Leadership

Leadership

Phoebe Aqillanissah/ 1901530341/ Wakil Kepala Departemen Badan Informasi Komunikasi HIMPSIKO 2017

Hallo Teman-teman, setiap kita ternyata memiliki kemapuan untuk memimpin dan menjadi seorang pemimpin. Penasaran? Yuk kita lihat pembahasannya. Teori Leadership adalah proses mempengaruhi orang lain yang mana seseorang pemimpin mengajak anak buahnya secara sukarela berpartisipasi guna mencapai tujuan organisasi. Hersey menambahkan bahwa leadership adalah usaha untuk mempengaruhi individual lain atau kelompok. Seorang pemimpin harus memadukan unsur krkuatan diri, wewenang yang dimiliki, ciri kepribadian, dan kemampuan sosial untuk bisa mempengaruhi perilaku orang lain. Leadership teori menjelaskan apa itu leadership, yang dapat dipelajari dalam 4 pendekatan yaitu,

  1. Trait Theories
  2. Behavioural Theories
  3. Contingency Theories
  4. Recent Theories

Trait Theories

Trait teori focus terhadap menemukan leadership secra personal dan menilai tentang karakter pemimpinnya, motivasi yang mendasari cara dan perilaku yang membuat seseorang dapat menjadi pemimpin. Karakter yang harus dimilki seseorang menurut Judith R. Gordon mencakup kemampuan istimewa dalam:

  • Kemampuan Intelektual
  • Kematangan Pribadi
  • Pendidikan
  • Status sosial ekonomi
  • Human Relation
  • Motivasi Intrinstik
  • Dorongan untuk maju

 

Behavioural Theories

Teori ini focus kepada perilaku spesifik yang dimana dapat melihat perbedaan antara pemimpin yang efektif dengan pemimpin yang tidak efektif. Perbedaan antara Behavioural dengan Traits adalah penekanan asumsi. Aa beberapa peneliti yang dilakukan oleh Havard, Michigan, Ohio state, dan The Managerial Grid.

  • Harvad Studies

Universitas Harvad melakukan percobaan terhadap perilaku kelompok kecil. Penelitian tersebut menunjukan terhadap 2 tipe perilaku dari kepemimpinan di group tersebut, yang dimana Task Leadership dan Socio-emotional Leadership.

Jika task leadership itu pemimpin akan selalu mengingatkan kelompok apa yang mereka tuju dan selalu membawa kelompok kembali kepada tujuan awalnya. Sedangkan socio-emotional leadership sangat peka terhadap kebutuhan bawahannya, menggunakan pujian dalam bentuk lain. Feedback yang diberikan lebih cenderung meminta saran dibandingkan memberikan saran.

  • Michigan Studies

Penelitian ini mencoba mencari tau perilaku karakteristik pemimpin. Para peneliti focus terhadap 2 penelitian perilaku kepemimpinan yaitu employee orientation dan juga production orientation. Dari hasil penelitian tersebut para peneliti sangat memberikan rekomendasi employee orientation karena dapat mempengaruhi tingginya produksi, tingginya kepuasan dalam bekerja.

 

  • Ohio State Studies

Penelitian ini dikembangkan bersama Universitas Michigan tapi yang membekan para peniliti menemukan 2 independent dimension yaitu, initiating structure dan consideration.

  • The Managerial Grid

Menurut Blake & Mouton, gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh 2 variabel yaitu concern dan concern for people.

 

Contingency Theories

Teori yang menekankan pada kesesuaian antara proses organisasi dan karakteristik dan dimana focus akan level kesiapan seseorang, memprediksi suksenya kepemimpinannya yang baik cukup komplek.

  • Contigency Theories of Fiedler

Model ini menyatakan bhawa gaya kepemimpinan yang paling efektif tergantung pada situasi yang dihadapi dan perubahan gaya bukan merupakan suatu hal sulit.

Fiedler meperkenlakan tiga variabel yaitu:

  • task structure : keadaan tugas yang dihadapi apakah structured task atau unstructed task.
  • Leader-member relationship : hubungan antara pimpinan dengan bawahan, apakah kuat (saling percaya, saling menghargai) atau lemah.
  • Position power : ukuran actual seorang pemimpin, ada beberapa power yaitu:
  1. legitimate power
  2. reward power
  3. coercive power
  4. expert power
  5. referent power
  6. information power.
  • Hersey Situational Leadership Model

Teori contygency yang mana focus akan level kesiapan pengikut untuk determinasi gaya pemimpin yang tepat. Gaya kepemimpinan yang berhasil adalah gaya kepemimpinan yang diraih secara tepat, yang dimana dilihat dari kontigensi kesiapan pengikutnya.

Ada 4 tingkat kematangan bawahan, yaitu:

  • M1 : individu siap tidak siap mengambil tanggung jawab.
  • M2 : individu tidak dapat mengerjakan tugas. Mereka bertanggung jawab tetapi kurang skill.
  • M3 : individu dapat tetapi tidak merasa aman atau tidak dapat mengerjakan seperti yang diminta atasan.
  • M4 : individu dapat mengerjakan dan bisa mengerjakan sesuai permintaan atasan.

Hersey model menggunakan dua dimensi kepemimpinan yang berbeda yaitu Task dan Relatonship behavior. Berdasrkan dari kombinasi dari task dan relationship behavior, Hersey membagi leadership style menjadi 4, yaiyu:

  • Telling (high task-low realition) : atasan menjelaskan tugas dan menjelaskan bagaimana caranya, kapan, dimana untuk mrngrjakan tugas.
  • Selling (high task- high relation) : atasan memberikan perilaku direktif dan juga perilaku suportif kepada bawahannya.
  • Participating (low task- high relation) : atasan dan bawahan bersama-sama berbagi didalam decision making dengan peran atasan yang memfasilitasi dan mengkomunikasikan tugas tersebut.
  • Delegeting (low task-low relation) : atasan memberikan arahan dan support yang sedikit.
  • Leader-member exchange Theory

Leader-member exchange teori atau LMX pada dasarnya mendukung pengakuan perbedaan individu dan penekanannya pada hubungan Dyadis antara pemimpin dengan masing-masing bawahannya. Sehubungan dengan munculnya hasil dari serangkaian pertukaran leader-member atau interaksi selama pemimpin dan anggota peran mereka saling berkembang. Karena role-formation tersebut proses termasuk 3 fase, yaitu:

  1. Role Taking: anggota baru yang masuk kedalam organisasi akan dinilai oleh atasan dari kemampuan dan juga bakatnya.
  2. Role Making: atasan dan anggotanya terlibat dalam negosiasi yang tidak terstruktur dan informal.
  3. Role Routinization: pola pertukaran sosial yang sedang muncul atau pertukaran sosial yang selalu dirutinkan.

Recent Approaches to Leadership

  • Attribution Theory

Teori ini berurusan dengan orang-orang yang mencoba agar masuk akal dari efek hubungan sebab akibat.

  • Charismatic Leadership

Karismatik leadership adalah fenomena atribusi yang bertemu di subordinasi persepsi dari perilaku pemimpin.

Menjadi pemimpin yang baik harus mempunyai kemapuan memotivasi para bawahannya dan adanya keterkaitan terhadap atasan & bawahan.

Referensi

Aamodt, M. (2010). Industrial/Organizational Psychology. Belmont, CA (USA): Wadsworth CENGAGE Learning.