Mengenal apa itu natto, makanan berlendir yang sedang viral

Mengenal apa itu natto, makanan berlendir yang sedang viral

Oleh :

Patricia Sultan – 2501978244

Felicia Carissa Nurhalim – 2501997943

Gavisca nathanie – 2401860123

 

Di Indonesia pemanfaatan biji kedelai saat ini sangat dibutuhkan dan menjadi pangan tradisional yang banyak dinikmati orang. Karena selain harga nya yang terjangkau, biji kedelai ini memberikan banyak manfaat yang baik untuk tubuh. Seperti, menjaga kesehatan tulang, menurunkan kolestrol, mengurangi risiko kanker, mencegah demensia, kaya antioksidan, dan masih banyak lagi. Selain itu, biji kedelai dapat diolah menjadi banyak makanan yang sering kita konsumsi, seperti oncom, tahu, tempe, dan lainnya. Tak hanya di Indonesia, banyak negara lain yang memanfaatkan biji kedelai ini untuk membuat beberapa makanan. Salah satunya ialah Natto. Saat ini, sedang ramai di sosial media dan sekitarnya tentang makanan natto yang berasal dari Jepang. Banyak orang yang penasaran dengan Natto karena Natto memberikan penampilan yang cukup unik dan memiliki bau yang khas sehingga makanan Natto menjadi sangat populer (Yang et al.  2015).

Natto adalah makanan fermentasi  Jepang yang telah ada di pasaran sejak tahun 1400, sekarang menjadi makanan sarapan yang populer  dan sangat bergizi. Natto adalah produk fermentasi  kedelai Bakteri Bacillus subtilis. Natto adalah makanan tradisional Jepang yang dibuat dengan fermentasi  kedelai yang mengandung bakteri  natto, dan ditandai dengan  cairan kental yang menutupi  kedelai. Natto adalah makanan yang murah dan bergizi. Natto telah dikenal sebagai makanan kesehatan selama lebih dari 1000 tahun. Natto memiliki efek  menguntungkan pada kesehatan jantung dan tekanan darah. Natto dianggap sebagai salah satu makanan paling sehat karena mengandung nutrisi yang meningkatkan kesehatan. Oleh karena itu, Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang  merekomendasikan asupan natto setiap hari (Wickramasinghe, 2017). Sebuah majalah berjudul “Natto Properties Affected by Steam Time, Bacillus Strain, and Fermentation Time” menyatakan bahwa natto yang berkualitas baik harus dilapisi dengan cairan kental seperti serat sutra  putih, dengan rasa yang unik, enak dan lembut. Dengan warna kuning muda dan lengket harus dicampur atau diaduk dengan  sumpit. Berdasarkan uraian di atas, kami tertarik untuk meneliti lebih lanjut natto sebagai makanan fermentasi sehat dan bergizi dari Jepang.

Natto adalah makanan yang dibuat dengan memfermentasi kedelai dengan Bacillus subtilis. Warnanya coklat, liat atau lengket, dan aromanya  sangat menyengat. Di Jepang, natto dijadikan menu sarapan teman makan nasi dan sup miso. Fermentasi kedelai ini sangat mirip dengan tauco dari Indonesia. Kaya akan protein karena berasal dari kedelai pilihan dan mengandung probiotik yang meningkatkan kesehatan pencernaan. Natto memiliki aroma kuat yang sangat unik dan rasa yang lezat. Rasanya gurih, asin, dan teksturnya kenyal dan lengket. Natto mengandung senyawa pirazin. Fungsi pirazina yaitu koagulasi darah. Natto juga mengandung enzim protease yang  dapat melakukan hal yang sama, mengurangi pembekuan darah dengan fibrinolisis langsung dari koagulasi dan menghambat protein plasma  inhibitor plasminogen aktivator. Enzim ini juga dapat membantu menghindari trombosis seperti, kejang, penyakit jantung, kelumpuhan atau stroke. Natto adalah sumber vitamin K yang sangat baik mengandung kalsium yang baik untuk mencegah  osteoporosis. Natto juga sangat baik untuk kesehatan kulit dan membantu menjaga kesehatan kulit (Sumarsih et al., 2021)

Gambar 1. Natto

Natto dibuat dengan mengandalkan bakteri Bacillus natto. Pada pembuatannya secara tradisional, Bacillus natto ini berasal dari jerami. Kacang kedelai utuh akan dikukus dan dibungkus menggunakan jerami, kemudian diinkubasi untuk memungkinkan bakteri natto tumbuh di kacang. Namun, pada produksi modern sekarang ini, natto biasanya dibuat dengan menggunakan kultur murni Bacillus natto. Produksinya dimulai dengan merendam kacang kedelai semalaman, lalu dikukus hingga matang. Kedelai matang yang sudah dingin akan dicampurkan dengan kultur natto dalam rotary cask. Selanjutnya, kacang kedelai akan diletakan ke dalam kemasannya masing-masing. Kemasan akan saling ditumpuk dan disimpan dalam ruangan fermentasi bersuhu 30°-40°C selama 24 jam atau hingga terbentuk  lendir lengket berwarna putih di bagian atasnya. Lendir ini adalah hasil dari pembentukan Poli-γ-asam glutamat pada saat fermentasi. Natto yang sudah jadi akan dipindahkan ke dalam kulkas dan siap untuk didistribusikan. Natto yang berkualitas harus memiliki tekstur yang tidak terlalu lembut maupun terlalu keras, biji kacangnya juga harus bisa menempel dengan sumpit ketika diaduk (Wilson, 1995; Guo & Yang; 2015).

Natto memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan produk lain dalam segi kesehatan, yaitu makanan probiotik dengan kandungan bakteri Bacillus natto yang baik untuk kesehatan. Natto merupakan sumber vitamin K yang sangat tinggi, serta mengandung kalsium yang baik untuk mencegah terjadinya osteoporosis. Selain itu natto memiliki manfaat untuk kesehatan manusia seperti membantu menjaga kelembaban kulit. Dapat menurunkan risiko kanker, menjaga kesehatan jantung, berpontensi untuk menguatkan sistem imun, berpontesi untuk mengendalikan berat badan, memiliki kandungan nattokinase yang tinggi, isoflavon, saponin, asam lemak tak jenuh, probiotik serta aktivitas imunomodulasi yang sebagian besar dihasilkan oleh B. subtilis (Tamang, 2016). Nattokinase merupakan suatu jenis enzim yang berhasil diekstrak dari makanan fermentasi Natto. Nattokinase berfungsi untuk mengencerkan darah, memperlancar aliran darah, dan menjaga tekanan darah (Weng, 2017).

Jadi dapat disimpulkan, natto merupakan produk makanan yang dibuat dari kedelai melalui proses fermentasi menggunakan bakteri Bacillus natto yang diproduksi dan dikonsumsi terutama di jepang. Bacillus natto (natto)  menghasilkan senyawa bioaktif lainnya, terutama nattokinase, antibiotik, vitamin K, zat imunomodulasi, dan zat antitumor. Banyak eksperimen dan analisis yang menggunakan manusia, hewan uji, dan sel yang dikultur menunjukkan bahwa natto memiliki efek meningkatkan kesehatan. Meskipun orang-orang selain orang Jepang sudah mulai menemukan natto, baunya yang berbau amoniak, dan asam lemak rantai pendek yang bercabang menjadi penghalang untuk diadopsi sebagai bahan makanan umum di seluruh dunia.

Daftar isi

Guo, J., & Yang, X. Q. (2015). Texture modification of soy-based products. In J. S. Chen, & A. Rosenthal, Modifying Food Texture (pp. 257-265). Cambridge: Woodhead Publishing.

Sumarsih, et al. (2021). Sosialisasi Manfaat dan Pembuatan Natto dan Soy Yogurt Melalui Kegiatan Webinar dan Praktik. Jurnal ABDI. 7(1), 103-107

Tamang, J. P., Shin, D. H., Jung, S. J., & Chae, S. W. (2016). Functional properties of microorganisms in fermented foods. Frontiers in microbiology, 7, 578.

Weng, Y., Yao, J., Sparks, S., & Wang, K. Y. (2017). Nattokinase: an oral antithrombotic agent for the prevention of cardiovascular disease. International Journal of Molecular Sciences, 18(3), 523.

Wickramasinghe, G. L. D., & Wickramasinghe, V. (2017). Implementation of Lean Production Practices and Manufacturing Performance: The Role of Lean Duration. Journal of Manufacturing Technology Management. 28, 531-550. https://doi.org/10.1108/JMTM-08-2016-0112

Wilson, L. A. (1995). Soy Foods. In D. E. Erickson, Practical Handbook of Soybean Processing and Utilization (pp. 428-459). Illinois: AOCS Press.