Vanila: Si Wangi yang Butuh Waktu dan Cinta
“Proses pengolahan vanila memerlukan ketelitian tinggi karena kualitas aroma sangat ditentukan oleh tahapan fermentasi dan pengeringan.”
Pernahkah kamu membayangkan dari mana asal rasa vanila yang harum dan manis itu? Banyak orang mengira vanila berasal dari buah atau biji tanaman biasa. Namun sebenarnya, vanila itu berasal dari bunga anggrek tropis yang indah bernama Vanilla planifolia. Tanaman ini bukan hanya menarik secara visual, tetapi juga satu-satunya jenis anggrek yang menghasilkan produk pangan berupa polong vanila yang menjadi bahan dasar dari ekstrak vanila yang kita kenal saat ini.
Setelah polong vanila dipanen, proses pengolahan panjangnya baru dimulai. Polong tersebut perlu dikeringkan dan difermentasi agar aroma khas vanilin nya bisa muncul. Proses tersebut biasanya memakan waktu cukup lama hingga berbulan-bulan dan harus dilakukan dalam kondisi lingkungan yang sangat terkontrol. Tanaman Vanilla planifolia awalnya ditemukan di hutan tropis Meksiko dan Amerika Tengah, tetapi kini juga sudah mulai dibudidayakan di negara-negara seperti Madagaskar, Indonesia, dan India. Setelah berbunga, tanaman ini akan menghasilkan buah panjang yang disebut “vanilla bean.” Satu hal menarik bahwa polong ini tidak langsung mengeluarkan aroma harum saat dipanen, melainkan polong harus melalui proses panjang yang meliputi fermentasi, pengeringan, dan pematangan, yang bisa memakan waktu hingga 9 bulan loh!
Tingginya harga dan keterbatasan produksi vanila menyebabkan banyak produk yang beredar sekarang ini menggunakan vanila sintetis. Vanilin sintetis biasanya dibuat dari lignin yaitu berupa senyawa yang berasal dari kayu atau bahkan turunan petrokimia. Meskipun aromanya mirip, vanila sintetis tetap tidak mampu meniru kompleksitas dan kekayaan rasa dari vanila alami.
Dengan memahami proses yang panjang dan rumit ini, maka kita dapat lebih menghargai nilai dari vanila alami dan memilih untuk mendukung produk yang dihasilkan secara etis dan berkelanjutan. Peran vanila yang bukan hanya sekedar penambah rasa, tetapi ia juga menjadi simbol keindahan dan keragaman alam yang dimiliki Indonesia yang sudah seharusnya kita lestarikan. Mari kita nikmati setiap momen dengan vanila sambil menghargai perjalanan luar biasa yang telah dilaluinya untuk sampai berada di tangan kita.
Referensi:
Wongsheree, T., Wongs-Aree, C., Srilaong, V., & Jitareerat, P. (2013). Vanilla Cultivation and Curing in Thailand. 1011, 213–218.https://doi.org/10.17660/actahortic.2013.1011.25
Lempoy, A., Najoan, J., & Kaligis, J. B. (2023). Effect Of Cutting Length On Vanilla Plant Roots (Vanilla planifolia Andrew). Jurnal Agroekoteknologi Terapan, 4(1), 140–146. https://doi.org/10.35791/jat.v4i1.4453