Genetically Modified Food, Baik atau Buruk kah??
Genetically Modified Food, Baik atau Buruk kah??
Oleh:
Nathania Adlyn – 2602096602
Jeanette Cellena – 2602085435
Maylanie – 2602109201
Gambar 1. Label Non-GMO
Kalian pasti sudah tidak asing kan dengan label ini? Tapi apakah kalian tahu mengenai Genetically Modified Organism (GMO) dan tulisan Bebas dari rekayasa Genetika, apakah Produk dari rekayasa genetika aman untuk dikonsumsi dan apa saja perdebatan mengenai produk pangan ini? Mari kita bahas.
GMO juga dikenal sebagai produk pangan yang berasal dari proses rekayasa genetika yang diturunkan dari tanaman (Mahrus,2014). Rekayasa genetika merupakan proses pangan untuk menghasilkan pangan yang berguna dengan melakukan transplantasi satu gen terhadap gen lainnya. Teknologi rekayasa Genetika memiliki prinsip dengan memanipulasi DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) ataupun menyelipkan gen ke dalam DNA makhluk hidup. Sehingga DNA dari makhluk hidup lain dapat dimasukkan atau diselipkan ke DNA makhluk hidup sehingga makhluk hidup akan mendapatkan sifat yang baik dari makhluk hidup lain. Rekayasa Genetika dikenal juga sebagai bioteknologi, namun bioteknologi tidak hanya mencakup proses rekayasa genetika namun termasuk produksi enzim dan lain-lain. Pengembangan Pangan dengan menggunakan Rekayasa Genetika digunakan untuk meningkatkan produktivitas bidang pertanian, dikarenakan permintaan pangan yang cukup besar, mengatasi kekurangan pangan di berbagai belahan dunia. Salah satu contoh dari produk rekayasa genetika adalah tanaman transgenik. Tanaman transgenik dapat dibentuk dengan beberapa tahap yakni dengan isolasi gen DNA target, ligasi DNA ke dalam vektor, Transformasi vektor dan penyisipan vektor ke dalam tanaman target (Cybex Pertanian, 2020).
Bahan makanan yang sering dilakukan GMO adalah jagung, tomat, kentang, dan pepaya. Jagung dan tomat sering dimodifikasi dengan meningkatkan daya tahan terhadap penyakit dan cuaca yang ekstrim, kentang juga dimodifikasi agar susah terserang hama dan dan penyakit, sedangkan pepaya yang dimodifikasi di Hawaii sebagai “Rainbow Papaya” yang dapat menyelamatkan industri papaya yang saat itu sedang terserang virus. Produk GMO yang sekarang dapat ditemukan di Indonesia dapat berupa kedelai, padi, tomat , jagung, dan tebu. Contohnya pada jagung manis, gula yang dikonsumsi dari jagung tidak berubah menjadi pati, sehingga walaupun jagung yang dikonsumsi masih tergolong muda, tetap akan terasa manis. Contoh lain yang sering juga ditemukan di pasar atau supermarket adalah apel dan kentang yang dideskripsikan akan sulit untuk menguning atau berubah warna coklat yang menjadi ciri khas apel dan kentang saat disimpan dengan jangka waktu cukup lama, dan juga adanya produk semangka tanpa biji (Prianto & Yudhasasmita, 2017).
Gambar 2. Semangka tanpa biji
Dari produk-produk rekayasa yang sering ditemukan sekarang, tentu saja digemari oleh para masyarakat maupun para petani, baik karena keunikannya maupun manfaatnya. Kebutuhan pangan di dunia juga meningkat karena produk GMO ini diminati cukup banyak oleh masyarakat, dan juga metode rekayasa genetika ini juga membuat tanaman menjadi lebih tahan pada suhu yang ekstrim. Penggunaan pestisida yang digunakan oleh para petani juga karena ditambahkannya gen tertentu yang berfungsi untuk daya tahan terhadap hama dan penyakit. Keanekaragaman hayati juga secara tidak langsung terjaga karena berkurangnya kerusakan akibat serangan hama atau penyakit, dan juga akan meningkatkan hasil panen. Untuk para konsumen, maka hasil produk dari modifikasi genetik dapat meningkatkan nilai gizi makanan, dan juga menaikkan cita rasa pada makanan. Contohnya pada beras emas, yaitu beras yang digunakan untuk mencegah terjadinya kebutaan akibat kurangnya konsumsi vitamin A. Para konsumen juga lebih memilih untuk mengkonsumsi produk hasil GMO, baik karena efisiensi yang dihasilkan, seperti pada produk semangka yang tidak memiliki biji, para konsumen akan cenderung mengeluarkan uang lebih banyak untuk produk tersebut daripada memisahkan biji dari semangka. Masa penyimpanan produk GMO juga lebih lama dibandingkan produk aslinya, sehingga sampah yang dihasilkan juga sedikit(Hariani et al., 2022).
Namun, melihat barunya produk rekayasa ini, pelepasan GMO melahirkan beberapa kontroversi dalam masyarakat di beberapa bidang, seperti kesehatan, lingkungan, agama, budaya, etika, dan pertanian. Kemampuan GMO untuk merekayasa gen dengan cara menyisipkan ekspresi gen ke sel target bisa saja mengakibatkan beberapa masalah. Pindahnya DNA rekombinan lama dari suatu organisme ke rantai DNA sasaran bisa saja mengaktifkan gen di sekitarnya yang sebelumnya tidak pernah diaktifkan. Kemungkinan lain adalah untaian DNA lama yang ingin dipindahkan masuk ke rantai DNA sel target yang salah. Kemudian, masuknya DNA baru bisa mengubah ekspresi gen yang lama secara acak dan tak terduga. Akhirnya, hal ini dapat berujung pada mutasi gen yang tidak diinginkan. Pada bidang pertanian, mutasi yang salah ini dapat mengakibatkan tanaman yang dihasilkan bersifat beracun, dan tidak subur. Pada bidang lingkungan, produk GMO, khususnya tanaman dapat mengganggu keseimbangan lingkungan akibat dari hama dan penyakit virus yang terdapat dalam tanaman tersebut yang berpindah pada ladang konvensional. Hal ini juga merugikan para petani, dimana mereka harus menggantikan ladang konvensional menjadi transgenik dengan harga yang lebih mahal (Mahrus, 2014).
Gambar 3. Penambahan Ekspresi DNA
Pada aspek kesehatan manusia, konsumsi produk GMO dikhawatirkan dapat mengubah nilai gizi dari makanan tersebut akibat dari gen asing yang masuk ke produk tersebut dan tidak terjamin keamanannya. Informasi yang disediakan para ahli GMO tidaklah selengkap itu sampai orang bisa dengan leluasa mengkonsumsi produk GMO tanpa kekhawatiran. Produk ini dianggap mengandung gen resisten terhadap antibiotik yang dapat dipindahkan ke mikroba dalam usus manusia yang bisa berujung pada penyakit dan mengganggu kesehatan manusia. Selain itu, makanan rekayasa genetika ini dianggap dapat menimbulkan banyak alergi karena kombinasi gen baru pada beberapa orang. Kontroversi alergi ini sendiri lahir karena sebuah kasus, yaitu kacang Brazil hasil GMO dengan modifikasi gen tertentu yang ditarik produksinya karena memicu alergi pada konsumennya. Kontroversi produk GMO mengenai kesehatan manusia ini adalah hal yang paling dikhawatirkan populasi manusia yang harus dikedepankan. Beberapa negara, seperti Amerika sudah melakukan gerakan penolakan bahan rekayasa genetika dengan melakukan kampanye resiko pangan seperti munculnya racun, alergen, penurunan nutrisi, dan efek lainnya.
Pada bidang agama, budaya, dan etika, produk GMO ini telah mengkhawatirkan umat muslim sebagai mayoritas di Indonesia yang mengharuskan pangan tersebut sebagai konsumsi halal. Kandungan GMO tidaklah mudah untuk dilacak, sehingga pencantuman halal diragukan. Mereka dengan agama muslim takut terdapat gen haram, misalnya babi yang ditaruh pada biji-bijian. Sama seperti orang vegetarian yang khawatir dengan adanya DNA hewan yang dipindahkan ke tanaman sehingga tanaman hasil GMO itu tidak murni dari nabati. Masyarakat mempercayai bahwa hasil konsumsi GMO ini membutuhkan label lengkap yang mencantumkan logo halal, informasi alergen, dan kandungan gizi agar mereka menjadi tenang dan aman (Mahrus, 2014).
Itulah beberapa keuntungan dan kerugian dari produk-produk GMO yang sedang booming pada zaman sekarang. Memang terdapat banyak sekali kontroversi mengenai produk GMO yang lahir di antara masyarakat, namun kebanyakan darinya tidak dibuktikan oleh fakta ilmiah. Para ahli bioteknologi juga sedang mempelajarinya lebih lanjut untuk lebih memastikan keamanan rekayasa genetika ini. Di sisi lain, bahan produk GMO berhasil ditemukan menguntungkan konsumennya, sehingga kita bisa mulai beralih pada produk GMO nih! Modifikasi yang terdapat pada GMO tidak hanya menguntungkan para industri pangan, namun baik untuk kesehatan dan memenuhi kepuasan manusia sebagai konsumennya juga loh!
Referensi
Hariani, N., Fudiantoro, A., Wirawan, N., Fikri, M., Feron, I., Rosadi, I., Biologi, J., Matematika, F., Ilmu, D., Alam, P., Mulawarman, U., Unggulan, P., Perguruan Tinggi -Obat, I., Kosmetik, D., Hutan, D., & Lembap, T. (2022). Perspektif Produk Bahan Makanan ..(Nova dkk) Perspektif Produk Bahan Makanan Genetically Modified Organism (GMO) pada Mahasiswa Genetically Modified Organism (GMO) Perspective by University Student.
Mahrus. (2014). Kontroversi Produk Rekayasa Genetika yang Dikonsumsi Masyarakat. Jurnal Biologi Tropis, 14(2), 108–119.
Mahrus. (2014). Kontroversi Produk Rekayasa Genetika yang Dikonsumsi Masyarakat . Jurnal Biologi, 1-12.
Pertanian, C. (2020, Januari 07). Pro dan Kontra Adopsi Teknologi dan Produk Transgenik .
Prianto, Y., & Yudhasasmita, S. (2017). Tanaman Genetically Modified Organism (GMO) dan Perspektif Hukumnya di Indonesia. Al-Kauniyah: Jurnal Biologi, 10(2).