktif untuk memberikan pendidikan seks sejak usia dini kepada anaknya. Mereka beranggapan bahwa pendidikan seks akan diperoleh anak seiring berjalannya usia ketika ia sudah dewasa nanti. Mereka seolah menyerahkan pendidikan seks kepada pihak sekolah sebagai sumber ilmu bagi anaknya. Padahal pendidikan seks sendiri belum diterapkan secara khusus dalam kurikulum sekolah. Kurangnya pengetahuan orang tua terhadap kebutuhan anaknya sendiri dalam mengahadapi tuntutan zaman yang semakin berkiblat ke arah barat menjadi faktor utama belum tersampaikannya pendidikan seks sejak usia dini di lingkup keluarga.

BAGAIMANA CARA PENYAMPAIAN PENDIDIKAN SEKS YANG TEPAT?

  1. Mengenalkan perbedaan lawan jenis

Jelaskan bahwa Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan yang memiliki perbedaan jenis kelamin.

  1. Memperenalkan organ seks

Caranya cukup mudah, misalnya dengan menggunakan boneka ataupun ketika mandi. Perkenalkan anak secara singkat organ tubuh yang dimiliki, seperti rambut, kepala, tangan, kaki, perut, serta jangan lupa penis dan va­gina. Terangkan juga fungsi dari anggota tubuh dan cara pemeliharaannya agar terhindar dari kuman penyakit.

  1. Mengjindari anak dari kemungkinan pelecehan seksual

Tegaskan pada anak bahwa alat kelamin tidak boleh dipertontonkan secara sembarangan. Tumbuhkan rasa malu pada anak

  1. Informasikan tentang asal usul anak

Untuk anak usia prasekolah, bisa diterangkan bahwa anak berasal dari perut ibu, misalnya sambil menunjuk perut ibu atau pada ibu yang sedang hamil.

  1. Persiapan menghadapi masa pubertas

Informasikan bahwa seiring bertambahnya usia, anak akan mengalami perubahan dan perkembangan. Perubahan yang jelas terlihat adalah ketika memasuki masa pubertas.

Tujuan dari pendidikan seks juga disesuaikan dengan perkembangan usia, yaitu sebagai berikut :

  1. Usia balita (1-5 tahun)

Memperkenalkan organ seks yang dimiliki seperti menjelaskan anggota tubuh lainnya, termasuk menjelaskan fungsi serta cara melindunginya.

  1. Usia sekolah (6-10 tahun)

Memahami perbedaan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), menginformasikan asal-usul manusia, membersihkan alat genital dengan benar agar terhindar dari kuman dan penyakit.

  1. Usia menjelang remaja

Menerangkan masa pubertas dan karakteristiknya, serta menerima perubahan dari bentuk tubuhnya.

  1. Usia remaja

Memberi penjelasan mengenai perilaku seks yang merugikan (seperti seks bebas), menanamkan moral dan prinsip ‘say no‘ untuk seks pra nikah serta membangun penerimaan terhadap diri sendiri.

  1. Usia pranikah

Pembekalan pada pasangan yang ingin menikah tentang hubungan seks yang sehat dan tepat.

  1. Usia setelah menikah

Memelihara pernikahan melalui hubungan seks yang berkualitas dan berguna untuk melepaskan ketegangan dan stres.

Amat disayangkan bahwa banyak orangtua yang belum memahami manfaat dan tujuan dari pendidikan seks. Ada yang menganggap bahwa pendidikan seks tidak diperlukan, sebab akan memancing anak ke arah negatif.

Terkadang orangtua juga sulit untuk terbuka dan memulai dialog mengenai materi seks pada anak, sehingga akhirnya pendidikan seks dianggap tabu. Jelas hal ini tidak benar. Sesungguhnya dialog seks perlu dibangun, terutama dalam keluarga.

Mudah-mudahan, setelah mendengar siaran ini, para pendengar dapat memiliki perspektif yang baru mengenai pendidikan seks (sex education), semakin meningkat kesadarannya mengenai pentingnya pendidikan seks sejak usia dini, serta memiliki pemahaman yang benar mengenai cara penyampaian sex education yang tepat.