Mengenal Stevia Sebagai Pemanis Alami Pengganti Gula
Mengenal Stevia Sebagai Pemanis Alami Pengganti Gula
(Angelina Hardjanto-2540115332; Muhammad Kemal Attaturk-2502050784 ; Vincent Fransco- 2501975085)
Stevia adalah nama umum untuk bahan yang berasal dari tanaman Stevia rebaudiana. Daun tanaman ini kaya akan senyawa yang rasanya sangat manis seperti stevioside dan rebaudioside. Daun stevia sebenarnya sudah lama digunakan oleh masyarakat Paraguay dan Brazil. Namun, penggunaannya sebagai pemanis baru dikenal luas ketika diperkenalkan pada tahun 1887 oleh seorang ahli botani bernama Antonio Bertoni. Saat diolah menjadi pemanis, kemanisan stevia bisa mencapai 50-350 kali dari gula pasir. Pemanis ini tidak memiliki kalori dan karbohidrat rendah, menjadikannya alternatif yang baik untuk gula diabetes. Stevia digunakan sebagai pemanis di banyak negara, termasuk Jepang, Korea Selatan dan Amerika Selatan. Gula stevia kini dikenal sebagai sumber pemanis yang lebih sehat, menggantikan berbagai pemanis buatan seperti sakarin dan aspartam.Penggunaannya bervariasi dalam berbagai produk, dari minuman, manisan, acar, hingga makanan laut. (Wuryantoro, H. 2014).
Rasa manis pada stevia yang dapat digunakan sebagai pengganti gula berasal dari dua komponen glikosida, yakni steviosida dengan banyak tiga hingga sepuluh persen pada berat kering daun stevia dan rebaudiosida dengan banyak satu hingga tiga persen pada berat kering daun stevia. Rasa manis pada stevia merupakan 2,5 kali lebih manis dibandingkan dengan sukrosa atau gula pasir yang biasa digunakan (Hastuti & Rustanti, 2014). Selain dua kandungan yang memberikan rasa manis pada stevia tersebut, terdapat juga berbagai kandungan lainnya pada stevia. Kandungan tersebut adalah klorofil, kosmosin, sinarosid, daukosterol, steviol, isosteviol, steviolbiosid, asam caffeic, asam klorogenik, asam format, asam giberelat, dulkosida A serta B, lupeol, luteolin, dan masih banyak lagi. Kualitas stevia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor lingkungan, intensitas cahaya, sirkulasi udara, dan mikroorganisme (Raini & Isnawati, 2011).
Stevia memiliki beberapa manfaat bagi kesehatan, tingkat kemanisan yang dimiliki stevia mencapai 300 kali kemanisan sukrosa (0.4% larutan) dan memiliki tingkat kalori yang rendah sehingga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes dan obesitas karena tidak mempengaruhi kadar gula darah. Selain itu, stevia bersifat non-karsinogenik, yang berarti tidak menyebabkan kanker. Di dalam stevia terdapat zat pemanis, yaitu stevioside dan rebaudioside yang tidak dapat difermentasikan oleh bakteri di dalam mulut menjadi asam, sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri di mulut dan dapat mencegah gigi berlubang. Sebaliknya, daun stevia memiliki senyawa terpenoid dan flavonoid yang melimpah sehingga dapat digunakan sebagai obat antibakteri dalam obat kumur. Stevioside memiliki efek antihiperglikemik (mencegah terjadinya hiperglikemia) dengan meningkatkan respon insulin dan menekan kadar glukagon. Stevia juga berfungsi sebagai antihipertensi dengan menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Selain itu, penelitian in-vitro menunjukkan potensi ekstrak tanaman Stevia rebaudiana sebagai obat anti kanker. Namun, konsumsi stevia tidak boleh berlebihan, menurut WHO Acceptable Daily Intake untuk glikosida steviol adalah 4 mg/kg berat badan/hari (Limanto, 2017).
Referensi:
Wuryantoro, H. (2014). Penyusunan SOP Industri Rumah Tangga Pangan Pemanis Alami Instan Sari Stevia, Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol 2 No.3 , 76-87.
Hastuti, A. M., & Rustanti, N. (2014). Pengaruh Penambahan Kayu Manis terhadap Aktivitas Antioksidan dan Kadar Gula Total Minuman Fungsional Secang dan Daun Stevia sebagai Alternatif Minuman bagi Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Journal of Nutrition College, 3(3), 362-369.
Limanto, A. (2017). Stevia, Pemanis Pengganti Gula dari Tanaman Stevia rebaudiana. J.Kedokt Meditek, 23(61), 10-12.
Raini, M., & Isnawati, A. (2011). Kajian: Khasiat dan Keamanan Stevia sebagai Pemanis Pengganti Gula. Media Litbang Kesehatan, 21(4), 145-156.