Mengetahui Perbedaan Kopi di Indonesia: Robusta vs Arabika

Mengetahui Perbedaan Kopi di Indonesia: Robusta vs Arabika

Oleh:

Kynara Kleine Tanujaya – 2602074406

Fionny Widjaja – 2602073731

Albert Ignatius – 2602065471

Amira Aurelia Yumna – 2602180992

Masyarakat Indonesia seringkali mengonsumsi kopi, di mana kopi berada di urutan kedua dalam kategori komoditas pangan yang diperdagangkan dan dikonsumsi di seluruh dunia (Farhaty & Muchtaridi, 2016). Banyak cara untuk mengonsumsi kopi di Indonesia yang membudaya seperti di angkringan, di warung kopi, ataupun di perkebunan kopi langsung. Terkadang, batok kelapa dijadikan sebagai cangkir untuk kopi Takar khas Mandailing Natal, Sumatera Utara, yang disajikan dengan kayu manis sebagai sedotan. Pulau Sumatera, Jawa, dan Sulawesi adalah tiga daerah utama penghasil kopi di Indonesia. Kopi yang dihasilkan adalah kopi Robusta dan Arabika, sehingga kedua jenis kopi tersebut menjadi yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Hal itu terjadi karena bibit kopi Robusta dan Arabika merupakan yang paling umum ditanam di dunia (Gumulya & Heni, 2017).

Kopi Robusta

Kopi Robusta (Coffea canefora) merupakan kopi yang berasal dari Afrika Barat dan tumbuh pada dataran yang lebih rendah daripada jenis kopi arabika. Nama kopi ini diambil dari kata “robust” yang memiliki arti “kuat”, sesuai dengan cita rasa dari kopi ini sendiri yang cenderung lebih pahit daripada kopi arabika. Rasa pahit dari kopi robusta ini dikarenakan kadar kafeinnya yang lebih tinggi, serta kadar gulanya lebih rendah apabila dibandingkan dengan kopi arabika. Biji kopi robusta sendiri banyak digunakan sebagai bahan baku kopi instan dan sebagai campuran pada kopi racikan yang digunakan untuk menambah kekuatan cita rasa kopi. Biji kopi robusta ini sangat mudah untuk ditanam dan dibudidayakan, sehingga harganya relatif lebih rendah dibandingkan kopi arabika (Budi et al., 2020).

Kopi Arabika

Kopi Arabika (Coffea arabica) atau yang biasa dikenal sebagai kopi Arab, kopi semak Arab, atau kopi gunung adalah spesies dari genus Coffea. Spesies ini diyakini sebagai spesies kopi pertama yang dibudidayakan dan merupakan kultivar dominan, mewakili sekitar 60% dari produksi kopi global. Arabika adalah jenis kopi yang berasal dari dataran tinggi Ethiopia Barat. Kopi ini dinamakan Arabika karena pada abad ke-7, biji kopi ini dibawa sebuah daerah dataran rendah di Arab. Kopi Arabika tumbuh pada ketinggian sekitar 3.000 – 7.000 kaki di atas permukaan laut dan sangat ideal tumbuh di daerah subtropis karena umumnya daerah tersebut mempunyai tanah yang subur atau gembur, sinar matahari yang cukup, dan curah hujan merata. Kopi Arabika memiliki rasa yang manis dan sangat ringan saat diminum, maka dari itu kopi Arabika di kedai kopi dapat melihat tasting notes pada kemasannya seperti floral, fruity, orange, caramel, chocolate, dan lain-lain (Putri, et al., 2018).

Seperti yang kita sudah tau bahwa kopi Arabika dan kopi Robusta merupakan jenis kopi yang paling populer dan paling sering dikonsumsi. Kedua jenis kopi ini juga memiliki karakteristik mereka masing-masing (Azizah, M., Sutamihardja, R. T. M., & Wijaya, N. , 2019). Karakterisik dari kopi Arabika sendiri adalah

  • Memiliki aroma yang lebih wangi floral,
  • Memiliki rasa yang sedikit asam dan lebih beragam,
  • Tekstur yang lebih halus,
  • Garis lipatan pada biji kopinya lebih tegas,
  • Kandungan kafein yang tidak terlalu kuat
  • Memiliki bentuk yang oval dan
  • Warna yang lebih gelap.

Sedangkan karakteristik dari kopi Robusta adalah

  • Memiliki aroma yang kuat seperti earthy,
  • Memiliki rasa pahit yang kuat,
  • Tekstur yang lebih kasar,
  • Garis lipatan pada biji kopinya tidak terlihat jelas,
  • Kandungan kafeinnya sangat kuat
  • Memiliki bentuk bundar kecil dan
  • Warna yang sedikit pucat

Gambar 1. Biji Kopi Arabika dan Robusta (Sumber: Tribunnews.com)

Jadi, bagi pecinta kopi pahit dan butuh kopi untuk membantu menahan rasa kantuk, kopi Robusta dapat menjadi solusi. Namun, bagi yang hanya ingin sekedar ngopi tanpa butuh kandungan kafein yang kuat, kopi Arabika dapat menjadi pilihan yang tepat.

REFERENSI

Azizah, M., Sutamihardja, R. T. M., & Wijaya, N. (2019). Karakteristik kopi bubuk arabika (Coffea arabica L) terfermentasi saccharomyces cerevisiae. Jurnal Sains Natural, 9(1), 37-46.

Budi et al. (2020). Karakterisasi Kopi Bubuk Robusta (Coffea canephora) Tulungrejo Terfermentasi Dengan Ragi Saccharomyces cerevisiae. Jurnal Agroindustri, 10(2), 129-138.

Farhaty, N., & Muchtaridi, M. (2016). Tinjauan kimia dan aspek farmakologi senyawa asam klorogenat pada biji kopi. Farmaka, 14(1), 214-227.

Gumulya, D., & Helmi, I. S. (2017). Kajian budaya minum kopi indonesia. Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain, 13(2), 153-172.

Putri, A., Yusmarni, Paloma, C., & Zakir, Z. (2018). Kinerja faktor produksi kopi arabika (Coffea arabica L.) di Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, 7(3), 189-197.