APAKAH DIET SODA SEHAT?
APAKAH DIET SODA SEHAT?
Airelia Pranita/2101635675
Sumber Gambar: https://www.huffingtonpost.com/entry/why-diet-soda-could-actually-prevent-you-from-losing-weight_us_584844fde4b08c82e8892dd8
Hi Foodies! Pernahkah kalian mendengar tentang “diet soda”? Atau bahkan beberapa dari kalian pernah mencoba diet soda? Apakah diet soda lebih sehat dibandingkan soda biasa? Dapatkah diet soda menurunkan berat badan? Sebenernya apa sih bedanya diet soda dengan soda biasa?
Diet soda pertama kali ditemukan sekitar tahun 1950an yang dipasarkan sebagai minuman soda bagi para pengidap diabetes. Namun seiring berjalannya waktu, target pemasaran mereka pun berubah dan lebih menuju kepada orang-orang yang sedang menjaga berat badan atau mengurangi asupan gulanya. Diet soda merupakan campuran dari air berkarbonasi, pemanis buatan atau pemanis alami, pewarna, perasa, dan komponen lain seperti vitamin atau kafein. Selain rasanya yang lebih manis dari gula biasa, pemanis buatan yang terkandung di dalam diet soda mengandung sedikit kalori atau bahkan tidak berkalori seperti aspartam, siklamat, sakarin, asesulfam potassium (acesulfame-k), sukralosa, dan masih banyak lagi.
Walau diet soda tidak mengandung gula maupun kalori, masih banyak kontroversi mengenai dampaknya pada kesehatan. Banyak penelitian yang mengatakan bahwa konsumsi pemanis buatan dan mengonsumsi diet soda dalam kadar yang tinggi dapat meningkatkan resiko obesitas atau sindrom metabolik (metabolic syndrome). Para peneliti berpendapat bahwa diet soda meningkatkan nafsu makan, terutama makanan yang padat kalori dengan menstimulasi hormon lapar, mengubah reseptor rasa manis, dan memicu respon dopamin di otak.
Ketika mengonsumsi pemanis buatan, tubuh menjadi bingung bagaimana untuk merespon, apa hormon yang harus distimulasi, atau bagaimana cara memprosesnya. Pemanis buatan mengganggu kemampuan alami tubuh dalam mengatur kalori dalam makanan dan mengenali energi yang ada dalam cairan manis yang masuk ke tubuh. Sehingga ketika mengonsumsi banyak pemanis buatan (banyak gula), tubuh merasa belum cukup menerima kalori, maka tubuh akan meningkatkan nafsu makan. Jika sudah terbiasa mengonsumsi pemanis buatan, badan akan kaget lagi ketika adanya gula yang masuk ke dalam tubuh dan tidak mengeluarkan hormon yang seharusnya meregulasi gula darah dan tekanan darah.
Penelitian dari Weizmann Institute of Science in Israel pada tahun 2014 menemukan bahwa pemanis buatan dapat mengubah komposisi bakteri dalam perut para partisipan eksperimen dan juga adanya kolerasi peningkatan glucose intolerance yang setara dalam peningkatan konsumsi pemanis buatan. Pemanis buatan merangsang insulin sehingga meningkatkan timbunan lemak yang mengakibatkan penambahan berat badan.
Penelitian yang dilakukan oleh University of Minnesota membuktikan bahwa meminum satu kaleng diet soda per hari memiliki kolerasi dengan peningkatan risiko sindrom metabolik sebesar 36%. Sindrom metabolik berhubungan dengan beberapa hal seperti tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, kolesterol tinggi, lingkar pinggang besar, atau bahkan peningkatan resiko penyakit jantung dan diabetes.
Dalam suatu penelitian pemanis buatan asapartam yang menggunakan tikus sebagai subjek eksperimen, didapati bahwa aktivitas enzim secara signifikan lebih rendah dalam perut tikus yang mengandung larutan soda diet dibandingkan dengan yang mengandung soda biasa. Biasanya, enzim intestinal alkaline phosphatase (IAP) bekerja di usus untuk memecah kolesterol dan asam lemak. Penelitian sebelumnya oleh para peneliti menunjukkan bahwa kadar IAP dapat dikaitkan dengan risiko obesitas, diabetes, dan sindrom metabolik. Dalam eksperimen yang kedua, didapati Aktivitas enzim itu 50 persen lebih rendah pada tikus yang disuntik dengan larutan aspartame dibandingkan dengan tikus yang disuntik dengan air garam. Pada eksperimen terakhirnya, tikus dibagi menjadi 2 kelompok, yang diberi makanan biasa dan makanan yang mengandung lemak tinggi. Tiap kelompok dibagi lagi menjadi 2, ada yang diberi air minum biasa dan ada yang diberi air yang mengandung aspartam. Para peneliti menemukan bahwa tikus yang diberi makanan tinggi lemak dan air yang mengandung aspartam memperoleh lebih banyak berat daripada tikus yang diberi makanan tinggi lemak dan air biasa. Juga, kedua kelompok tikus yang minum air yang mengandung aspartam menunjukkan peningkatan penanda peradangan, yang sebelumnya telah dikaitkan dengan perkembangan sindrom metabolik. Namun dari ketiga eksperimen ini, masih belum jelas apakah hasil tersebut dapat berlaku untuk manusia. Efek aspartam mungkin berbeda pada manusia, karena adanya sejumlah faktor yang terkait dengan perilaku manusia itu sendiri.
Maka dari itu, akan lebih baik bila kita lebih memperhatikan apa yang kita konsumsikan layaknya memilih mengonsumsi diet soda maupun soda biasa. Ada baiknya bila kita menghindari diet soda karena diet soda tidak menambahkan nutrisi apa pun ke dalam tubuh kita. Akan tetapi, tidak ada salahnya juga untuk mengonsumsi diet soda selama masih dalam batas yang wajar, terlebih lagi diet soda juga masih merupakan solusi terbaik bagi para pengidap diabetes menurut beberapa penelitian.
Jadi Foodies… kalo mau “diet” atau ingin hidup lebih sehat, lebih baik mengonsumsi teh, kopi, air putih atau bahkan infused water – air yang direndam dengan buah-buahan. Ini dikarenakan minuman-minuman tersebut dapat menambah nutrisi-nutrisi penting ke dalam tubuh kita jika dibandingkan dengan soda ataupun diet soda.
Sumber Penulisan/ Daftar Pustaka:
https://edition.cnn.com/2016/10/10/health/diet-soda-may-do-more-harm-than-good/index.html
https://www.healthline.com/nutrition/diet-soda-good-or-bad#diabetes-and-heart-disease
https://www.huffingtonpost.com/entry/sugar-free-teeth_us_565c741ae4b079b2818aea6e
https://lifestyle.kompas.com/read/2013/11/04/1508374/10.Alasan.Harus.Hindari.Minuman.Diet.Soda