OVERPROTECTIVE

OVERPROTECTIVE

Trisa Mulya Putri / 2001609455 / Aktivis Badan Pendidikan dan Kajian Keilmuan HIMPSIKO 2017

  1. Orangtua yang overprotective itu yang bagaimana?
  • Orangtua yang membatasi gerak sang anak
  • Menentukan pilihan hidup sang anak
  • Melarang anak untuk melakukan ini dan itu
  1. Kenapa orangtua bisa overprotective?
  • Pengalaman masa kecilnya yang diperlakukan sama
  • Ingin anaknya menjadi yang terbaik (menurut orangtua tersebut)
  • Takut sang anak terpengaruh pergaulan bebas dan tidak baik
  1. Ciri-ciri orangtua yang overprotective
  • Rasa cemas yang berlebihan terhadap anak
  • Tidak pernah memberikan kepercayaan pada anak
  • Selalu mengawasi anak
  • Tidak tahan melihat anak stress
  • Rasa takut yang tidak wajar
  • Selalu mengkhawatirkan keselamatan anak
  • Selalu menuntut kesempurnaan kepada anaknya sendiri
  • Tidak pernah membiarkan anaknya mandiri
  • Terlalu banyak membantu anak
  • Kebiasaan memuji anak yang berlebihan
  • Terlalu mengekang dan melarang anak
  1. Hubungan sikap overprotective orangtua dengan anak (remaja)
  • Penyesuaian diri anak yang terganggu

Ada gak sih diantara kalian (atau kamu sendiri?) yang usianya udah 17 tahun keatas tapi masih dilarang untuk melalukan ini itu sama orangtua? Orangtua yang selalu menentukan pilihan hidup kamu? Atau, dirumah kamu yang terlalu banyak peraturan yang menurut kamu udah gak masuk akal lagi? Yap, fenomena ini disebut dengan sikap overprotective orangtua.

Sikap overprotective orangtua adalah sikap orangtua yang terlalu memberikan perlindungan kepada anak sehingga anak merasa terbatasi. Terlalu memberikan perlindungan maksudnya adalah perlindungan itu diberikan secara berlebihan yang menyebabkan anak terhambat perkembangannya.

Kenapa sih orangtua bisa overprotective? Biasanya, cara mendidik yang diterapkan oleh orangtua kepada sang anak adalah cerminan dari didikan yang dulunya juga diterapkan kepada si ayah dan ibu yang overprotective ini. Nah, tapi gak selalu juga orangtua akan menerapkan hal yang sama seperti apa yang mereka dapatkan dulu. Ada halnya dimana orangtua akan merubah gaya mendidiknya jika dulunya mereka mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan dari orangtua mereka. Sikap mendidik ini kembali lagi dari persetujuan antara suami-istri mengenai bagaimana mereka akan mendidik anak-anaknya kelak.

Alasan lain mengapa orangtua bisa overprotective ke anaknya adalah karena orangtua menginginkan yang terbaik bagi anak mereka. Hal ini sebenarnya wajar karena semua orangtua memang menginginkan yang terbaik. Tetapi, ada juga orangtua yang selalu menuntut anaknya untuk selalu mendapatkan hasil yang sempurna. Mereka menginginkan anaknya menjadi apa yang mereka harapkan. Contoh simple nya aja, anak diikutkan berbagai macam les karena sang orangtua ingin anaknya menjadi yang nomor 1 di sekolah. Padahal, banyak keinginan orangtua yang terkadang tidak sejalan dengan apa yang diinginkan oleh anak.

Hal lain yang menyebabkan sikap overprotective ini adalah karena orangtua yang tidak ingin anaknya terpengaruh pergaulan yang tidak baik. Sama halnya dengan alasan sebelumnya, memang tidak ada orangtua yang mau anaknya bergaul dengan lingkungan yang buruk. Akan tetapi, orangtua yang overprotective cenderung untuk takut melepas anaknya berpergian. Mereka sebisa mungkin melarang anak mereka untuk keluar dari rumah, atau setidaknya, keluar dari pengawasan mereka. Padahal, sikap mereka ini menyebabkan ruang gerak anak yang menjadi sempit, sehingga anak tidak bisa merasakan pengalaman-pengalaman yang baru.

Pada dasarnya, orangtua memiliki caranya sendiri untuk mendidik anak mereka. Ada orangtua yang membebaskan anak dengan alasan agar mereka dapat mengembangkan potensi dirinya. Ada pula orangtua yang memberi kebebasan tapi tetap memberikan kontrol. Ada juga orangtua yang bersikap melindungi anak secara berlebihan sehingga anak tidak bisa bebas dan membuat anak selalu bergantung pada orangtuanya. Sikap yang ketiga ini lah yang disebut dengan sikap overprotective. Perilaku orangtua kepada anak memegang peranan besar, kenapa? Karena sikap yang diberikan kepada anak akan menjadi penentu apakah anak bisa berkembang untuk menjalankan hal-hal yang harus mereka miliki dan kerjakan nantinya.

Nah, salah satu potensi yang harus dimiliki oleh tiap individu adalah penyesuaian diri di lingkungannya. Penyesuaian ini maksudnya bagaimana individu bisa diterima di lingkungan dan dapat berkembang sebagaimana mestinya. Penyesuaian diri adalah kemampuan individu untuk membuat hubungan yang memuaskan antara orang dan lingkungan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri remaja adalah perilaku orangtua kepada sang anak. Jika orangtua overprotective, yang mana terlalu melindungi, selalu memenuhi keinginan sang anak secara berlebihan, akan membuat anak menjadi tidak tahan dan tidak maksimal dalam memperjuangkan apa yang mereka inginkan. Kenapa? Karena anak sudah terbiasa dari kecil dimanja oleh orangtua. Frustrasi atau tidak tercapainya pemuasan dalam kebutuhan atau tertundanya pemuasan akan hal yang diinginkan dapat mempertinggi daya tahan terhadap frustrasi dan membuat individu semakin tekun. Daya tahan terhadap frustasi ini akan menguatkan remaja dalam penyesuaian diri mereka.

Penyesuaian diri yang positif akan menghasilkan perkembangan yang sehat, yang dapat ditandai dengan anak bisa memahami diri mereka sendiri, mampu menerima dan menilai lingkungan, bertindak sesuai dengan potensi, mempunyai rasa hormat, bersifat terbuka dan masih banyak lagi. Remaja yang kurang mampu dalam penyesuaian diri akan berdampak dalam beberapa hal. Seperti menjadi gelisah, jarang bergaul, pemalas dan cenderung untuk menajuhkan diri dari pergaulan.