IRADIASI PADA BAHAN PANGAN
Rilanty Hermita
1901519420
Sumber Gambar: http://pedulisehat.info/trik-mengolah-daging-ayam-beku-dengan-aman/
Pangan adalah salah satu kebutuhan pokok yang penting dalam kehidupan manusia. Makanan yang cepat basi atau busuk adalah masalah dalam penyimpanan bahan makanan. Membeli makanan hingga tidak semuanya termakan, Atau para produsen yang membuat makanannya dan harus di pasarkan dalam waktu yang lama. Hal-hal tersebutlah yang mendorong manusia untuk melakukan pengawetan makanan. Mengawetkan makanan atau membekukan makanan adalah hal yang biasa dilakukan untuk menjaga kesegaran dan kehigienisan bahan pangan. Salah satunya dengan cara Iradiasi.
Iradiasi merupakan teknologi yang relativ lama. Penggunaan iradiasi untuk mengawetkan produk pangan mulai dipelajari intensif sejak tahun 1950 di Amerika Serikat dan beberapa Negara Eropa. Pengawetan menggunakan cara iradiasi ini mempunyai beberapa kelebihan dan keunikan, karena sifar sinar gamma, sinar X atau sinar electron yang digunakan mempunyai daya tembus besar, serta tidak menimbulkan perubahan suhu pada bahan pangan yang diiradiasi. Tidak berubahnya suhu akan menjaga mutu dan kesegaran bahan pangan, dan tidak menimbulkan residu zat kimia pada bahan atau polusi pada lingkungan (Dwiloka, 2002). Iradiasi secara umum digambarkan sebagai seberkas sinar yang menembus suatu bahan dengan kekuatan yang berbeda tergantung pada panjang gelombang dan berbanding terbalik dengan frekuensinya. Semakin pendek panjang gelombang, maka daya tembusnya semakin tinggi (Irawati, 2007).
Penggunaan iradiasi dapat digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan daya simpan, memperbaiki mutu pangan, dan menjaga ke-higenisan bahan pangan. Salah satu syarat dalam pengawetan bahan dengan cara iradiasi adalah dengan memperhatikan dosis iradiasi nya. Dosis iradiasi berbeda-beda untuk setiap tujuan. Kekeliruan dalam iradiasi menyebabkan bahan pangan mengalami kerusakan sehingga menimbulkan kerugian bagikonsumen, serta tujuan iradiasi tidak tercapai, density produkpangan yang akan di iradiasi mempunyai kaitan erat dengan distribusi dan penyerapan dosis (Irawati, 2007).
Terjadinya iradiasi bahan pangan menyebabkan interaksi antara radiasi dengan materi atau sel hidup , dan dapat menimbulkan berbagai proses fisika dan kimia didalam materi tersebut, yang diantaranya dapat menghambat sintesa DNA sel hidup mikroba. Penghambatan sintesa DNA pada mikroba inilah yang melengkapi tujuan teknologi iradiasi yaitu membunuh mikroba, serangga, bahkan pertunasan (Nuklir). Prinsip iradiasi bahan pangan adalah memberi radiasi dengan dosis tertentu,tergantung tujuan yang ingin dihasilkan kepada bahan pangan.
Prinsip iradiasi menurut (Maha, 1981 dan 1982), untuk pengawetan bahan pangan dengan iradiasi digunakan energi tinggi yang biasa disebut radiadi pengion. Ionisasi adalah proses peruraian senyawa kompleks atau makromolekul menjadi fraksi atau ion radikal bebas. Selain mengionisasi, iradiasi juga menimbulkan eksitasi dan perubahan kimia. Eksitasi adalah keadaan suatu sel hidup dalam keadaan peka terhadap pengaruh dari luar. Kemudian, terjadi perubahan kimia dalam sel hidup yang akan menghambat sintesis DNA yang menyebabkan proses pembelahan sel (mikroba) akan terganggu dan terjadi efek biologis, maka dari itulah yang membuat bahan pangan menjadi lebih awet dengan teknologi iradiasi.
Pencegahan dan eliminasi bakteri pada daging unggas khususnya ayam, dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi iradiasi gamma. Fasilitas iradiasi pangan yang sudah beroperasi pada umumnya menggunakan sinar radiasi gamma dari radionuklida Cobalt-60. Iradiasi gamma mempunyai keunggulan yaitu tidak merubah warna bahan makanan, tidak merubah tekstur, maupun tidak mengubah kandungan gizi, namun pada dosis tertentu, seperti yang sudah tertera pada Figure 1. Seperti yang diketahui pada Figure 1, menurut Komisi Codex Alimentarius FAO/WHO pada tahun 1984, dosis yang dianjurkan untuk penggunaan iradiasi tidak melebihi dari 10 kGy. Jumlah energy ini sangat kecil, yaitu setara dengan suhu panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu air sebanyak 2,4°C. maka dari itu produk pangan hanya mengalami sedikit perubahan dalam hal warna, tekstur, dan kandungan gizi (Andini, 2004).
Sumber penulisan:
Andini, L. ,. (2004). KETAHANAN BAKTERI Salmonella spp. TERHADAP IRADIASI PADA MAKANAN OLAHAN DAGING AYAM. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner .
Dwiloka, B. (2002). Iradiasi Pangan. Semarang: Universitas Semarang.
Irawati, Z. (2007). PENGEMBANGAN TEKNOLOGI NUKLIR UNTUK MENINGKATKAN KEAMANAN DAN DAYA SIMPAN BAHAN PANGAN. aplikasi teknologi isotop dan radiasi.
Ley, F. (1968). “Ionizing radiation for the elimination of Salmonella from frozen meat” Elimination of harmfulorganism from food and feed by irradiation. Vienna: IAEA.
Maha, M. (1981 dan 1982). Prospek Penggunaan Tenaga Nuklir dalam bidang teknologi pangan. Batan: PAIR.