KUE BAGEA SEBAGAI PANGAN DARURAT

KUE BAGEA SEBAGAI PANGAN DARURAT
by : Amel, Naomi, Thea


Sumber : https://www.shutterstock.com

Apa itu Kue Bagea?
Kue bagea adalah pangan khas pada wilayah timur Indonesia, seperti Maluku, Ternate, Manado, Papua, dan Sulawesi Tenggara. Kue ini biasanya bertekstur kering agak keras, namun rasanya manis dan gurih dengan bahan dasar berupa tepung sagu. Dari bahan dasarnya yang berupa sagu membuat kue bagea ini memiliki ciri khasnya sendiri karena selain rasanya yang enak, kue bagea ini juga merupakan kue yang hampir mirip dengan biscuit (Asriani & Herdhiansyah, 2021).

Sagu memiliki potensi yang besar sebagai pengganti beras. Kandungan kalori dari sagu per 100 gramnya adalah 353 kalori, yang jika dibandingkan dengan jagung sebesar 361 kalori dan ubi kayu sebesar 195 kalori. Hal ini juga menunjukkan bahwa kandungan gizinya yang juga tidak sedikit. Adapun beberapa manfaat sagu, seperti mencegah sembelit dan risiko penyakit kanker pada usus, serta tidak cepat meningkatkan kadar glukosa dalam darah yang berarti indeks glikemiknya cukup rendah sehingga ramah untuk dikonsumsi para penderita diabetes melitus. Selain itu, sagu juga dapat memberikan efek mengenyangkan sehingga tidak mengherankan adanya produk kue bagea yang dimanfaatkan sebagai pangan darurat (Rosida, 2019).
Pembuatan kue bagea tentunya didominasi oleh bahan tepung sagu sehingga kandungan gizinya juga didominasi oleh karbohidrat. Hal ini mendorong adanya inovasi terhadap pembuatan pada kue bagea tersebut, dimana tepung tersebut dapat disubtitusi dengan tepung lainnya yang berprotein tinggi. Salah satunya adalah tepung ikan teri. Ikan teri adalah jenis ikan yang memiliki protein yang cukup tinggi serta mengandung berbagai jenis asam amino esensial. Protein ikan teri ini dapat mencapai 16 gram, sehingga dapat diolah menjadi tepung ikan teri sebagai subtitusi untuk tepung sagu dalam pembuatan kue bagea (Rahman & Naiu, 2021).

Komposisi dan Manfaat Kue Bagea
Komposisi ataupun bahan-bahan yang terkandung di dalam kue bagea antara lainnya tepung sagu, kacang mete, gula halus, minyak sayur, telur, soda kue, garam, dan kayu manis. Tepung sagu memiliki fungsi yaitu sebagai bahan utama dalam pembuatan kue bagea serta untuk membentuk struktur dari kue bagea tersebut, kacang mete, gula halus, minyak sayur, telur, garam, dan kayu manis memiliki fungsi yaitu untuk membentuk citarasa dari kue bagea tersebut dimana secara spesifik minyak memiliki fungsi untuk memberikan rasa gurih pada kue bagea tersebut dan gula halus sebagai pemanis, pembentuk tekstur, pengawet, dan membentuk citarasa dari kue bagea tersebut, serta soda kue yang memiliki fungsi untuk mengembangkan adonan dari kue bagea tersebut. Semakin banyak konsentrasi dari tepung sagu yang digunakan pada proses pembuatan kue bagea tersebut, tekstur dari hasil produk kue bagea tersebut akan menjadi lebih keras dan menjadi lebih kering. Selain itu, semakin banyak konsentrasi dari tepung sagu yang ditambahkan, hasil produk kue bagea tersebut memiliki warna yang lebih pucat ataupun lebih muda (Banudi, Anasiru, Petrus, & Leksono, 2017).

Manfaat yang dimiliki oleh kue bagea tentunya sangat beragam karena kue bagea memiliki bahan-bahan yang baik untuk digunakan sebagai suatu produk pangan darurat yang dapat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan karbohidratnya. Hal tersebut dikarenakan karena kue bagea dapat dibuat dengan mudah serta tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama. Manfaat yang dimiliki oleh kue bagea antara lainnya yaitu dapat membantu kebutuhan masyarakat dalam mengonsumsi karbohidrat dalam kesehariannya karena kue bagea terbuat dari sagu yang mengandung kadar karbohidrat yang tinggi dimana berdasarkan literatur, kue bagea mengandung cukup banyak energi total yaitu sebesar 416 kilokalori, memiliki kadar protein yaitu sebesar 6,5 gram, memiliki kadar karbohidrat yaitu sebesar 76,3 gram, serta memiliki kadar lemak yaitu sebesar 9,4 gram. Selain itu, kue bagea yang terbuat dari bahan dasar sagu tersebut memiliki manfaat yang baik bagi tubuh antara lainnya dapat memperkuat struktur tulang, membantu program diet untuk berjalan dengan lebih efektif, melancarkan pencernaan, menjaga kesehatan kulit, serta dapat mengobati penyakit hipertensi (Hasriani, Ansharullah, & Rejeki, 2018).

Proses Produksi Kue Bagea
Pembuatan kue bagea berbahan sagu mengacu pada Rahman and Naiu., (2021). pembuatan kue bagea sebagai alternatif pangan darurat dilakukan dengan menggunakan bahan baku tepung sagu dan substitusi tepung ikan teri sebagai sumber protein dan kalsium dalam kue bagea yang kaya akan karbohidrat. proses ini terdiri dari beberapa langkah yakni pertama, dilakukan pencampuran dan pengadukan bahan telur dan gula halus hingga homogen dan menghasilkan warna yang sedikit pucat. Kedua, ditambahkan minyak sayur dan kacang tanah yang telah dihaluskan dan disangrai terlebih dahulu. keempat, dilakukan pengadukan adonan hingga tercampur rata (homogen). Kelima, dicampurkan tepung sagu (85g), tepung ikan teri (15g), soda kue secukupnya dan bubuk kayu manis secara bertahap kedalam adonan lalu aduk kembali hingga adonan menjadi lembut dan kalis. Kelima, adonan kemudian dibentuk menjadi bulat, ditambahkan kacang mete di atas adonan yang dibentuk diatas loyang lalu kemudian dipanggang menggunakan oven dengan suhu 160 selama 30 menit. Keenam, kue bagea yang matang didinginkan lalu dikemas. berdasarkan literatur, kue bagea dengan perlakuan yang dijelaskan diatas, dapat menghasilkan kadar air 14,05%, kadar abu 1,80%< kadar lemak 3,75%, kadar protein 9,44%, dan karbohidrat 68,56%. adapun kandungan kimia pada kue bagea dengan substitusi ikan teri secara nyata berpengaruh dalam pembentukan warna kue yang coklat muda dengan tekstur yang padat dan renyah.selain itu, Rasa kue bagea masih bisa disukai dan diterima serta aroma yang dihasilkan pun harum seperti kue bagea dengan sedikit aroma ikan terinya. Jadi, secara keseluruhan, kue bagea yang dihasilakan dengan substitusi ikan teri ini dapat dijadikan sebagai alternatif makanan ringan atau pangan darurat yang memiliki nutrisi yang baik dan dapat diproduksi serta dikonsumsi dengan mudah (Rahman & Naiu, 2021).

DAFTAR PUSTAKA
Asriani, & Herdhiansyah, D. (2021). Teknologi Pengolahan Sagu. Penerbit NEM.
Banudi, L., Anasiru, M. A., Petrus, & Leksono, P. (2017). Formulasi Bagea Berbahan Ekstrak Tepung Singkong dan Gonad Diadema Setosum (Sea Urchins) Sebagai Makanan Alternatif Pada Ibu Hamil. Health Information: Jurnal Penelitian, 9(2), 18-27.
Hasriani, E., Ansharullah, & Rejeki, S. (2018). Analisis Penilaian Organoleptik dan Nilai Gizi Kue Tradisional Bagea Substitusi Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.). Jurnal Sains dan Teknologi Pangan, 3(1), 1071-1082.
Rahman, N., & Naiu, A. S. (2021). Karakteristik Kukis Bagea Tepung Sagu (Metroxylon sp.) yang Disubstitusi Tepung ikan Teri ( Stolephoros indicus). Jambura Fish processing Journal, 3(1), 16-26. doi: https://doi.org/10.37905/jfpj.v3i1.7779
Rosida, D. F. (2019). INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAGU. CV Mitra Sumber Rezeki.