Eksihibionisme dan Froteurisme
Eksihibionisme dan Froteurisme
Akram Amarullah / 1901511664 / Pengurus Badan Pendidikan dan Kajian Keilmuan HIMPSIKO 2017
Virsandra Bella Safira / 2001571651 / Aktivis Badan Pendidikan dan Kajian Keilmuan HIMPSIKO 2017
Apasih sexual disorder itu ? Sebelum kita bahas, ayo kita liat beberapa kasus yang sedang hangat belakangan ini. Salah satu contoh yang bisa kita ambil, sempat ada kabar tentang seorang cowo yang menggesek-gesekan hal yang tidak pantas kepada orang lain di KRL, entah kabar itu benar atau tidak hal itu adalah salah satu dari sexual disorder atau yang biasa kita sebut gangguan seksual. Jadi secara teori sexual disorder adalah merupakan kelainan, atau penyimpangan, atau perilaku seksual yang tidak biasa (abnormal) yang dialami seseorang. Kelainan itu bermacam-macam ada yang dari kelainan organnya, dan ada dari penyimpangan perilakunya, kali ini kita bakal bahas penyimpangan perilakunya seperti yang ada di kasus tadi, penyimpangan perilaku itu sering disebut dengan paraphilia.
- Paraphilia
Parafilia (“Para artinya penyimpangan dan “filia” artinya obyek atau situasi yang disukai). Parafilia menunjuk pada obyek seksual yang menyimpang (misalnya dengan benda atau anak kecil) maupun aktivitas seksual yang menyimpang (misalnya dengan memamerkan alat genital).
Penyimpangan ini bisa mengganggu hubungan seksual yang sehat (mengingat banyak penderita Parafilia yang menikah). Parafilia digolongkan ke dalam kriteria tingkat ringan yaitu bila penderita hanya mengalami dorongan Parafilia yang kuat tetapi tidak melakukannya. Dianggap sedang bila dilakukan kadang-kadang, dan dianggap berat bila berulang-ulang dilakukan. Parafilia ini kenyataannya lebih banyak diderita pria daripada wanita dengan perbandingan 20:1.
Ada 10 jenis gangguan parafillia, tapi kali ini kita akan membahas 2 macam paraphilia saja yaitu eksibisionisme dan freteurisme. Kita mulai dari yang pertama
- Eksibionisme
Eksbionisme adalah dorongan untuk mendapatkan kepuasaan seksual dengan memperlihatkan alat genital terhadap orang lain yang tidak menginginkannya. Penderita ekshibisionis akan merasa “puas” apabila korban yang dipamerkan oleh pelaku merasa takut, jijik atau bahkan berteriak karena terkejut, semakin korban takut maka semakin besar juga kepuasan yang didapat oleh pelaku Setelah memamerkan alat genitalnya, penderita tidak bermaksud melakukan aktivitas seksual lebih lanjut terhadap korban. misalnya memperkosa atau semacamnya. Oleh sebab itu, gangguan ini tidak berbahaya secara fisik bagi korban. Penderita eksbionisme kebanyakan pria dan korbannya wanita (anak maupun dewasa) dan biasanya terjadi di tempat-tempat umum. Penderita kelainan ini biasanya akan mencari tempat-tempat yang sepi agar ia bisa mencari targetnya dan memamerkan hal tersebut secara leluasa, apabila tempatnya terlalu ramai atau bahkan agak ramai, para penderita biasannya enggan untuk melakukan aksinya dan memilih untuk mencari tempat lain yang dirasa lebih strategis.
- Froteurisme
Froteurisme ini mungkin adalah salah satu sexual disorder yang sedang marak diperbincangkan, penderita kelainan ini akan menggosokkan organ genitalnya ke orang lain yang tidak menginginkannya. Berbeda dengan ekshibisionis yang memilih tempat yang relative sepi untuk melakukan aksinya, para penderita kelainan ini justru akan secara berulang melakukan hal tersebut di tempat umum yang ramai dan padat seperti konser, bis, atau kereta pada saat jam sibuk, sehingga keadaan penuh sesak dan memudahkan si penderita untuk melakukan hal itu. Seperti halnya ekshibisionisme, penderita frotteurisme tidak punya intensi untuk melakukan tindakan seksual lebih lanjut kepada korban, namun efek psikologis yang ditumbulkan pelaku ke korbannya dapat lebih terasa, karena korban saat itu mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan atau bisa disebut juga peristiwa traumatic yang bisa menjadi trauma tersendiri untuk korbannya.
Lalu, apa yang harus kita lakukan apabila kita bertemu atau melihat orang yang melakukan aksi-aksi tersebut ? Berikut beberapa tipsnya :
- Apabila kita bertemu orang yang menderita ekshibisionisme atau frotteurisme dan menjadi korban, hal paling dasar yang harus dilakukan adalah jangan takut dan jangan panik. Ketakuan atau kepanikan kita malah akan membuat mereka semakin termotivasi untuk melakukan hal tersebut ke kita, jadi lebih baik tetap tenang
- Hal kedua yang dapat dilakukan adalah segera menyingkir atau menjauh dari pelaku
- Apabila tidak bisa menjauh apalagi dengan keadaan kereta yang penuh sesak, hal yang bisa kita lakukan adalah dengan menegur si pelaku dan juga memberitahukan hal tersebut ke orang-orang yang ada disekitar kita, jadi diharapkan kita bisa dapat bantuan dari orang-orang disekitar kita. Dalam konteks ini kita membangun budaya berani melawan dan menghilangkan rasa takut kepada pelaku, sehingga aksi tersebut dapat dikurangi bahkan diberantas. Seperti yang sudah dibahas tadi, apabila kita takut, justru akan menambah motivasi si pelaku untuk melakukan aksi tersebut.
- Terakhir yang bisa kita lakukan adalah melapor pada pihak berwajib tentang kejadian tersebut. Memang hal ini merepotkan dan bahkan seringnya pelaku menggunakan masker untuk menutupi hamper seluruh bagian wajahnya, namun dengan adanya pelaporan seperti ini mungkin pihak berwajib bisa membuat siasat atau taktik tertentu yang bisa menangkap atau mengungkap aksi ekshibisionisme atau fretteurisme yang terjadi di tempat umum.
Referensi
- Kring, A., L. Johnson, S., Davison, G., & Neale, J. (n.d.). Abnormal Psychology. Wiley.